Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Calista dan itu membuat Calista ketakutan karena ia merasa Kevin sangat marah kepadanya.
"Kenapa mempertanyakan hal itu? emang lo pikir gue gay gitu?"
Calista menunduk. "Maaf, habisnya gue gak pernah mendengar lo berbicara tentang perempuan yang lo suka."
Cklek!
Pintu kamar dibuka oleh Erick dan dia melihat posisi Calista dan Kevin yang begitu dekat.
"Kalian lagi ngapain?" tanya Erick, lalu keduanya langsung menjaga jarak satu sama lain.
Erick duduk di sofa, dia melirik kearah Kevin setelah itu dia melirik kearah Calista.
"Kok gak dijawab?" heran Erick.
"Kita gak ngapa-ngapain kok," jelas Kevin.
"Terus kenapa dekat banget jaraknya?" tanya Erick.
Calista hanya diam saja. Karena jika ia menjelaskan tentang hal tadi, bisa-bisa Erick juga akan mempertanyakan hal yang sama dan itu pasti akan membuat Kevin semakin marah sebab Calista menuduhnya sebagai gay.
"Guys, gue pulang dulu ya. Soalnya udah mau sore, nanti bisa-bisa orang tua gue khawatir."
"Gue juga pamit pulang ya, Rick," kata Kevin. Kemudian, keduanya segera pergi.
Saat berada diluar rumah, Calista berniat untuk memesan taksi online. Tetapi karena Kevin mengajak Calista untuk naik mobilnya, akhirnya Calista menerima ajakannya.
Skip
Rasanya Calista sangat menyesal karena ia tadi telah melontarkan pertanyaan yang tidak masuk akal kepada Kevin.
"Kevin, maafin gue ya." Calista menundukkan kepalanya karena ia merasa bersalah.
Kevin melirik sekilas kearah Calista. "Memangnya gue kelihatan suka sama cowok ya, Ta?" tanya Kevin dan spontan saja Calista menggelengkan kepalanya seraya menjawab tidak.
Kevin memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. "Apa sekarang gue harus tunjukkan ke lo, biar lo percaya kalau gue bukan gay?"
"Maksudnya?" bingung Calista.
Kevin mendekat kearah Calista, lalu dia mencium bibir Calista.
Cup!
Calista sontak mendorong tubuh Kevin, ia sangat syok dengan perlakuan Kevin.
"Lo apa-apaan sih!" ujar Calista sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
"Gue udah bilang kan kalau gue mau buktikan ke lo kalau gue bukan gay," kata Kevin.
"Tapi gak gitu juga kali!" kesal Calista, lalu ia segera keluar dari mobil Kevin.
...****************...
Malam hari
Calista terus membayangkan kejadian di mobil. Sebenarnya ia ingin marah, tetapi karena Kevin merupakan sahabatnya, jadi ia tidak mungkin memarahinya terus-menerus.
Dan Kevin juga sudah meminta maaf tentang kejadian tadi. Jadi sekarang lebih baik Calista melupakan kejadian saat di mobil.
Trining! Trining!
Calista mengambil ponselnya dan ia langsung menjawab panggilan telepon dari Reyhan.
"Ada apa?"
"Maafin aku ya. Aku janji, mulai sekarang aku gak akan melakukan kesalahan lagi."
"Iya, aku udah maafin kamu kok."
Tok! Tok! Tok!
Calista menyimpan ponselnya di kasur, lalu ia segera membuka pintu kamarnya.
Cklek!
"Ada apa, Pah?"
"Kamu mencuri uang Papah ya?" murka Papah.
"Enggak kok, Pah. Mana mungkin Calista mencuri uang Papah."
"Kalau bukan kamu, terus siapa?"
Calista diam saja, karena ia sama sekali tidak mencurinya.
"Coba tanya Mamah, siapa tahu yang mencuri uang Papah itu Mamah."
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi Calista. Ya, semenjak Papah menikah dengan istri barunya, dia jadi sering kasar kepada anaknya sendiri.
Bruk!
Calista langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya karena tamparan Papahnya begitu menyakitkan.
...****************...
Pagi hari
Calista memutuskan untuk tidak sarapan pagi, lantaran ia masih marah dengan Papahnya.
"Kamu berangkat jalan kaki aja, soalnya Pak Budi lagi pulang kampung," ujar Papah.
"Ya udah kalau gitu Calista berangkat sama Papah."
"Gak! kamu berangkat ke sekolah jalan kaki aja, karena itu sebagai hukuman karena kamu udah mencuri uang Papah," ujar Papah.
"Calista kan udah bilang kalau Calista gak mencuri uang Papah!" teriak Calista.
Tiba-tiba Mamah tiri Calista menghampiri Calista dan Papah.
"Calista, jangan bikin Papah marah. Lebih baik sekarang kamu sarapan dulu," ujar Mamah tiri Calista.
Calista menatap sinis kearah Mamah tirinya, lalu ia buru-buru pergi karena merasa tidak tahan melihat sikap palsu yang ditunjukkan Mamah tirinya.
Skip
Sesampainya di sekolah, Calista memutuskan untuk pergi menuju kantin untuk membeli makanan dan minuman.
Ketika sampai di kantin, Calista buru-buru membeli roti dan susu. Selesai membeli, ia langsung membayarnya. Sehabis itu, Calista memutuskan untuk duduk di kantin.
Karena kantin berhadapan langsung dengan lapangan sepak bola, jadi ia menikmati sarapan paginya sambil melihat murid-murid yang sedang bermain bola.
Saat asik menikmati sarapan, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Calista dan itu membuat Calista menengok kebelakang.
"Tumben sarapan di sekolah." Erick duduk disebelah Calista.
"Memangnya gak boleh?"
"Ya boleh lah. Cuma gue heran aja tiba-tiba lo sarapan pagi di kantin."
Erick menatap kearah Calista dan ia jadi penasaran dengan kejadian kemarin.
"Kemarin lo ciuman sama Kevin ya?" tuduh Erick.
Calista terdiam sejenak. Bagaimana bisa Erick tahu tentang itu?
"Enggak kok."
"Terus kenapa saat gue masuk ke kamar, lo berdua langsung jaga jarak?" tanya Erick.
Calista menghela nafasnya, ia pikir Erick mengetahui tentang kejadian di mobil.
Calista menjelaskan bahwa saat itu di pipinya ada bulu mata yang jatuh, maka dari itu posisi Kevin dekat dengan Calista. Jadi ketika Erick masuk, mereka jadi menjaga jarak dikarenakan takut Erick salah paham.
"Menurut lo, Kevin suka sama cewek gak sih?" tanya Erick tiba-tiba dan itu membuat Calista tersedak karena mendengar pertanyaannya.
Perkataan Erick sama persis dengan apa yang selama ini Calista pikirkan. Mungkin karena keduanya merupakan sahabat Kevin, jadi mereka pasti khawatir jika Kevin tidak normal.
Tetapi karena kemarin Kevin sudah membuktikannya bahwa dia masih normal, jadi Calista rasa kalau ucapan Kevin itu benar.
"Kevin masih normal kok."
"Syukur deh kalau gitu. Soalnya gue takut kalau ternyata selama ini dia suka sama gue," ujar Erick dengan diakhiri tawa.
Calista ikut tertawa, ia tidak bisa membayangkan jikalau Kevin benar-benar menyukai Erick.
"Lo membicarakan Kevin, tapi lo sendiri juga gak pacaran," heran Calista.
Erick menunjukkan ponselnya kepada Calista. Dan disitu tertera chat antara Erick dan seorang perempuan. "Masih dalam tahap pendekatan."
"Pendekatannya udah berapa lama?"
"Baru seminggu."
Erick berkata bahwa dia tidak yakin bisa berpacaran dengan perempuan itu. Karena dilihat dari chat-nya, perempuan tersebut sepertinya tidak tertarik dengan Erick.
"Coba lo menghilang sejenak dulu. Nanti pastinya dia akan mencari lo."
"Menghilang gimana? gue kan emang jarang ketemu sama dia."
"Maksudnya lo jangan chat atau telepon dia, jadi pastinya dia akan merasa kehilangan."
"Ya udah nanti gue coba ide lo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments