'' Kalau begitu kalian berdoa saja ya, semoga saja kalian satu kelas.'' ucap Reza kemudian pergi meninggalkan mereka.
'' Jujur aku takut banget, aku nggak mau pisa dari kalian.'' ucap pena dengan meneteskan air matanya.
'' Sudahlah itu semua nggak ada manfaatnya, lebih baik sekarang kita belajar untuk menghadapi ujian besok. Dan agar ketika pengumuman kita dapat satu kelas.'' ucap Sasya memberi semangat.
Mereka pun tersenyum, Mereka pun melakukan tos. Agar mereka dapat semangat kembali. Tidak lama terdengar suara bel, itu pertanda waktunya pulang. Mereka pun berjalan bersama menuju pintu gerbang, disitulah mereka berpisah untuk menuju rumahnya masing-masing.
'' Semua aku duluan ya.'' ucap widya yang memang sudah dijemput.
'' Iya.'' jawab mereka serentak.
Tidak lama Setelah itu mereka pun perlahan mulai meninggalkan sekolah, kini hanya tinggal Sasya yang menunggu jemputannya. Akhirnya dijemput oleh mamanya, walaupun saat ini keadaan sekolah sudah sangat sepi.
Jujur saja rasanya ingin marah, tetapi ia tidak tega. Dia juga tau kalau mamanya lelah, karena itu dia diam saja dan segera menaiki kendaraan milik mamanya. Tidak membutuhkan waktu lama kendaraan itu melaju dengan kecepatan yang tinggi dan sampai di rumahnya.
Sampainya di rumah, dia langsung membuka buku dan membacanya. Iya berusaha agar masuk di IPA dan bersatu di kelas yang sama dengan teman-temannya.
Keesokannya matahari pagi masuk dari celah-celah jendela, Anastasya atau yang biasa di siapa Sasya ini. Ia terbangun ketika cahaya itu menimpa wajahnya, ia langsung membersihkan dirinya dan pergi ke sekolah.
Ketika ia berdiri di depan gerbang, dia bertemu dengan Widya. Mereka pun berjalan menuju ruangan tempat ujian, dan ternyata di sana sudah ada Desi. Desi saat itu sedang membaca Alkitab, karena mereka tidak ingin mengganggu Desi. Mereka pun tidak bersuara, setelah Desi selesai, Desi pun menyapa kedua temannya itu.
'' Kalian sudah sampai, kenapa nggak panggil aku?'' tanya Desi yang memulai percakapan.
'' Nggak enak ah Des, kamu kan lagi baca Alkitab. Masa kami main ganggu aja, kan nggak sopan.'' ucap Sasya.
Desi yang mendengar ucapan temannya itu, Ia pun langsung memeluk Widya dan juga Sasya. Ia sangat bersyukur karena telah memiliki sahabat yang sangat pengertian, walaupun mereka berbeda mereka saling menghargai. Walaupun mereka baru kenal mereka merasa sudah lama saling mengenal, dan itulah yang membuat mereka merasa nyaman.
'' Ih main peluk-pelukan aja, aku nggak diajak.'' ucap pena yang baru saja muncul dari pintu.
'' Makanya jangan lama datang, ayo cepat sini.'' panggil Desi, pena pun segera berlari ke dalam pelukan mereka.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak, karena ulah pena mereka terjatuh di lantai. Anak-anak lain yang melihat tingkah mereka, merasa iri dengan pertemanan mereka. Walaupun mereka berbeda tetapi mereka saling menyayangi.
Bel pun berbunyi, sudah waktunya Mereka melaksanakan ujian. Mereka sangat tegang dan takut, mereka takut terpisah. Guru pun membagikan soal ujian, mengerjakan soal ujian dengan sangat tenang. Dan tanpa mereka sadari waktu berlalu dengan sangat cepat, dan sudah waktunya untuk pengumpulan.
Setelah selesai dikumpulkan semuanya, mereka pun dipulangkan. Dan hanya tinggal menunggu hasil esok hari, mereka semua merasa panik. Mereka mulai menebak-nebak, mereka merasa takut kalau tidak ada yang mereka kenal di dalam kelas mereka nantinya.
Mereka pulang dengan suasana hati yang ambigu, namun mereka tetap berusaha tenang. Karena mereka tidak ingin membuat kedua orang tuanya cemas, walaupun sebenarnya bagi Anastasya itu tidak masalah, karena sesuai dengan kesepakatan awal. Ia akan keluar jikalau dia lulus di jurusan IPS.
Keesokan paginya mereka sudah berkumpul di ruang ujian 7, tempat mereka akan melanjutkan tes berikutnya. Bel pun berbunyi, bapak pengawas ujian pun sudah tiba dengan membawa amplop yang berisi soal ujian. Bapak itu mulai membagikan soal, dan seperti hari sebelumnya. Sasya urutan pertama, tetapi kini ia tidak tegang. Ia berusaha menjawab soal dengan sebisanya.
Tanpa terasa waktu pengujian tes telah habis, kini guru itu mengumpulkan semua lembar jawaban milik siswa. Kini semuanya tampak cemas, ini adalah ujian terakhir yang akan menentukan mereka masuk kelas IPA atau IPS.
Karena pengujian telah selesai, semua calon siswa dipulangkan. Kami berenam memilih untuk berkumpul di sebuah lapangan, di lapangan ini adalah tempat para siswa dan siswi biasanya menunggu angkot. Sambil menunggu angkot kami membeli beberapa makanan dan minuman, kemudian kami saling berbincang.
'' Guys aku takut loh'' ucap widya.
'' Takut kenapa?'' tanya Desi.
'' Takut kalau misalnya kita nggak satu kelas.'' ucapnya dengan ekspresi sedih.
'' Uda tenang saja, kita banyak berdoa saja.'' ucap Desi yang beragama Islam yang kami panggil dengan nama ''Ira.''
'' Ira, kau kayaknya tenang banget ya. Pasti karena kau bisa jawab semua kan.'' ucap pena.
'' Mimpi, aku aja banyak yang kosong. hehehe.'' ucapnya sambil tertawa.
'' Ya ampun, kau Ira. Kirain siap semuanya.'' ucap Sasya dengan tersenyum.
Mereka semua pun tertawa dengan serentak, kini wina yang awalnya nggan berbaur. Ia sudah mau berbaur dengan teman-teman yang berpenampilan biasa ini, Dia juga sangat bahagia bisa mengenal teman-teman yang memiliki sikap yang aneh-aneh ini.
'' Gays, aku seneng banget bisa kenal kalian.'' ucapnya dengan tersenyum lebar.
'' Kita juga senang kok.'' ucap pena, kemudian mereka berpelukan.
Keenan sahabat baru ini, melanjutkan perbincangan dengan bahagia. Mereka di penuhi canda dan tawa, tanpa mereka sadari waktu sudah menunjukkan sore hari.
'' Nggak terasa ya uda sore aja.'' ucap pena, dan mereka langsung melihat ke arah jam tangan masing-masing.
'' Iya benar, nggak terasa.'' ucap widya dan mereka mengangguk.
'' Ya, kita harus pulang dong. Padahal aku belum mau pulang.'' ucap pena yang memang malas untuk pulang ke rumah.
'' Nggak boleh gitu, ingat orang tua di rumah.'' Ira mengingatkan.
'' Siap Bu.'' jawab mereka serentak, kemudian mereka tertawa.
Perlahan-lahan mereka pun mulai pulang, kini Sasya juga sudah sampai di rumah. Ia bersalaman dengan mamanya kemudian membersihkan diri, selesai mandi ia mengobrol dengan adiknya yang seperti terlihat letih.
'' Adek, Adek kenapa? kayaknya Adek capek kali.'' ucapnya.
'' Gak apa-apa kak.'' jawab lembut.
'' Yakin, beneran Adek gak apa-apa?'' tanyanya kembali.
'' Nggak kak, Adek cuma capek aja. Karena lagi banyak hapalan.'' jawabnya lagi.
'' Oh yauda, jangan terlalu di paksa ya dek. Kakak yakin Adek pasti bisa.'' ucapnya menyemangati sang adik.
'' Makasih Kakak.'' ucapnya dengan memeluk Sasya.
'' Yauda, sekarang mandi sana. Bauk lebus.'' ucapnya dengan menutup hidungnya.
'' Ih kakak jahat.'' ucapnya dengan memukul sang kakak.
'' Ih mukul dia, kakak gelitiki mau.'' ucapnya dengan menunjukkan tangan untuk menggelitik adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments