Qiran hanya diam termenung menatap langit “kenyataan apa yang akan di rubah jay, karena dari dulu sampai sekarang kau masih di sana” gumam qiran menggenggam erat kalung berbentuk matahari yang selalu ia bawa dalam tasnya
Setelah pukul 12 malam, acara pun mulai selesai dan banyak tamu yang pamit pulang
Qiran memutuskan berganti pakaian santainya karena tempat digelarnya pesta adalah salah satu hotel yang biasa ia gunakan untuk menginap dan kebetulan juga hotel itu milik keluarganya jadi ada beberapa baju yang masih ada di sana
Qiran sudah memakai setelan baju sebagai nerissa ningrum dan tak lupa memakai masker serta kacamata tebalnya sebagai pelengkap identitas penulisnya
“sudah jam segini, sepertinya aku harus melupakan istirahatku” gumam qiran melirik smartwatch miliknya yang sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. waktu dimana sudah melewati jam tidurnya yaitu jam 9 malam
biasanya qiran akan tidur pada hari sabtu malam dari jam 9 malam sampai keesokan hari di jam yang sama
Qiran tak memutuskan pulang dengan kendaraan ataupun menelpon sahabatnya karena ia tahu pada jam ini pasti sahabatnya sedang adu ranjang dengan kekasihnya. Qiran memilih berjalan kaki untuk pulang, padahal jalan dari hotel ke apartemennya sejauh 6 km, kalau dipikir-pikir berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan pulangnya? ah yang penting qiran pengen jalan kaki saja
qiran menaruh tangannya di saku dalam jaket besarnya, menyampirkan tas selepang di bahunya sembari berjalan kaki dengan santai “kenapa hari ini tak ada bintang” gumam qiran menengadahkan wajahnya ke atas , melihat
langit yang tak muncul bintang satupun
cukup jauh di rasa qiran berjalan ia merasa cukup lelah, Qiran memutuskan untuk duduk di bangku panjang taman kota, memejamkan matanya sesaat dan mengingat pertemuannya dengan jay beberapa saat lalu
Qiran merasa ada pergerakan di sebelahnya karena bangku taman sedikit berguncang pelan membuat dirinya membuka matanya lebar dan menoleh ke samping untuk memeriksanya “untuk apa kau disini? Apa sedang mencari
inspirasi?” Tanya jay yang tak sengaja berhenti di taman kota karena pertemuannya dengan qiran membuat hatinya tak karuan
Qiran menelan salivanya kasar melihat jay di sana. orang baru saja terlintas dalam pikirannya dan sekarang sudah ada di hadapannya “hanya ingin bernafas saja” balas qiran agak gugup dan segera memalingkan wajahnya dari qiran
jay mengernyitkan dahinya “memangnya kalau tidur di rumah kau tak bisa bernafas?” Tanya jay membuat atensi qiran kembali ke arah Jay
Qiran buru-buru kembali menghindari pandangan jay dan menatap lurus kedepan “emmm, gimana ya? Aku juga
gak tahu kira-kira sulit bernafasku akan bertahan lama atau tidak” balas qiran dengan nada ambigu
“memangnya kenapa kau ada disini?” Tanya jay
“kamu sendiri untuk apa datang kesini?” Tanya qiran balik
“cih” jay berdecih sebal “ditanya malah balik Tanya” kesal jay tak mendapati jawaban qiran malah mendapat
lemparan pertanyaan
“kalau kau tak mau menjawab juga tak masalah, toh aku juga tak ingin menjawab pertanyaanmu” balas qiran datar
“aku baru bertemu cinta pertamaku” seru jay mencebikkan bibirnya
“cinta pertama?” Tanya qiran menoleh ke arah Jay
“ya cinta pertamaku. Mungkin baginya, dia bukan cinta pertamaku karena aku dulu memang sempat terkenal sebagai playboy” balas jay mengingat kenangannya dulu saat sering di katai playboy oleh teman-temannya karena begitu banyak wanita yang mengejarnya dulu
“lalu” Tanya qiran
“aku fikir perasaanku sudah menghilang sejak 4 tahun lalu, tapi nyatanya itu masih ada” balas jay terkekeh
Qiran ikut terkekeh “lalu kenapa kau tak kembali padanya kalau merasa masih mencintainya ?” Tanya qiran
“aku hanya laki-laki yang tak di anggap jadi mana mungkin aku kembali padanya. Dulu saja aku tak dianggap sesuatu bernyawa apalagi sekarang” balas jay mencurahkan apa yang di pendamnya selama ini
Ada rasa sesak di dadanya saat jay mengungkapkan isi hatinya “apa kau pernah bertanya padanya?” Tanya qiran mencoba menetralkan perasaanya
“tidak” balas jay
“lalu kenapa kau mengira dia beranggapan seperti itu tentangmu?” Tanya qiran
Jay menautkan kedua alisnya menatap qiran dengan tanda Tanya membuat qiran menelan salivanya kasar “kau kan seorang actor papan atas dan cukup terkenal jadi heran saja jika ada wanita yang tak suka padamu” ucap qiran mencoba mengalihkan perhatian jay
“orang tuanya yang bilang kalau aku Cuma pria benalu di hidupnya” ucap jay dengan wajah sendu
Qiran mengangguk “mungkin itu benar” balas qiran teringat kejadian masa lalu
Jay menatap tajam ke arah qiran “jadi kau pikir? Aku beneran benalu?” Tanya jay dengan raut kesal
“aku gak bilang seperti itu”balas qiran datar
“terus tadi?” Tanya jay
dalam hati tentu qiran tak menganggap jay sebuah benalu, itu hanya anggapan keluarganya perihal Jay yang dulu hidup selalu mendapat bantuan qiran tapi dalam hati qiran selalu bahagia saat membantu jay pada mas dulu “kan kau yang beranggapan seperti itu, jadi aku hanya mengikuti anggapanmu saja” balas qiran
“ih ngeselin” seru jay
Qiran menaikkan sudut bibirnya tersenyum dengan tingkah jay yang tanpa jay sadari karena qiran yang memakai masker dan penutup kepala dari jaket yang ia pakai
“lalu kau sendiri belum menjawab kenapa kau ada disini di jam seperti ini ?” Tanya jay
Qiran menoleh kearah jay “sama sepertimu, aku bertemu mantan kekasihku dulu, dan aku berakhir di sini sekarang” qiran menggelengkan kepalanya ingin meralat ucapannya “bukan mantan tapi satu-satunya kekasih yang ku punya dan orang yang aku cintai di hidupku” tambah qiran
“kau masih mencintainya atau dia masih mencintaimu dan kau ingin kembali padanya ?” Tanya jay
Qiran tersenyum “aku tentu saja masih mencintainya karena dia satu-satunya oran yang akan aku cintai di hidupku tapi mungkin dia mengira aku tak mencintainya,dan juga aku tak tahu bagaimana berkata cinta kepadanya ” qiran mengedikkan bahunya “jadi entah lah” balas qiran mengambang
“apa orang itu yang selalu kau ingat saat menulis naskah drama untukku?” Tanya jay memastikan perasaan yang ia rasa selama ini saat membaca tulisan qiran
“ya” balas qiran menengadahkan wajahnya ke langit “bahkan aku membuat satu naskah khusus mengutarakan bagaimana rasa cintaku untuknya” balas qiran
“ya sudah, berikan padaku naskah itu. Akan kubuat sebagus mungkin agar orang itu tahu kalau kau mencintainya” balas jay semangat dengan tulisan qiran
“aku gak bisa” balas qiran
Jay menautkan kedua alisnya “kenapa?” Tanya jay
“ada bagian akhir saat aku mengatakan kalau aku mencintainya, tapi aku tak bisa menulisnya” balas qiran tersenyum kecut
“kenapa?” Tanya jay tak paham kenapa qiran tak bisa menulisnya, itu kan hanya sebuah
tulisan pikir jay
“aku terlalu takut menyakiti hatinya. Dulu aku sangat melukainya. Aku takut hanya satu kalimat yang aku ucapkan bisa meruntuhkan pertahanannya selama ini” balas qiran menatap kosong ke depan
Jay mencoba meresapi setiap ucapan qiran “ternyata kau begitu mencintainya?”Tanya jay
qiran menoleh ke arah Jay “apa kau juga mencintai wanita itu” balas qiran kembali bertanya
Kedua-duanya sama-sama mengangguk mengiyakan bahwa mereka masih mencintai orang yang sama yang ada dalam hati mereka “iya aku sangat mencintainya, makanya terlalu takut bersamanya” ucap jay dan qiran bersamaan
Qiran dan jay saling menoleh dan terkekeh karena ucapan mereka yang sama dan tempo yang sama
'lucu sekali bahwa pikiran kita sama" cicit Jay
"ya sangat lucu" sahut qiran
“rumahmu dimana? Biarku antar pulang” tawar jay melirik ke arah Qiran
“tak usah, rumahku sudah dekat” balas qiran tak ingin tempat tinggalnya diketahui Jay
“kau tinggal di kawasan apartemen” Tanya jay melirik kawasan yang ada di sekitarnya
“ya” balas qiran mengangguk
“apa aku boleh main, sesekali?” Tanya jay
“tidak” balas qiran dengan sangat yakin
“kenapa?” Tanya jay mendapati jawaban qiran yang langsung dan tanpa keraguan sama sekali
“aku tak suka ada yang menginjakkan kaki di rumahku selain sahabatku” balas qiran jujur
“oke kalau begitu” jay beranjak dari duduknya “aku pulang duluan, karena harus syuting jam 7 pagi nanti” pamit jay
Qiran mengangguk “ya” balas qiran datar
Qiran menatap punggung jay yang makin menjauh “kenapa saat aku seperti ini kau tak mengenaliku” kekeh qiran tertawa mendapati jay yang tak sadar bahwa dirinya adalah Qiran, nerissa ningrum dan Qiran naditya lavanya adalah orang yang sama
Qiran menengadahkan kepalanya menatap langit yang masih gelap “sepertinya aku harus ke kantor nanti” gumam qiran meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dan juga lelah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments