Pagi ini Regan pulang dari perjalanan bisnis dengan kota terakhir adalah Jogja. Namun saat ini dia nampak begitu gelisah. Setelah tak sengaja melihat seorang gadis yang sejak dulu mengisi ruang di hatinya tampak mengobrol dengan seorang pria yang memakai seragam serupa saat ia membelikan oleh-oleh pesanan Rayya yang berada di depan Madrasah.
Sudah lama Regan memendam rasa, mencintai dalam diam dan menyisipkan namanya di setiap doa. Sudah lama mereka tak bertemu, hanya datang saat acara tertentu dan setelahnya selalu menjauh. Itupun saat masa kecil, setelah remaja keduanya terpisah karena Regan yang tidak satu sekolah. Namun tidak membuat Regan lupa.
Keesokan harinya
"Ada apa Nak? Kenapa tidak istirahat dulu? Apakah ini penting sampai kamu meminta kami untuk berkumpul?" Ceri memperhatikan wajah gelisah putranya, entah mengapa dia mendadak khawatir. Sedangkan Tio sejak tadi masih diam memperhatikan dengan terus merangkul pundak istrinya.
"Aku ingin mengajak Mamah dan Papah ke rumah keluarga Om Dimas." Regan berhati-hati berucap, apa lagi melihat wajah sang Papah yang berubah.
"Pah, please aku serius loh! Jangan meledek gitu mukanya. Biasa aja!"
"Oke-oke lanjutkan!" ucap Tio dengan mengulum senyum. Nampaknya sang Papah sudah tau arah pembicaraan dan niat dari putranya karena Tio sudah memperhatikan sejak dulu. Bagaimana sikap Regan yang berbeda pada salah satu putri keluarga Wijaya.
"Ehemmm....aku ingin mengkhitbah Kaira Mah Pah."
Regan menghela nafas lega setelah mampu mengucapkan isi hatinya pada kedua orangtuanya. Tapi sungguh kesal dirinya saat wajah sang Papah seperti meledek dan mencoba meyakinkan kembali.
"Kamu yakin putri kodok mu itu mau? si pink pig itu menerima? gadis kecil yang selalu kamu bilang bar-bar itu bersedia?"
Wajah Regan mendadak memerah. Regan kembali mengingat akan tingkahnya dulu, tetapi itu dia lakukan karena dia sayang dan Kaira itu berbeda. Tanpa dia tau, tingkah konyolnya membuat salah paham.
"Mas, jangan di patahkan begitu! Alhamdulillah akhirnya Regan ada niat baik, malah aku tuh khawatir karena dia terlalu sibuk sampai nggak kenal waktu hingga menikah dengan pekerjaannya yang menggunung. Kalo gini kan aku akan nambah anak perempuan lagi Mas." Ceri begitu lega dan semangat, bahkan dia tak ingin menunda dan ingin segera menelpon Sella untuk acara malam nanti.
"Iya sayang, aku hanya mengingatkan saja karena kamu tidak tau betapa isengnya putramu itu. Beruntung nggak jadi kadal buntung."
"Pah! tingkahku tertular darimu jika Papah lupa!" Regan menarik nafas berat kemudian segera masuk kamar untuk beristirahat. Sedangkan Tio hanya menggelengkan kepala dan sadar jika yang di katakan oleh Regan ada benarnya.
...🍃🍃🍃...
"Kakak," rengek Kaira saat Naira datang setelah mendapat panggilan dari sang Bunda yang memintanya untuk membujuk Kaira dan menenangkannya.
"Ikhlas lah! jodoh sudah di depan mata. Bukannya kamu bilang sudah pasrah dan menerima siapapun yang datang menemui Ayah? Terus kenapa lagi? Kalo kata orang tua tuh bumali kalo sampe di tolak! Ck udah sich, bukannya Regan itu tampan, mapan dan Sholeh?"
Kaira menarik nafas dalam hingga dadanya nampak mengembang, "Kenapa harus dia?"
"Memang kenapa?" tanya Naira heran, melihat Kaira yang nampak pusing sendiri padahal acara lamaran akan terselenggara seminggu lagi dan itu sudah di angguki oleh adiknya. Kenapa mendadak plin-plan.
"Astaghfirullah kak, bagaimana mungkin aku menerima pria yang menyamakan wajahku dengan babi?" Kaira segera membuka isi lemarinya, dia mengeluarkan boneka babi, keropi dan tweety.
"Lihat ini kak! semua Regan bilang mirip aku karena, aku selucu boneka ini. Sedangkan ia memberi hadiah pada Kakak boneka yang berbeda, yang lucu dan imut-imut. Terus kenapa hari ini mendadak ingin melamar? Apa dia habis bertemu dengan raja kodok dan di nobatkan menjadi pangeran kodok lalu ingin menikahi ku?"
"Ya Allah...Ini konsepnya gimana sich? Kenapa begini garis jodohku? Yang lain lurus aku berliku liku seperti benang kusut." Kaira hampir ingin menangis, tetapi Kaira sadar jika dia salah kerena telah bersuudzon dengan yang Maha Kuasa.
Hubungan keduanya memang renggang setelah kejadian boneka terakhir yang Regan berikan. Kaira tidak mau terlalu dekat bahkan seperti tidak kenal dan malas menyapa, hingga remaja mereka terpisah karena jurusan yang berbeda hingga hari ini baru di pertemukan setelah kesibukan yang menyita.
Kini Regan langsung ingin melamar dan menghalalkan hubungan, tanpa berlama-lama ta'aruf bahkan setelah tiga hari melamar keduanya segera menuju pelaminan. Secepat itu dan itu semua adalah kemauan seorang Regantara.
"Sekarang lebih baik kamu ambil wudhu dan sholat, minta ketenangan dan keyakinan hati kamu. Aku mau pulang dulu, kasian bocil lagi sama Papahnya. Takut mas Wawan kerepotan."
Kaira menganggukkan kepala dan mengantar Naira sampai depan kamar, "salam buat duo bocil ya mbak, besok ajak kesini aku mau main sama mereka."
"Ssiiiiip!"
"Assalamualaikum..."
"Wa'allaikumsalam.." Kaira menghela nafas berat, dia segera menutup pintu dan masuk ke kamar mandi. Benar kata Naira, di saat hati gundah harusnya dia membentangkan sajadah bukan malah berkeluh kesah. Dia memang sudah menjawab dan menyetujui karena tak enak hati dan berharap setelah ini Allah memberi kemantapan hati.
Selesai memanjatkan doa dan harap kini Kaira naik ke ranjang dan menatap ketiga boneka pemberian Regan. Sudah tak sekesal tadi tetapi masih tidak menyangka Regan datang dan berniat ingin melamar.
"Hay pig, keropi dan tweety, apa aku seimut kalian? tuanmu sebentar lagi akan bertemu dengan kalian semua, apa kalian senang?" Kaira memeluk ketiganya dan tanpa menunggu lama dia tertidur pulas. Setiap pulang ke Jakarta Kaira tidak pernah absen membawa ketiga bonekanya tidur bersama. Kaira suka dengan ketiga boneka itu, hanya ketika mengingat ucapan Regan dia masih geregetan.
Setelah sholat subuh Kaira kembali merebahkan tubuhnya karena, masih sangat mengantuk, namun notifikasi pesan masuk membuatnya kembali terbangun.
..."Assalamualaikum...Mamah nanti datang dan membawakan sesuatu untuk kamu, pakai untuk acara kita nanti ya! -Calon imammu-...
Melihat si pengirim menamai dirinya dengan nama calon imam, bayangan akan Regan semalam kembali terngiang. Ntah mengapa hatinya mendadak aneh dan segera meletakkan kembali ponselnya di atas nakas lalu memilih tidur kembali.
"Sayang, kamu mau mengadakan lamaran dimana? tadi Daddy kamu menanyakan. Katanya Regan memasrahkan semua sama kamu." Kini Kaira sedang menikmati sarapan yang terlambat, bahkan Ayahnya saja sudah berangkat, dan pertanyaan Bunda membuatnya menghentikan kunyahan sejenak, namun setelahnya segera menghabiskan makanannya dengan cepat.
"Bun, Kaira gimana Bunda saja dan ajak Mamah Ceri untuk berembuk sekalian. Hari ini Kaira pamit mau ke rumah kak Naira, kangen sama Nana dan Nunu." Kaira segera naik ke atas dan mengambil tas di kamar kemudian pamit dengan Bunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Sandisalbiah
sempet speechless dgn kata *Bumali* efek belum makan jd loading agak lama.. hais.. ternyata pamali udah pensiun maka ganti bumali 🤦♀😂😂😂
2024-09-14
1
Samsia Chia Bahir
Bumali 😄😄😄😄😄
2024-03-11
1
M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤
eaaakkkk/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-03-04
0