"Minah..., Minah!" Marisa memanggil BI Minah pembantu yang bekerja dirumahnya.
"Baik, Bu...!" BI Minah berlari nyamperin panggilan majikannya.
"Aih, Roman... baru tiba ya?" sapa bi Minah pada Roman. BI Minah membungkuk memberi Hormat pada Roman.
Roman membalas dengan tersenyum.
"Roman tambah ganteng Bu!" bibir BI Minah spontan jujur pada ketampanan putra bosnya.
Marisa tidak bosan memandang putranya yang semakin dewasa dan matang.
Bu Marisa keturunan tiong hoa dari kedua orang tuanya. Tapi, wajah putranya begitu sempurnanya seperti ada wajah Eropa padahal pak Rifky asli Indonesia.
Kita tinggalkan Roman yang sudah dirumahnya. Mari kita menuju Toni yang berjalan tertatih-tatih memasuki halaman rumahnya.
Kedua orang tuanya terkejut melihat putranya pulang dengan wajah babak belur.
"Ya, Allah... Kenapa mukamu babak belur seperti ini ton!" pekik ibu Astri histeris melihat putranya pulang dalam keadaan penuh lebam.
"Aku dikeroyok ma, aduh...!" teriak Toni mengerang kesakitan memegang perutnya.
"Betul ma, coba kalau Toni tidak dikeroyok tak mungkin mukanya seperti ini. Lihat tuh ma..., sana-sini lebam merah kehitam-hitaman!" tunjuk Yayan pada muka Toni.
"Lu, jangan nunjuk-nunjuk!" tepis Toni menyepak tangan Yayan.
"Bilang sama bapak siapa yang keroyok kamu!" bentak pak Sopian menatap Toni penuh amarah.
"Itu tu pak! anak Teman bapak si Roman!" timbal Toni mengadu dengan harapan bapaknya membuat perhitungan kepada Roman
"Lho..., Roman kan di Amerika?!" sanggah pak Sopian.
"Tau, pak! Aku kan lagi ngobrol sama Morrin. Entah dari mana Roman dan kawan-kawannya datang mengeroyok aku!" jawab Toni ngelabui bapaknya.
"Untung saya datang tepat waktu pak! para pengeroyok itu saya bikin babak belur dan mereka langsung kabur pak!" ucap Yayan berlagak didepan pak Sopian sambil memperagakan diri menghajar Roman dan kawan-kawannya.
Toni menatap Yayan dengan mata melebar karena membuat cerita berlebihan.
"He he he...!" Yayan garuk-garuk kepalanya.
"Itu anak, keroyokan juga ya?" kata pak Sopian geram mengepal tangannya.
"Ini tak boleh dibiarkan. Akan ku bilangin Pejas untuk mengurusnya!" ancam Astri.
"Ya ma, minta bantuan paman Pejas!" pinta Toni pada ibunya.
Pejas adalah preman yang paling ditakuti di wilayah Jakarta saat ini.
"Pak bikin kapok itu Roman pak!" Rengek Toni seperti anak kecil kepada bapaknya.
Toni berpikir bapaknya bisa melakukan apa saja karena memiliki pengaruh besar di Jakarta.
Dia tidak berpikir kalau pak Rifky jauh lebih berpengaruh dari pak Sopian. Kekayaan yang dimiliki pak Sopian tidak ada apa-apanya dibanding pak Rifky.
Ditambah lagi dia memiliki paman seorang preman. Jadi dia tambah yakin bisa membalas sakit hatinya kepada Roman.
"Gimana caranya bikin dia kapok!" toleh pak Sopian kepada Toni.
"Itu sih, gampang pak!" timbal Yayan, layak orang yang tidak perduli sarannya diterima apa enggak.
Toni dan pak Sopian serempak menoleh kearah Yayan.
Macam orang pandai yang yakin sarannya itu benar.
Dalam hati Toni mengumpat "tau apa? Ini anak! Dasar bloon, budek!" umpatnya dalam hati.
Sekira tidak didepan orang tuannya, udah diumpat habis-habisan.
"Gimana caranya!" tanya pak Sopian tanpa curiga.
"Bapak lamar Morrin cepat-cepat, dengan begitu Roman tidak bisa ganggu Toni lagi!" jawab Yayan dengan tenang.
Toni yang tadinya jengkel dan ragu akan jawaban Yayan bersorak gembira.
"Wah, ini jenius juga ini anak?!" teriak Toni dalam hati kegirangan.
Toni langsung acungkan jempol dengan kode tanpa dilihat kedua orang tuanya kepada Yayan.
"Memangnya kamu suka sama morrin?!" tanya Astri pada Toni.
"Ya? Ma Suka!" jawab Toni tanpa pikir panjang.
"Cantik ya!" tanya Bu Astri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
dende piya
Picik juga si Toni.
2023-04-17
0
Ayano
Bapaknya sok kerad. Tuh cowok hasil didikan bapaknya toh 😠
2023-04-02
0
Ayano
Ih... manja. Cuih 😠
2023-04-02
0