Aku mengembuskan napas yang sejak tadi kutahan tidak masalah. Sekarang aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi mengenai penampilanku, jadi aku hanya perlu memastikan tidak tersandung saat berjalan melintasi lantai panjang & mulus yang mengarah ke dua singgasana di ujung aula. Aku mengangguk pada para pengawal yang berdiri di kedua sisi pintu raksasa, & mereka mengulurkan tangan pada saat yang persis sama untuk membuka jalan menuju aula.
Aula Thorvaldor panjang berlangit-langit tinggi, & diapit jendela-jendela tinggi. Tidak seperti Aula besar, tempat berbagai jamuan makan di langsungkan, atau Aula Api, tempat penghuni istana bisa membaca atau mendengarkan lagu & puisi terbaru, Aula Thorvaldor jarang terasa hangat. Tiang-tiang putih yang diletakkan dengan jarak tertentu menghasilkan sebuah jalan lebar yang terbentang di sepanjang lantai marmer menuju sebuah podium, tempat dua singgasana besar berada. Tanpa menunggu lagi aku mengangkat dagu & berjalan menghampiri mereka.
Dibelakang, aku mendengar suara pintu ditutup, lalu langkah pelan paman Ronald yang mengikutiku.
Bulu kudukku mulai meremang begitu pintu ditutup di ujung aula, orangtuaku duduk diatas singgasana mereka, memakai mahkota kenegaraan yang berat. Dua orang lainnya berdiri di atas podium. Tidak ada oang lain di ruangan.
Aku menelan ludah. Ada sesuatu yang tidak beres. Aku mengenali orang-orang itu saat mendekati podium. Pria yang lebih tua bernama Omar Otralus, kepala kampus penyihir di Vivaskari & penasihat utama ayahku dalam bidang sihir, Penampilan pria itu terlihat seperti layaknya seseorang yang kau bayangkan sebagai penyihir terkuat di negeri ini, dengan janggut bersemburat putih, mata gelap & tajam ( kira2 seperti kakek penyihir yang ada di film Harry Potter😁), di sampingnya ada perempuan bertubuh tinggi & tegap, dengan gerak-gerik angkuh, rambutnya Yang lebat & berwarna gelap disisir ke atas & dijepit bak sebuah mahkota di kepalanya. Dia Melani Enderson. Melani dianggap sebagai calon utama penganti Omar, baik sebagai kepala kampus maupun penasihat sihir ayahku. Melani juga seorang perempuan bangsawan, & sangat cantik. Mereka berdua mengenakan jubah hitam, penanda ahli sihir.
Aku jarang berhubungan dengan mereka, tapi Melani tinggal di istana selama beberapa bulan dalam satu tahun, & Omar mengunjungi istana hampir setiap hari. Sebagai kepala kampus & penasihat ayahku, Omar selalu sibuk, & itu membuatnya bersikap tegas pada hampir semua orang. Setiap kali bicara dengan Omar aku selalu merasa terlalu lama menyita waktunya, seakan-akan meskipun seorang putri, aku tidak cukup penting untuknya. & Melani menatapku dengan cara yang membuatku merasa dia bisa melihat isi kepalaku, tatapan tajam & tidak berkedip yang membuatku sedikit gentar. Melani cantik, gerakan anggunnya sangat lemah lembut, & membuatku merasa semakin canggung saat berada di dekatnya. Meskipun begitu, mereka orang-orang penting, & melihat mereka ada di sana membuat bulu kudukku semakin meremang.
Aku mengangguk saat melewati mereka, dan dari sudut mata, melihat paman Ronald sudah berdiri di samping mereka, tapi aku mengarahkan seluruh perhatianku pada orangtuaku. “ Yang mulia,” aku berkata resmi saat berhenti beberapa kaki di depan podium. Lalu, “ Ibu, Ayah.”
“ Diana,” ujar ibuku. Namun ibuku tidak tersenyum saat mengucapkannya, & sepertinya aku mendengar nada tercekat di kerongkongannya, tapi menghilang dengan cepat hingga aku tidak yakin. “ Ada yang harus kami sampaikan padamu.”
Ibuku melirik Ayahku, sebuah gerakan yang sangat tajam hingga membuatku berkedip. Ayahku menunduk, seakan-akan sedang mempersiapkan diri untuk sesuatu, & saat mendongak, dia memasang ekspresi sang raja,kuat, tenang, & dingin.
“ APa yang akan disampaikan oleh orangtua Diana ?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Adinda
Rahasia apakah gerangan?!😁
2023-07-12
0
Pelangi
Apa yah thor😀
2023-07-08
0