Mata Naira masih menatap sinis ke arah pria yang ada di depannya. Namun, setiap kali Arvin menatapnya, dia akan memasang tatapan biasa, atau menoleh ke arah lain.
"Nona, apa kau keberatan jika aku ada di sini?" tanya Arvin yang seperti memahami tingkah laku Naira yang selalu menghindar ketika tanpa sengaja mata mereka bertemu.
"Tidak, maaf jika saya membuat anda tidak nyaman," ucap Naira sambil tersenyum seramah mungkin. Sesuai informasi yang didapatnya bahwa pria ini menyukai gadis yang ramah.
"Mungkin anda merasa canggung karena kita belum mengenal. Nama saya Arvin, sepertinya rumah kita berhadapan karena saya pernah melihat anda," ujar Arvin dengan senyuman yang juga ramah. Dia mengulurkan tangannya ke hadapan Naira.
"Saya Naira," ucap Naira sambil membalas uluran tangan Arvin. Namun, setelah bersalaman, dia langsung menyembunyikan tangannya di bawah meja dan melapnya dengan tisu. Tidak sudih rasanya berjabat tangan dengan pria satu ini. Tangannya sangat kotor, seperti hatinya, begitu pikir Naira.
"Senang bertemu dengan anda. Kalau saya boleh tahu, apa pekerjaan anda?"
"Saya CEO PT SN," sahut Naira.
Begitu mendengar kata CEO, sontak sorot mata Arvin pun berubah. Dia memiliki pandangan sedikit berbeda pada gadis di depannya ini.
"Saya CEO PT ARVAD," sahut Arvin tanpa ditanya.
"Wah, saya mendengar bahwa perusahaan itu memiliki banyak keunggulan. Benarkah?"
"Ah, tidak, sebenarnya tidak ada yang spesial dari perusahaan kami. Hanya saja, saya mencoba mensejahterakan karyawan saya sehingga nama perusahaan saya lumayan dikenal orang."
"Jadi tentang perusahaan yang memberangkatkan setiap seratus karyawan untuk beribadah pertahun itu benar?"
"Ya, benar, kami memang memberangkatkan setiap seratus karyawan berdasarkan lamanya mereka bekerja. Biasanya yang senior yang akan kami berangkatkan ibadah menurut agama masing-masing." Arvin mengangguk mengiyakan ucapan Naira.
'Cih, kau kira kebaikan yang kau lakukan pada semua orang bisa membuat Tuhan menghapus dosa-dosamu?' batin Naira dengan hati yang sangat kesal.
"Aku kira sudah sore, terima kasih mejanya." Arvin yang sudah menghabiskan tehnya pun langsung pergi dari minimarket itu.
Dia tersenyum begitu ramah pada Naira dan berjalan meninggalkannya menuju ke mobil. Terlihat seorang berpakaian sopir membukakan pintu belakang untuknya. Sopir itu juga membungkuk seakan memberi hormat.
Setelah Arvin masuk, Naira yang masih memperhatikannya melihat raut wajah Arvin yang datar sebelum sang sopir menutup pintunya.
Namun, Naira berusaha untuk tidak memperdulikannya. Terus menyantap mienya yang masih ada sedikit sisa.
"Ya, Sayang, aku akan ke sana sebentar lagi. Tunggu aku, ya. Aku mencintaimu," ucap seorang pria yang langsung membuat Naira menoleh karena dia jelas mengenal suara pria itu.
Ya, benar, ternyata itu adalah suara Randy. Pria yang telah membatalkan pernikahan dengan sang kakak hingga membuatnya harus kehilangan nyawa. Namun, bagaimana bisa dia bersenang-senang di atas kematian kakaknya yang sia-sia?
"Randy!" ucap Naira sambil menghampiri Randy.
Randy yang terkejut melihat keberadaan Naira di sini pun langsung menutup teleponnya.
"Naira, apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku sedang meny...." Tidak, mana mungkin Naira menceritakan semuanya pada Randy. Masalah ini cukup hanya dia dan Bella saja yang tahu. Tak perlu orang lain tahu.
"Aku menyewa rumah di sini karena aku bosan dengan suasana di rumah lamaku. Kau tahu kan di rumah itu ada sebuah tragedi yang sangat mengerikan, dan itu disebabkan karenamu," ujar Naira sambil menatap sinis.
"Aku tidak ada waktu untuk berdebat denganmu."
"Jelas kau tidak punya waktu karena sekarang kau sudah menemukan kekasih baru. Kau sibuk dengannya. Sedangkan kakakku, dia harus menderita karenamu!"
"Aku benar-benar tidak punya waktu dengan ini, Naira! Maaf, aku sibuk." Randy pun bersiap melangkah meninggalkan Naira.
Namun, Naira malah mengatakan hal yang tidak diduga.
"Pasti kau yang telah menjebaknya, kan? Kau tidak mencintainya dan kau memilih jalan itu untuk membatalkan pernikahan kalian? Kau benar-benar jahat, Randy!"
Mendengar kalimat itu, Randy pun langsung berbalik dan menatap Naira dengan tajam.
"Tahu apa kau soal cinta, ha? Aku cukup terluka dengan skandalnya dan kau memintaku untuk menerimanya? Apa kau akan membiarkan hal itu terjadi dalam hidupmu? Jika kekasihmu tidur dengan wanita lain, apakah kau masih tetap menerimanya? Menikahinya?" Randy berdesis hingga membuat Naira sedikit ketakutan. Baru kali ini dia melihat seorang Randy bisa menatapnya begitu tajam.
"Ran, ada apa? Kenapa sedari tadi kau terlihat marah?" tanya seorang wanita yang merupakan ibunya Randy, yaitu Rany.
Namun, begitu melihat Naira, air muka Randy pun seketika berubah. Dia terlihat membenci keberadaan Naira di sini.
"Itulah mengapa Ibu tidak mau kita berhenti di sini. Perasaan Ibu tidak enak, dan sekarang Ibu tahu apa penyebabnya." Sama halnya dengan Randy, Rany juga menatap tajam pada Naira.
"Ayo, Bu, kita pergi dari sini!" Randy pun mengajak ibunya pergi dari tempat itu. Membuat Naira perlahan menitihkan air matanya. Mengapa tak ada satupun orang yang mengerti perasaannya sekarang? Dia hanya ingin menuntut keadilan atas meninggalnya sang kakak. Namun, yang terjadi malah seperti ini.
"Tidak, aku tidak boleh menangis. Aku harus tetap kuat untuk mendapatkan keadilan bagi kakakku. Awas saja kau, Arvin, aku akan membuat perhitungan padamu!"
Dia pun segera pergi dari tempat itu setelah membuang sisa makanannya. Hatinya menjadi kacau karena bertemu dengan dua orang yang juga dibencinya. Andai saja Randy tak membatalkan pernikahan itu, pasti sekarang Sarah masih hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
yatun divia
Naira kamu jangan gegabah cari dulu dalang dari semuanya termasuk yg menyebar foto Sarah bersama Arvin saat akad nikah jangan sampai kamu salah sasaran
2023-07-15
1
Yusria Mumba
yang naira,
2023-06-27
0
renita gunawan
Jangan-jangan yang menjadi kekasih randy sekarang adalah dalang yang menjebak sarah
2023-03-23
0