Menempati rumah baru

"Ini kuncinya, selamat menempati," ucap sang pemilik rumah pada Naira sambil memberikan kunci rumah yang akan ditempati oleh gadis itu.

"Terima kasih, Pak," ucap Naira sopan.

Setelah si pemilik rumah pergi, Naira pun langsung berkemas dan menempati kamar di lantai dua. Dia hanya menyusun bajunya dan keperluan lainnya di kamar itu.

Dia juga menempatkan sebuah teropong besar di dekat jendela untuk memantau pergerakan Arvin karena rumah mereka berhadapan. Kamar pria itu juga berada lurus di depannya. Karenanya dia akan dengan mudah memantau pergerakannya. Percuma dia membeli teropong canggih kalau tidak bisa mengintai target dari cela yang paling kecil sekalipun.

Setelah mempersiapkan alat-alatnya, Naira pun duduk di depan teropong dan mulai mengawasinya. Karena katanya, jam segini adalah jam dimana pria itu akan pulang bekerja.

Dan benar saja, beberapa menit kemudian, sebuah mobil pun masuk ke pekarangan rumahnya dan keluarlah sosok pria yang persis seperti di foto yang ditunjukkan Bella waktu itu.

"Bagus, kau sudah pulang! Mari kita lihat apa yang akan kau lakukan setelah ini." Naira kembali fokus dengan teropong jarak jauhnya. Dia berhasil melihat cela kecil di gorden jendela Arvin dan memutar bagian tubuh teropongnya agar teropong itu menampilkan kegiatan yang ada melalui sela gorden.

Arvin terlihat sudah masuk ke dalam kamar. Dia meletakkan tas kerjanya di atas ranjang, lalu mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Naira tetap menunggu dan mengira bahwa Arvin akan keluar dengan baju yang lengkap. Namun sayang, dirinya salah sangka. Arvin malah keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya.

Sontak Naira langsung membuang muka dan tak ingin melihatnya. Sial sekali karena dia harus melihat pemandangan itu. Pemandangan yang sangat menjijikkan karena tubuh pria itu pernah mengotori tubuh kakaknya.

Setelah beberapa saat, Naira kembali melihat ke teropong dan ternyata Arvin sudah selesai berganti baju. Dia melihat pria itu mengambil ponselnya dan duduk di sofa. Sesekali dia terlihat memegangi kepalanya yang mungkin saja terasa pusing.

"Hahah, kau pusing karena pekerjaanmu sangat banyak? Atau kau pusing karena memikirkan dosamu di masa lalu?" monolog Naira sambil tersenyum licik.

Setelah bermain ponsel, Arvin lantas membuka gordennya lebar-lebar. Dia pergi ke balkon kamarnya. Untung saja sebelumnya Naira sudah meminta pemilik rumah untuk memasang kaca jendela satu arah sehingga orang dari luar tidak akan melihat apa yang dilakukannya di dalam.

"Hah! Dia keluar? Baiklah, aku harus keluar juga dan mencari perhatian padanya. Kalau aku dinotice, pasti ini akan semakin mempermudah jalanku. Dia kan laki-laki hidung belang, maka aku harus memakai pakaian yang seksi."

Naira pun segera membuka lemari dan memilih pakaian yang paling seksi. Pilihannya jatuh pada sebuah hotpen dan tank top berwarna hitam. Dia menggerai rambutnya, lalu memakai make up yang mencolok.

Perlahan, dia pun keluar dan berpura-pura menikmati teh, padahal tidak ada isinya, di balkon kamar yang menghadap ke balkon kamar Arvin.

Dia berpura-pura melihat ke arah lain. Seperti memperhatikan jalan dan memainkan rambutnya sesekali agar terlihat semakin menggoda.

Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Arvin sama sekali tak melihatnya. Malah pria itu kembali ke kamarnya ketika dering ponselnya berbunyi.

Naira yang kesal pun segera masuk ke dalam. Namun, dia tak menyadari, bahwa sebelum masuk ke dalam kamarnya, Arvin sempat menoleh ke arahnya dan melihat punggungnya yang perlahan hilang dari pandangan.

Naira yang terlanjur kesal pun langsung mengambil notebooknya dan mulai merencanakan sesuatu.

Dia berencana untuk melakukan beberapa cara agar menarik perhatian pria itu. Maka dari itu, dia harus mencari tahu dulu seperti apa Arvin.

Namun sayangnya, internet tidak begitu membantu karena hanya menampilkan nama, umur, dan perusahaannya saja.

Dia pun lantas menelpon Bella yang pasti sudah mencari tahu lebih dulu.

[Ya, Naira, kenapa? Apa kau sudah pindah?]

"Aku baru saja memantaunya dari rumah yang aku sewa ini. Bella, Apakah kau tahu sesuatu tentang pria ini? Aku tak memiliki ide untuk menarik perhatiannya."

[Tidak ada.]

"Ayolah, Bella, aku tahu pasti kau sudah mencari tahu ini terlebih dahulu. Namun, kau tidak mau memberitahuku, kan? Percayalah, aku tidak akan kenapa-napa. Aku akan berhati-hati, aku berjanji."

Terdengar helaan nafas panjang dari seberang telepon setelah mendengar kalimat Naira.

[Baiklah, dia itu menyukai gadis yang ramah, baik, dan pintar. Lalu, yang aku tahu, dia juga suka gadis yang suka olahraga. Di daerah itu ada Gym langganannya. Dia selalu kesana setiap akhir pekan. Daftarkanlah dirimu ke sana.]

"Oh, baiklah, terima kasih, Bell."

[Nai, kau masih memiliki waktu untuk mengurungkan niatmu.]

"Kau sudah tahu jawabanku, Bella. Sudah dulu, ya. Berkunjunglah kesini jika kau sempat."

Naira langsung mematikan panggilannya dan bergegas pergi ke tempat Gym untuk mendaftar. Dia juga akan datang ke tempat itu ketika weekend. Sebenarnya dia juga perlu membentuk tubuhnya agar lebih sempurna.

"Astaga, aku lapar. Catering akan datang mulai besok. Baiklah, sepertinya aku harus ke minimarket untuk membeli makanan cepat saji."

Naira pun bergegas mengganti bajunya dan turun ke bawah. Dia memang memakai jasa katering, namun itu baru dimulai besok. Begitu juga tukang bersih-bersih yang akan datang dua hari sekali. Itupun saat pagi saja. Naira tak mungkin membiarkan ada orang asing yang berlama-lama tinggal di rumah ini. Dan untuk kamarnya, dia yang akan membersihkannya sendiri.

Dia pun memilih untuk menaiki sepeda motor karena minimarket ada di ujung jalan. Komplek perumahan ini memang sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas termasuk minimarket dan tempat Gym, makanya Naira tidak merasa keberatan harus tinggal di sini.

Sesampainya di minimarket, Naira langsung mengambil beberapa makanan cepat saji seperti mie cup dan sosis serta bakso siap makan.

Dia pun menyeduhnya dengan air panas yang ada di minimarket itu, lalu duduk di bangku yang disediakan di depan minimarket. Dia menikmati makanannya karena perutnya sangat lapar.

"Mmmm, kalau ada Kak Sarah, pasti dia akan memarahiku karena memakan mie instan." Bayangan Naira pun kembali pada masa-masa yang dilaluinya bersama sang kakak.

Mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Sarah adalah sosok wanita yang pendiam dan penyayang. Dia selalu melarang Naira memakan makanan yang tidak sehat. Bahkan berapa kali sengaja mencuri makanan itu dan mengatakan bahwa makanan itu telah hilang agar sang adik tidak memakannya.

Entahlah, lagi-lagi Naira menjadi emosional karena mengingat sang kakak yang harus pergi dengan cara tragis seperti itu.

"Ah, panas, panas!" Tiba-tiba saja Naira mendengar suara seseorang yang seperti kepanasan.

Dia menoleh dan melihat seseorang yang memakai memakai masker serta Hoodie mengaduh karena tangannya terkena air panas akibat teh yang dipengangnya tumpah.

"Sini, Tuan, letakkan di sini agar....."

Seketika ucapan Naira pun terhenti ketika melihat wajah yang berada di balik masker itu. Ternyata itu adalah Arvin.

Pria itu melepas maskernya karena ingin melap tangannya sebelum duduk di depan Naira.

'Sial! Mengapa aku harus bertemu dengannya saat makan? Kalau begini kan selera makanku hilang,' batinnya kesal.

Terpopuler

Comments

renita gunawan

renita gunawan

dendam bisa membuat seseorang menjadi tertutup logikanya

2023-03-23

0

Ayas Waty

Ayas Waty

jangan benci yg terlalu ntar jd cinta Lo Naira

2023-03-22

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

gara gara dendam orang bisa melakukan cara apapun

2023-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!