Shena tidak habis pikir dengan keluarganya. Bisa - bisanya mereka mendukung perselingkuhan suami dan adiknya. Dia begitu kecewa dengan seluruh keluarganya.
Dimana ada keluarga yang tega terhadap anggota keluarga lainnya. Apalagi ibu yang telah melahirkan yang telah ikut menyakitinya.
Shena berjalan di tengah gelapnya malam. Dia tidak tau mau kemana, karena yang ia bawa hanya baju yang dipakai.
Shena hanya berjalan tanpa arah. Dia hanya menangisi apa yang terjadi dengan apa yang menimpa dirinya. Takdir yang membuat hancurnya keluarganya. Dan yang menjadi orang yang menghancurkan rumah tangganya adalah keluarganya sendiri.
"Bagaimana bisa ya Allah aku tidak tau, mereka berbuat di rumah kami, adik yang sangat aku sayangi, adik yang aku Kuliah kan tapi menjadi duri dalam keluarga aku sendiri." Ucap Shena sambil mengisi.
Dia mengingat kembali bagaimana adiknya menikah sebelum kuliahnya selesai. Pernikahan adiknya masih bertahan sampai saat ini yang dia tau. Suami adiknya juga akan pulang sekali setahun . Namun yang baru Shena sadari bahwa suaminya adiknya selalu hanya beberapa jam di rumah mereka.
"Bodoh, harusnya aku sadar bahwa pernikahan itu hanya sebagai menutupi perselingkuhan ini, bisa jadi mereka tidak tinggal bersama setelah Arman pulang, bisa jadi itu hanya akting di depan aku." Shena menyadari kebodohannya.
Sejak Shena Menikah semua keluarganya memang ikut tinggal dengannya. Bahkan ketika adiknya menikah, ibunya memintanya untuk mengizinkan Mia tinggal di rumah berbarenga.
Suaminya lansung setuju karena alasan kasihan dengan Mia. Shena sangat bangga kepada suaminya waktu itu karena di anggap peduli terhadap keluarganya.
" Ternyata ini alasan kebaikan kamu mas." Ucap Shena.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti membuat Shena sedikit takut. Dia tidak tau apa yang akan di lakukan oleh yang punya mobil terhadapnya.
"Mau kemana mbak?" Tanya seseorang lelaki yang baru saja turun dari mobilnya.
"Saya tidak ada tujuan, mohon jangan ganggu saya." Jawab Shena agak takut.
"Mbak ini sudah dini hari, mbak bahaya berjalan sendirian."
Shena hanya diam. Setelah itu barulah pikiran agak sedikit terbuka. Dia lupa jika dia punya mesjid untuk tempat singgah Sampai pagi.
"Mbak mau kemana? Biar saya antarkan."
"Mas pergi saja, saya bisa cari mesjid terdekat."
Lelaki itu semakin bingung dengan jawaban wanita itu. Dia melihat ada bekas air mata di wajahnya. Wanita dengan baju tidur keluar dengan kusut.
"Mbak ada masalah dengan keluarganya?"
Kemuning hanya menjawab dengan anggukan. Dia tidak mungkin percaya dengan sembarang orang.
"Ayok ikut saya."
" Kita belum kenal, bagaimana saya bisa percaya mas orang baik - baik."
"Apakah wajah saya seperti orang jahat?"
Shena memperhatikan pakaian yang di gunakan oleh lelaki itu. Nampak jika ia adalah lelaki berduit.
"Lagian mana mungkin saya tertarik dengan ibuk - ibuk macam mbak, saya ini tampan dan masih muda." Ucap lelaki itu membuat Shena sedikit tersinggung.
Jika di sandingkan dirinya dengan lelaki itu memang sangatlah jauh berbeda. Antara bumi dan langit. Lelaki itu sangat tampan bakkan jauh lebih tampan dari suaminya.
"Bagaimana mbak? apakah sudah mau ikut? Nanti saya di anggap melakukan yang aneh-aneh sama orang terhadap mbak jika terlalu lama." Ucap lelaki itu.
"Baiklah."
Lelaki itu membukakan pintu mobil bagian depan. Shena hanya diam saat mobil melaju dengan kecepatan tinggi.
"Mbak tidak usah takut, saya tidak akan ngapain - ngapain mbak, bagaimanapun saya ini lelaki normal yang suka daun muda bukan ibu - ibu seperti mbak." Ucap lelaki itu sambil tersenyum mengejek.
Mobil berhenti di sebuah rumah mewah. Shena masih saja belum terlalu percaya dengan lelaki itu. Dia tetap harus waspada.
"Bisa jadi dia tidak tertarik dengan aku, tapi bisa aja dia ngincar organ tubuh aku." Ucap Shena bergidik ngeri karena berita yang sering ia baca tentang sindikat penculikan.
"Mau masuk atau mau di luar aja, jika mau masuk ayok cepat Karena saya ngantuk." Ucap lelaki itu.
Shena segera mengikuti lelaki itu masuk ke rumah yang megah. Lelaki itu membawanya ke sebuah kamar di lantai satu.
"Ini kamar sementara untuk kamu, besok saja kita bicara karena saya sangat ngantuk." Lelaki itu lansung pergi naik ke lantai dua setelah menunjukkan kamar kepada Shena.
Shena lansung masuk dan mengunci pintu kamar tersebut. Dia lansung membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Pikirannya masih melayang kepada kejadian tadi.
Hatinya begitu sakit mengingat apa yang terjadi kepadanya. Shena kembali menangis mengingat dirinya.
Bayangan anak - anaknya membuatnya semakin sedih. Dia tidak tau apakah bisa membawa anak-anaknya kembali.
"Aku harus membawa anak-anaknya pergi." Ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
"Tapi aku harus mengumpulkan uang dulu, baru setelah itu aku membawa mereka."
Shena mengatai dirinya sendiri. Dia begitu bodoh sampai ribut seperti tadi. Harus dia diam - diam seperti tidak terjadi apa-apa. Dia berpikir seharusnya dia mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya lalu pergi setelah siap. Dengan begitu dia bisa bersama anak - anaknya.
Shena tidak bisa tidur malam ini. Pikirannya hanya kepada anak - anak. Rasa sakit hatinya mengalahkan rasa kantuknya.
Shena merasa tidak tenang. Dia sejak tadi hanya hanya gelisah di atas ranjang. Dengan kegelisahannya, akhirnya dia tidak sadar bahwa ini sudah pagi.
Shena mencoba membuka pintu kamarnya. Dia ingin menemui lelaki yang punya rumah. Dia juga merasa tidak enak untuk tinggal di rumah ini.
"Masih tidur kali ya." Gumamnya.
"Maaf nona siapa?"membuat Shena kaget saat mendengar ada yang bertanya. Orang yang bertanya berdiri di belakangnya sambil memegang sapu.
"Saya Shena."
" Apakah nona pacar den Randi?" Tanya wanita yang sudah berumur 50 tahun itu.
Shena hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Jadi nona siapa?" Tanya wanita itu.
"Dia pembantu baru di rumah ini bi, yang akan membantu bibi beres - beres." Ucap Randi yang baru saja turun dari lantai dua dengan stelan kantor.
"Ohw, harusnya tidak perlu den."
" Perlu bi, bibi udah tua jadi wajar ada yang membantu mengurus rumah ini." Jawab Randi.
"Ya sudah, mari sarapan den." Ucap bibi Leli.
Randi lansung menuju meja makan. Dia tau bahwa wanita yang di bawanya tadi malam ingin berbicara dengannya.
"Bi boleh kebelakang sebentar, saya mau bicara dengan wanita ini." Ucap Randi dengan sopan kepada Bi Leli.
" Baik den." Jawab wanita tua itu berjalan menuju dapur.
"Bicaralah."
"Terima kasih atas tumpangannya, dan terima kasih atas pekerjaannya." Ucap Shena sangat berterima kasih denagn pekerjaan yang di berikan oleh lelaki itu.
"Baik, cerita kan kenapa kamu bisa di jalan malam - malam."
Shena menceritakan apa yang terjadi dengannya di malam itu tanpa ada yang di kurang - kurangi dan di lebih - lebihkan. Randi menyimak cerita wanita itu sambil menyendok sarapannya.
"Oke, maka mulai sekarang kamu fokus dulu bekerja, kamu nanti boleh pakai baju yang di berikan oleh bi Leli, dan kamu fokus ngumpulin duit agar bisa membawa anak kamu." Ucap Randi.
Randi agak kaget ketika mendengar cerita Kemuning bahwa ibunya juga mendukung perselingkuhan suami dan adiknya.
"Aku Shena, kamu siapa?" Tanya Shena kepada Randi.
"Aku tau kamu, dan aku tidak perlu menjawab pertanyaan kamu." jawab Randi sambil tersenyum mengulum.
Sebenarnya Randi mengenal Shena sejak dulu waktu kuliah. Namun ia sengaja bertanya seolah tidak mengenal wanita itu karena ia tau bahwa wanita itu tidak akan mengenalinya.
"Panggil aku tuan karena aku tuanmu sekarang, dan kamu harus bekerja sesuai arahan bi Leli." perintah Randi.
"Ya tuan." Jawab Shena sedikit bersyukur di pertemukan dengan lelaki baik seperti Randi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
bangkit lah Shena..
2023-04-24
0
ernahafa
mengesad lah
2023-03-19
1