Setelah calon suami dan calon mertuanya pulang, Kaira segera masuk kamar. Dalam hati dia merutuki tingkah Regan yang MasyaAllah tidak pernah bisa di baca pikirannya.
Apalagi sebelum pulang Regan berpesan "di pakai ya, kita couple." Hal itu membuat Kaira ingin menarik taplak meja dan menutupi wajahnya yang sudah seperti tomat. Regan benar-benar menyita kesabarannya dan menguji keyakinannya.
Kaira segera membuka hijab yang dia kenakan, gerah rasanya padahal AC sudah dingin tetapi dia berkeringat dan tenggorokan kering. Kaira kembali membuka isi dari kotak itu, berulang kali beristighfar hingga dia rasanya ingin menangis guling-guling di lantai.
"Dia tau dari mana ukuran aku, Ya Allah... Kenapa itu orang dari dulu punya pemikiran di luar batas. Terus maksudnya couple apa coba. Dia pakai dalaman warna pink juga." Kaira menutupi dada dengan kedua tangan. Ingin sekali menarik Regan dan membuka kepalanya agar tau apa yang pria itu pikirkan.
Tak terbayang jika begitu lengkap isinya dari luaran sampai kain yang membalut bagian dalam. Ukurannya pun pas dengan apa yang dia pakai. Apa begitu mudah baginya dengan hanya mata memandang lalu bisa tau berapa lingkar pinggul dan lingkar dada.
Kaira di buat naik darah, dia pikir keisengan Regan sudah berhenti sampai di situ, tetapi Kaira salah, Regan benar-benar di luar ekspektasi. Apa yang di berikannya selalu membuat Kaira kesal. Bolehlah jika itu hantaran pernikahan, tetapi ini kan pemberian yang bersifat pribadi bahkan mamah Ceri tidak tau detail isinya.
Kaira segera masuk ke dalam kamar mandi, dia ingin segera membersihkan diri dan tidur. Akibat mood yang berantakan membuatnya tidak ingin makan malam. Kaira masih tak habis pikir memiliki calon suami yang teramat jenius hingga berujung malu.
Ketukan pintu terdengar dari luar saat Kaira ingin merebahkan tubuhnya. Kaira mengambil kerudung dan segera membuka pintu. Ada bunda di balik pintu berdiri dengan senyum yang mengembang.
"Yang abis dapet sesuatu dari calon suami, langsung ngamar nggak keluar-keluar. Apa sich bunda mau tau?" Bunda menerobos masuk tetapi dengan cepat Kaira menghentikan langkahnya.
"Eh... Bunda mau ngapain? Bunda kok kepo-kepo sich? Isinya cuma baju yang akan di pakai saat acara lamaran Bunda. Bukan apa-apa, nanti juga tau sendiri."
Sella mengernyitkan dahi, segitunya Kaira tidak ingin di lihat. Tidak pernah-pernahnya melarang, malah sebelum di kepoin Kaira selalu heboh memberi tahu tapi ini sikapnya membuat Sella semakin penasaran.
"Kenapa gitu? Ada yang kamu tutupi dari Bunda?" tanya beliau dengan tatapan selidik hingga membuat Kaira gelagapan.
"Nggak ada apa sich Bunda nich, jangan menyimpulkan sesuatu sendiri Bunda sayang! Ayo kita makan aja yuk! Bunda nemuin aku karena mau ngajak makan malam kan?" Kaira segera mengajak Bundanya keluar kamar, tetapi sampai di depan pintu sang Bunda segera berlari menuju ranjang Kaira membuatnya kelimpungan mengejar.
"Ini dari Regan sayang?" tanya Bunda tidak percaya.
Kaira sudah tidak dapat menutupi, dia mengangguk pasrah dan duduk lemas di ranjang. Wajahnya sudah memerah menahan malu karena ulah Regan tetapi sedetik kemudian Kaira tercengang mendengar ucapan Bunda.
"Regan benar-benar calon mantu idaman Sayang, dia sangat perhatian sampai ke dalaman saja dia siapkan. Ini sich fiks...Regan oke banget!"
"Hah!"
Ini gimana sich? Kenapa Bunda malah senang begitu. Apa beliau tidak berpikir hal lain. Baru calon loh sudah sampai ke arah situ, gimana nanti menikah? Kaira tidak membayangkan malam pertamanya, bisa habis dia di terkam Regan.
"Bun, ini perkara da la man, oke! Bunda nggak berpikir dia tau dari mana ukuran aku gitu?" tanyanya geregetan dengan sikap Bunda yang justru berbanding terbalik dengannya.
"Sayang, ini tuh dia persiapkan sendiri buat kamu. Dia yang datang sendiri mencari, mamah Ceri tadi bilang sama Bunda, makanya bunda penasaran. Berarti dia itu peka dong sayang. Ya udah dech kamu jangan banyak pikiran! Jangan sampai hari H kamu kurus! nanti repot kalo harus fitting lagi."
"Bunda dia bukan peka, dia itu mesum Bunda!" Kaira masih tidak terima dengan pemikiran Bunda. "Di pikirin lagi bisa nggak sich Bunda, selagi belum jadi Kaira mundur gimana?"
"Hush! kamu ini, sudah di depan mata kok ya mau mundur. Nggak ada pemikiran seperti itu, kamu harusnya bersyukur di beri calon imam yang sangat mencintai kamu. Bukan malah maju mundur begini, sudah jangan di pikirkan! Makan dan istirahat, ayo!"
"Cinta? Masa iya?" gumam Kaira.
Kaira pun pasrah, dia segera mengikuti langkah Bundanya untuk makan malam yang entah semakin tidak berselera.
Keesokan harinya Kaira hanya berdiam diri di rumah. Pingitan sudah mulai di berlakukan yang membuat dia tidak bisa keluar meski hanya sekedar mencari bubur ayam di depan komplek perumahan.
Beruntung hari ini Haidar pulang dari Bandung, adiknya masih meneruskan kuliah karena Ayah menginginkan dia lebih menguasai ilmu agar kelak bisa menggantikan posisi beliau di kantor. Kaira begitu senang adiknya datang. Kaira merusuh di kamar Haidar untuk menghilangkan suntuk karena hatinya masih dongkol setiap kali mengingat kotak pink itu.
"Assalamualaikum adikku yang paling tampan. Bolehkah kakakmu yang cantik ini masuk?"
"Wa'allaikumsalam..." Haidar menoleh ke arah pintu, di sana terlihat kepala kakaknya mengintip dengan senyum mengembang. "Masuk kak!"
Kaira begitu senang lalu membuka lebar pintu kamar adiknya dan segera masuk. Kaira melihat sekeliling kamar Haidar yang sejak dulu tidak berubah. Matanya menyipit saat melihat pigura wanita cantik berjilbab panjang dengan senyum manis.
"Kenapa kak?" tanya Haidar melihat kakaknya yang senyam-senyum sendiri.
"Hhmm....cantik."
"Iya, memang dia cantik mengalahkan kakakku!"sahut Haidar kemudian kembali fokus pada laptopnya.
"Haish kamu ini, kalo ngomong polos banget. Bengek aku dengernya." Kaira menghela nafas panjang kemudian rebahan di ranjang. Kaira diam menatap langit-langit kamar, ntah semakin dekat harinya semakin dia dilanda gelisah.
Haidar pun menoleh memperhatikan, "Kakak kenapa? bukannya kalian dulu berteman? Kata Bunda kakak dulu satu sekolah, dan dia kan anak Daddy Tio, apa lagi yang membuat ragu?"
"Mendekati harinya aku semakin di landa dilema. Mungkin ini yang di rasakan setiap calon pengantin yang akan menikah." Kaira segera duduk menghadap ke arah Haidar.
"Dek, kamu kan ta'aruf sudah lama dan kamu pria normal. Apa pernah terlintas pikiran-pikiran yang mengarah kesana? Atau kamu malah sudah saling bersentuhan?" tanya Kaira penasaran.
"Otak realistis kak, pria pasti ada pemikiran kesana. Tapi nafsu kan harus di tepis, memangnya kak Regan ngajakin kakak ngapain?" Haidar balik bertanya bahkan tatapannya menyorot tajam.
"Jangan berpikir yang nggak-nggak, aku baru ketemu dua kali saja mikir mau mundur, gimana mau gitu-gitu. Lagian Regan itu tau batasan, buktinya langsung melamar, kesini juga nggak sendirian." Tanpa sadar Kaira membela Regan membuat Haidar mengulum senyum menatap kakaknya. Sadar akan tatapan yang beda dari Haidar, Kaira kikuk dan segera keluar dari kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Sandisalbiah
intinya si Regan punya nilai plus kan Kaira..?? dewasa, gentle juga, mapan.. sholeh lagi...
2024-09-14
0
Samsia Chia Bahir
😏😏😏🙄🙄🙄🙄
2024-03-11
0
M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-03-05
0