Ponsel qiran berbunyi, dan qiran bergegas mengangkatnya “halo” sapa qiran
“apa kau masih di depan laptop mu?” Tanya tara membuka obrolan
“hemmm, ngapain lagi memangnya?” Tanya qiran memutar bola matanya malas
“apa kamu akan terus bersembunyi darinya seperti ini?” Tanya tara sahabat qiran
“hemmm” balas qiran menatap salah satu foto yang ada dalam laptopnya
“maafkanlah dirimu qiran” pinta tara
Qiran menghela nafas “sudah ah, aku mau lanjut mengetik lagi” balas qiran mengakhiri panggilannya
Qiran melanjutkan membuat naskah drama dengan serius, lalu mencetaknya agar bisa di baca dengan lebih leluasa
“ah sudah dapat beberapa episode ternyata” gumam qiran memeriksa hasil print naskah dramanya yang berjudul “Love Shadow”
Qiran mengerutkan keningnya saat membaca isi halaman yang awalnya tak ingin ia cetak
“My dreams (my haesbich)” qiran membaca file dengan judul tersebut yang barusan saja ia cetak tanpa sengaja
“kenapa aku malah mencetaknya?” gumam qiran mulai memisahkan file dan menyimpannya di dalam laci meja kerjanya
Qiran melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 malam “waktunya pulang” gumam qiran memakai kacamata tebalnya dan menutup wajahnya memakai masker. pakaian yang selalu ia kenakan saat akan keluar
Qiran berjalan santai dengan memakai sandal jepit dan pakaian santai ala kadarnya, bahkan
terkesan seperti baju tidur itu. qiran memang selalu tak memperdulikan pakaiannya saat ada di luar
“malam nona risa” sapa satpam yang mengetahui nama qiran adalah nerissa ningrum, salah
satu penulis handal di dreams shadow
“malam pak” balas qiran mengangguk sopan
“malam lagi pulangnya nona?” Tanya pak satpam
“iya pak, seperti biasa saya pulang jam segini” balas qiran berjalan dengan santai meninggalkan perusahaan tempat ia bekerja
“hati-hati nona” ucap pak satpam
“iya pak” balas qiran ramah
Qiran berjalan keluar gedung melewati lobi perusahaan dan ternyata banyak kumpulan wartawan di sana yang sedang mengerubungi seorang actor. (namanya perusahaan entertainment pasti banyak artis ya, hehehe)
Qiran menghentikan langkahnya saat orang itu sedang dikerubungi adalah orang yang sangat ia kenal
“ah setidaknya aku melihatmu hari ini” gumam qiran tersenyum senang dan melanjutkan kembali langkahnya meninggalkan gedung perusahaannya itu
Qiran berjalan perlahan menyusuri jalan perkantoran, saat ia sampai di sebuah taman kompleks tak jauh dari apartemennya, qiran menghentikan langkahnya dan duduk di sebuah kursi panjang di taman komplek.
Qiran meraih saku jaketnya dan mengambil sebuah kalung berbentuk matahari, menengadahkannya ke atas seolah menyandingkan kalung matahari tersebut dengan cahaya bintang di langit “saat kita bersanding
hanya bisa dalam khayalan dan tak mungkin jadi sebuah kenyataan” gumam qiran bermonolog seorang diri
Qiran meletakkan kalungnya di dada “tapi aku sangat ingin ini jadi kenyataan, aku sangat merindukanmu. Kembalilah padaku” gumam qiran menangis sesenggukan mengeratkan kalung tersebut di dadanya
***
Qiran terbangun dari tidurnya tepat jam 5 pagi, ia turun dari ranjangnya berjalan menuju dapur dan menenggak sebotol air mineral dalam kulkas. Setelah selesai minum qiran membersihkan apartemennya dengan alat penghisap debu canggih yang ia punya dan duduk di balkon apartemennya menghirup udara pagi hari yang masih terlihat gelap
“kebiasaan kalau pagi selalu pakai baju minim” gumam seorang pria melemparkan selimut ke arah qiran hingga menutupi wajahnya
Qiran meraih selimut itu dengan kasar menatap pria tersebut tajam “tara!” teriak qiran kesal
“apa?” Tanya Tara datar
Qiran dan tara memang tinggal di gedung apartemen yang sama dan tinggal bersebelahan, jadi mereka masih bisa saling bertukar sapa melalui balkon apartemen mereka
“bisa gak sih gak usah kebiasaan lempar aku pakai selimut” kesal qiran yang selalu di hadiahi lemparan selimut setiap pagi walaupun kadang jaket sih
“ya abis kamu kalau pagi, pasti pakai pakaian kurang bahan kaya gitu” balas tara berdecak kesal melihat kebiasaan qiran yang bangun pagi dan selalu memakai pakaian minim memperlihatkan bagian tubuhnya yang putih mulus itu
“yakan aku biasa tidur dengan pakaian seperti ini. Lagian ini bukan Negara tempat kita tinggal dulu, udara disini tak seekstrim di sana tara” balas qiran
Tara menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya sedari kecil itu “kamu ini aneh banget sih qiran, kalau tidur ia suka pakai pakaian seksi, tapi kalau keluar rumah udah kaya orang yang tinggal di kutub terlalu banyak lapisnya. Padahal pagi begini dingin banget kalau siang panas banget” balas tara bingung dengan pilihan pakaian qiran yang terkesan terbalik fungsinya
“biarin” balas qiran membuang mukanya kasar
“oh ya qiran” ucap tara menggaruk pangkal hidungnya bingung harus bicara apa pada qiran
“ada apa?” Tanya qiran melihat kebingungan di wajah tara sahabatnya
“dia tertarik dengan tulisanmu” ucap tara memberanikan diri untuk mulai bicara
Qiran terkekeh melihat tingkah sahabatnya “ terus kenapa? Biasanya juga dia menemui Lensi untuk mengurus pencocokan teks drama yang aku buat” balas qiran yang sudah biasa mendapat ketertarikan dari orang-orang tentang hasil tulisannya
“tapi kali ini dia ngotot pengen ketemu kamu, gak mau lagi bertemu lensi” balas tara menyampaikan kecemasannya pada qiran
Qiran mengerutkan keningnya “kenapa, dia tumben sekali” balas qiran
“entah lah” tara mengangkat kedua bahunya
“aku malas ketemu dengannya” balas qiran menyandarkan tubuhnya di balkon dan menengadahkan wajahnya ke atas melihat langit yang sudah mulai terang
“kau malas, atau kau takut dia mengenalimu?” Tanya tara penuh selidik
Qiran menatap tak suka ke arah tara “ya benar kan apa yang aku ucapkan” tambah tara
“aku gak ingin ketemu dia tara” balas qiran
Tara mengumpat kasar mengeluarkan sumpah serapah tak jelas “kalau kau mengizinkanku mendepaknya pasti aku sudah mendepaknya agar dia gak banyak tingkah tapi kamu sendiri yang memanjakannya, makanya dia jadi kurang ajar dan gak tahu batasan” balas tara yang memang tak menyukai pria yang sedang di bahas itu
“kali ini apa yang dia minta jika aku tak menurutinya” Tanya qiran seolah tahu bahwa akan ada ancaman jika permintaan pria yang di maksud tak di turuti qiran
“dia akan keluar dari perusahaan setelah kontraknya habis” balas tara
“ya sudah biarkan saja, dan jangan perpanjang kontraknya. lagian dia sekarang bisa berdiri sendiri tanpa bantuanku lagi ” balas qiran memasuki kamarnya dengan santai
“kenapa tak kau selesaikan saja semuanya qiran jangan selalu bersembunyi darinya. itu sama sekali tak akan menyelesaikan masalahmu” teriak tara ingin qiran agar segera menyelesaikan masalahnya dan tak membiarkan masalahnya terus berlarut-larut
Qiran tak menjawab pertanyaan tara dan terus melangkah masuk ke dalam apartemennya mengabaikan tara yang sedang kesal dan terus mengumpat dengan sumpah serapah tak jelas karena di abaikan oleh qiran
"aku juga ingin bertemu dengannya dan juga memeluknya tapi mana sanggup aku bertemu dan menatap matanya" gumam qiran menjawab pertanyaan Tara dengan suara lirih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments