Suasana jalan sudah padat. Tidak seperti awal tadi, saat menjemput Roman di bandara.
Ditengah suasana jalan yang padat. Hadi harus meyakin kan Roman, kalau dirinya bukanlah yang mengasih tahu ibunya. dia menduga yang memberitahu ibunya adalah Toni.
"Bisa jadi Toni yang kasih tahu!" ucap Hadi menoleh kearah Roman.
Roman tidak bereaksi mendengar dugaan Hadi,
"Mama tidak mengenal Toni, cuma bapaknya rekan bisnis bapak!" jawab Roman menolak dugaan Hadi.
"Kalau begitu mungkin ada temanmu di Amerika yang mengabari ibumu!" ucap Hadi mengingatkan.
Roman baru ingat kalau ada temannya bernama Restu yang sering dihubungi ibunya.
"Oh, ya.... Aku lupa memesan Restu, bisa jadi mama tahu dari dia." guman Roman sadar dan baru ingat kalau ibunya sering menelponnya.
Hati Hadi mulai tenang setelah bos disampingnya ini bisa menebak kalau yang mengabari ibunya adalah temannya sendiri yang di Amerika walau belum pasti. Ini hanya dugaan saja.
"Sudahlah Rom..., enggak usah dipikirin. Yang perlu kita pikirin sekarang, apa alasan kita sama mama!" ucap Hadi.
Kini mobil mereka sudah semakin dekat dengan rumah tempat tinggal Roman.
Mereka sudah memasuki kawasan jalan Sudirman yang tidak jauh dari Mall Ambasador.
Gedung-gedung berderet menjulang tinggi menandakan kalau tempat tinggal Roman bisa dipastikan sangat mewah.
Sementara di rumah! Marisa mondar mandir sangat gelisah memikirkan putranya yang belum juga tiba.
Pak Rifky keluar dari ruang kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi siap-siap berangkat kerja.
"Ma..., aku jalan dulu!" kata pak Rifky pamit pada Marisa.
Sebagai pemilik perusahaan, pak Rifky bebas berangkat kapan saja yang dia mau, kecuali ada pertemuan penting.
"Lho, pak! Tidak tunggu Roman pulang?!" tanya Bu Marisa mengingatkan pak Rifky.
"Ntar aku balik lagi, mau jumpa dengan client sebentar!" timbal pak Rifky buru-buru keluar.
Baru saja pak Rifky keluar dari rumahnya. Mobil Roman datang dari arah yang berbeda bertepatan dengan gerbang ditutup oleh pak Didin satpam rumah itu.
"Siang! pak Didin...!" sapa Roman dengan ramah dari dalam mobil yang berada di luar gerbang menyapa satpam yang telah lama bekerja dirumahnya.
Pak Didin belum menyadari kalau yang menyapanya dari dalam mobil adalah putra bosnya.
"Siang pak! eh..., Rom! Roman pulang!" mata pak Didin melebar terkejut melihat yang menyapanya ternyata putra bosnya yang baru datang dari Amerika.
Dia meloncat-loncat tidak karuan. Cepat-cepat dia membuka pintu gerbang kembali.
"Assalamualaikum!" sapa Roman lagi saat mobil melintas melewatinya
"wa'alaikum salam!" jawab pak Didin mengangkat kedua tangannya pada bosnya.
Lalu mobil langsung parkir didepan teras yang luas dan lebar. Roman turun dengan hati tidak karuan.
Jawaban apa yang akan diberikan kepada ibunya, bila ibunya menanyakan kenapa dia tidak langsung kerumah.
"Assalamualaikum!" ucap Roman dengan perasaan tidak karuan, aku akan terus terang dan memohon pada ibu agar merestui hubunganku dengan Morrin bisiknya dalam hati.
"Assalamualaikum ma...?" teriak Roman lebih keras setelah tidak ada jawaban dari dalam.
Marisa yang mendengar suara putranya tersentak kaget kegirangan. Kemarahan yang bertumpuk di dalam dadanya cair seketika mendengar suara putranya.
"Wa'alaikum Salam!" jawab Bu Marisa dengan wajah berbinar-binar. Muka Bu Marisa yang tadi muram berubah senang, karena orang yang ditunggu sudah berada diluar memberi salam.
"Rom anakku...," sambut Bu Marisa memeluk Roman.
Rasa jengkel dan marah yang bertumpuk di dada, cair sudah bagaikan air yang menguap terkena sinar matahari.
Roman berdiri tegak menyalami ibunya yang merangkul dan memeluknya.
"Ayo, nak! Istirahat dulu, kamu sudah menempuh perjalanan panjang!" gandeng Marisa menuntun Roman menuju sopa.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
dende piya
Marisa jgn gitu dong, ingat waktu muda.
2023-04-17
0