BAB 4 RUNNING

" Jadi berdasarkan Pengamatan gue dua hari ini gue udah tahu siapa Pelakunya.”

Naura dan Nadin lantas mengikuti Fira ke luar kelas, mengimbangi langkah Pelan cewek itu.

" Siapa " desak Naura tak sabar.

" Kerah seragamnya kelihatan masih kaku. Jadi, gue yakin dia masih kelas X.” Fira mengusap dagunya bergaya bak detektif Profesional

" Jadi Siapa " kali ini Nadin yang mendesak.

" Tapi gue yakin dia cuma orang suruhan. Pelaku sebenarnya justru anak kelas XII.”

" Kebanyakan intro lo.” Nadin makin tak sabar.

" Buruan kasih tahu Atau, gue buka aib lo ke Kak Aldi sekarang juga.”

Fira menghentikan langkahnya kemudian langsung menghadap Nadin sambil memohon.

" Jangan dong Nad Tega bener lo. Mau taruh di mana muka gue kalo ketemu dia nanti,”

" Ya tetap di situ muka lo. Kayak Kak Aldi kenal lo aja,” dengkus Nadin masih kesal.

Naura sudah terbahak di sebelah Fira Temannya itu memang Paling lemah bila dikaitkan dengan kakak kelas yang disukainya.

" Jadi siapa otak di balik ulat melayang waktu itu ? Mau gue labrak orangnya,” kesal Naura

Fira menoleh ke Salsa. " Yakin lo berani ngelabrak dia,”

" Berani Siapa,” tantang Naura

" Kak Regina. Satu satunya cewek yang ngaku kalo Kak Arkan itu Pacarnya,"

" Yang mana kelasnya ? Tunjukin ke gue,"

" Ra jangan cari Perkara, deh,” kata Nadin memperingati. " Kak Regina bukan cewek sembarangan ! Dia terbiasa hidup serba kecukupan. Dia merasa semua bisa didapetin dengan mudah. Dan, dia nggak akan Pernah Puas sebelum bisa dapetin apa yang dia mau.”

Naura merasa tersinggung secara tidak langsung karena kata kata Nadin.

" Jadi maksud lo mentang-mentang hidup gue Nggak berkecukupan kayak dia, terus gue harus diem aja, gitu,"

" Bukan gitu Ra, Please, lo Peka sedikit dong.” Nadin jadi gemas sendiri dengan reaksi Naura

" Maksud gue Kak Regina itu suka sama Kak Arkan udah dari kelas X. Dia akan lakuin segala cara buat dapetin cowok yang dia suka. Termasuk nyingkirin cewek-cewek yang lagi dekat sama Kak Arkan,”

Naura memutar bola matanya. “Jadi maksudnya, dia anggap gue saingannya,”

" Ya Nggak gitu juga, sih, Ra,” Fira ikut menyahut. " Dari sudut mana pun, lo sama sekali nggak bisa dianggap saingan yang sepadan dibandingin sama Kak Regina.” Ia melirik Naura dari atas hingga bawah dengan tatapan malas.

" Sialan.” Naura yang tersinggung justru merasa tertantang.

" Kita lihat aja Kak Arkan bakal lebih milih gue atau cewek itu nanti.”

Fira dan Nadin kompak tertawa mendengar nada Percaya diri Naura membuatnya kesal bukan main.

Sekumpulan siswa-siswi yang berkerumun di depan mading seketika menarik Perhatian mereka. Ketiganya kompak menghampiri kerumunan untuk melihat sesuatu yang baru saja ditempel Pengurus mading di sana

Sorak-sorai dan tepuk tangan siswa siswi itu membuat suasana di depan mading semakin ricuh. Hal ini mengundang lebih banyak anak mengerubungi benda yang menempel di dinding sekolah tersebut.

" Kak Arkan juara satu olimpiade.”

" Wah hebat "

" Nggak heran Pinter banget, sih.”

" Boleh Foto bareng, nggak, ya,"

" Mau mati lo "

Tanpa Perlu membaca sesuatu di mading Naura sudah tahu kabar apa yang membuat anak anak tampak heboh dan antusias. Arkan juara satu olimpiade matematika.

Tidak bisa dimungkiri Naura turut senang mendengarnya. Ia baru berani mengakui rupanya cowok itu Pintar juga.

Senyum Naura makin mengembang begitu teringat sesuatu yang diharapkan akan terwujud sebentar lagi. Berlari beriringan dengan Aman Rasanya ingin sekali ia berteriak mengungkapkan kegembiraan saat ini

" Sekarang gue tagih janji lo.”

Naura terlonjak kaget mendengar suara tepat di sampingnya. Matanya membulat ketika menemukan Arkan sudah berada di sebelahnya entah sejak kapan.

" Dua Puluh Putaran dimulai hari ini "

" Eh " Naura masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

" Lo jangan Pura-pura lupa Gue udah menang olimpiade. Dan sekarang, gue tagih janji lo buat Jari dua Puluh Putaran lapangan basket selama seminggu.”

" Tapi Nggak sekarang juga, kan, Kak Arkan ini tengah hari Matahari lagi terik teriknya. Aku juga masih masuk kelas lagi habis ini.”

" Gue mintanya sekarang,” tegas Arka tak terbantahkan.

Naura meneguk ludahnya dengan gugup. Diliriknya lapangan basket yang berada tak jauh dari Posisinya kemudian ia menatap awan awan yang menyilaukan di atas sana.

" Aku Nggak bawa baju olahraga, Kak,” kata Naura beralasan.

" Masa nanti aku masuk kelas keringetan Nanti nggak ada yang mau dekat dekat sama aku.”

" Lo Nggak mau nepatin janji lo,"

" Bukan gitu, Kak.” Naura menyahut cepat.

" Lari sekarang "

Baru saja Naura membuka mulut untuk kembali membantah. Namun ucapan yang keluar justru bertolak belakang dengan kata hatinya.

" iya"

Naura berjalan tanpa semangat menuju lapangan basket. Ia menyadari tatapan Arkan tadi tidak Pernah sedetik Pun beralih dari matanya. Bila dihitung mungkin sudah lebih dari sepuluh detik Dan itu artinya Naura benar-benar dalam masalah.

" Dasar jahat ! Tega banget nyuruh gue lari siang bolong begini,” Naura terus mengumpat sambil menyeret langkahnya sendiri. Sebelah tangannya berusaha menghalau sinar matahari yang menyorot langsung ke matanya.

" Heran gue masa ada cewek yang suka sama cowok kayak dia ? Nggak ada lembut lembutnya sama cewek. Sadis banget,"

" Lo udah bisa mulai lari sekarang.”

Lagi-lagi Naura dibuat terkejut dengan suara yang sangat dekat itu. Ia berbalik dan baru menyadari Arkan mengikutinya hingga ke Pinggir lapangan.

" Masih ada yang mau lo omongin sebelum mulai lari,” tanya Arkan bernada menyindir.

" Nggak ada Kak Aku lari sekarang.” Naura buru-buru berlari mengitari lapangan basket.

Bagaimana ini ? Naura gagal menahan diri untuk tidak mengumpat. Ia yakin Arkan mendengar jelas semua umpatannya tadi. Ia jadi tidak berani lagi menoleh ke arah cowok itu

Bukannya membuat Arkan menyukainya, Naura justru sukses membuat cowok itu semakin membencinya. Bila seperti ini terus Miracle akan semakin menjauh

Semua baik-baik saja untuk lima Putaran Pertama. Walau Peluh sudah memenuhi kening, Naura masih Punya tenaga untuk berjuang berlari lima belas Putaran lagi

la memberanikan diri menoleh ke arah Arkan tadi. Namun cowok itu sudah tidak ada di sana. Naura mengedarkan Pandangan ke sekitar, dan tetap tidak berhasil menemukan Arkan. ia hanya melihat ada Nadin dan Fira yang memberi semangat di Pinggir lapangan

Seketika Naura menghela napas lega karena tidak lagi merasa diawasi. Dan kalau lelah, ia bisa menyudahi Putaran ini begitu saja. Toh Arkan juga tidak memperhatikan.

Tenaga Naura sudah hampir habis setelah berlari sepuluh Putaran. Masih setengah jalan lagi dan gerakan Salsa semakin melemah. Keringatnya bahkan sudah berceceran di ubin lapangan basket, sebelum kemudian menghilang tersengat teriknya sinar matahari

Naura baru saja berniat menyudahi usahanya ketika memasuki Putaran kelima belas. Namun, seseorang yang tiba-tiba bergabung dengannya di lapangan membangkitkan semangatnya kembali. Kevin kini berada tepat di sampingnya, berlari beriringan dengannya sambil tersenyum manis.

" Kok Nggak Panggil gue kalo mau lari siang ini,” tanya Kevin yang tampak sangat bersinar di mata Naura saat ini.

" Oh... takut ... ganggu,” ucap Naura terbata.

" Lo sama sekali Nggak ganggu.” Napas Kevin masih terkontrol. Berbeda dengan Salsa yang harus bersusah Payah untuk bersuara.

" Kan gue sendiri yang janji mau temenin lo lari.”

Naura hanya tersenyum. ia merasa senang bukan main. Mimpinya benar-benar menjadi nyata.

" Berapa Putaran ... lagi ? Kita udah lari ... lima Putaran barusan.”

" Eh " Naura baru tersadar. Ia terlalu terbuai karena Kevin berlari bersamanya hingga tidak menghitung jumlah Putaran yang sudah dilalui

" Satu ... lagi, Kak "

Tepat di titik awal akhirnya Naura berhenti berlari. Keadaannya sudah kacau sekacau kacaunya. Rambut berantakan, keringat memenuhi hampir seluruh wajahnya. Juga seragam basah kuyup. Ditambah napasnya yang terputus Putus karena kelelahan.

Akan tetapi semua seolah terbayarkan dengan melihat Kevin. Walau keadaan cowok itu tidak separah dirinya, Naura cukup Puas mendapati ia mau menemani berlari.

" Makasih ... Kak,” ucap Naura susah Payah. Napasnya masih belum teratur.

" Sama-sama Besok ajak gue kalo mau lari lagi, ya.” Kevin balas tersenyum

" Kita ke kantin yuk Gue traktir minum.”

Naura mengangguk, kemudian mengikuti Kevin menuju kantin.

" Siapa yang suruh lo berhenti lari "

ini kali ketiganya Naura dibuat terkejut oleh suara yang sama. Tanpa Naura duga, Arkan ternyata ada di dekatnya Cowok itu sedang bersandar di dinding tidak jauh dari lapangan basket.

" Kak aku udah lari dua Puluh Putaran Penuh,” lapor Naura kepada Arkan

Arkan menegakkan tubuhnya kemudian berjalan menghampiri Naura yang tampak memprihatinkan.

" Lima Putaran terakhir nggak dihitung Gue maunya lo lari sendiri,”

Naura terkejut Membayangkan harus mengulang lima Putaran lagi dalam keadaan tak berdaya seperti ini rasanya ia ingin mati saja. Kepalanya sudah Pusing luar biasa. Dan sepertinya ia dehidrasi. Apalagi ia belum sempat mengisi Perut sejak Pagi

" Jadi aku harus lari lima Putaran lagi,” tanya Naura tak Percaya.

" iya"

Kevin langsung mendekat. " Lo apa-apaan, sih, Arkan ? Kejam banget Nggak lihat Naura udah kecapekan gini,"

Kevin yang memilih ikut campur justru semakin memperburuk mood Arkan,

Arkan menatapnya marah. " Lo siapa Pacarnya,"

" Bukan gitu.” Kevin menyahut. “Dia bisa Pingsan kalo lo suruh lari lagi.”

" Harusnya lo Nggak usah lari bareng dia tadi.” Arkan tidak mau kalah

" lya, iya Aku lari lima Putaran lagi sekarang.” Naura berusaha menengahi lalu berjalan gontai kembali ke lapangan.

" Ra Nggak usah dipaksain.” Kevin berusaha mencegah Naura, tetapi cewek itu justru berusaha meyakinkannya.

" Lima Putaran sebentar, kok, Kak. Nggak sampai sepuluh menit.”

Naura mulai berlari sementara Arkan dan Kevin mengawasi dari Pinggir lapangan. Siapa pun yang menyaksikan Pemandangan di lapangan basket saat ini tentu dapat melihat bahwa Naura sudah sangat kelelahan. Gerakan cewek itu semakin melemah dan melambat.

Naura menyeka Peluhnya ketika belum genap melewati tiga Putaran Gerakannya sudah tidak bisa disebut berlari. Matanya sesekali terpejam karena tidak kuat dengan sinar matahari yang masih menyorot tajam.

Kevin sudah hampir bergerak menyusul Naura tetapi Arkan lebih dahulu melangkah ke lapangan untuk menghampiri.

" Berhenti " Perintah Arkan tepat ketika Salsa hampir melewatinya.

Untuk beberapa saat Naura tidak menggubris ucapannya. Cewek itu masih berusaha keras melakukan tugas hingga akhir

Arkan pun menyusul Naura dengan mudah. Tanpa Perlu berlari ia berhasil meraih sebelah tangan Naura untuk membuatnya berhenti.

" Gue bilang berhenti," ucap Arkan Penuh Penekanan.

Naura kini menghadap Arkan dengan Posisi sedikit menunduk. Sebelah tangannya menyentuh Perut yang terasa bergejolak sejak tadi

" Tinggal dua .... Putaran ... lagi, Kak,” katanya susah Payah.

Naura berbalik hendak kembali melanjutkan berlari, tetapi Arkan menarik tangannya agar tidak beranjak sedikit Pun.

Tarikan tangan Arkan yang kuat membuat Naura hampir tumbang Untung Arkan buru-buru menahan kedua bahunya.

" Gue bilang berhenti " Arkan marah besar entah kepada siapa. Melihat kondisi Naura yang tidak berdaya seperti ini, ia tampak kesal Pada dirinya sendiri.

Naura yang sudah sempoyongan berjuang keras mengangkat kepala untuk menatap Arkan. Lagi-lagi ia membuat cowok itu marah besar

Mata Arkan masih menyala-nyala Begitu banyak Pertanyaan yang ingin ia lontarkan kepada Naura.

" Sebenernya apa misi lo,"

...•••••...

" kamu mau jadi jagoan ? Sudah berapa kali Ibu bilang, jangan berkelahi di sekolah,"

Seorang gadis kecil menunduk tepat di hadapan Ibu Loli wali kelasnya.

" Orang tuamu Nggak datang lagi,” Ibu Loli menghela napas berat, kemudian mendengkus Pelan.

Pandangan Ibu Loli kini beralih ke satu lagi gadis kecil yang duduk tepat di sebelah gadis yang ia marahi tadi.

" Cherry kamu Nggak apa-apa, kan,” tanyanya lembut. Kemudian, matanya menatap seorang wanita dewasa yang sedang memeluk gadis itu.

" Mohon maaf sudah mengganggu waktu Ibu Nuri untuk datang ke sekolah hari ini.”

Gadis berkepang dua bernama Cherry itu mengangkat kepalanya. Pipinya sudah basah karena air mata. Bahunya masih sesekali berguncang karena isak tangis yang terdengar Pelan.

" Sikut Cherry berdarah, Ma,” keluh Cherry sambil memperlihatkan sikut kanannya yang sedikit tergores.

Ibu Nuri mamanya Cherry tampak marah melihat itu. la kemudian menatap Ibu Loli dengan tajam.

" Pokoknya saya Nggak mau tahu Pihak sekolah harus bertindak tegas. Ini sudah kali ketiganya anak saya jadi korban kekerasan di sekolah. Pelakunya juga selalu sama.” Ia melirik gadis kecil yang masih menunduk di samping Cherry.

" Baik Bu Nuri. Saya akan mengupayakan agar sekolah dapat bertindak tegas tentang hal ini. Kami mohon maaf sekali lagi,” ucap Ibu Loli menyesal.

Cherry dan ibunya kompak melirik sinis ke arah gadis kecil di sampingnya sementara Ibu Loli kembali menegur gadis itu.

" Naura jika kamu masih mau bersekolah di sini, Ibu akan beri satu kesempatan lagi untuk memperbaiki sifat sifat jelekmu. Sampaikan kepada orang tuamu tentang hal ini.”

Naura mengangkat kepalanya menatap wali kelasnya dengan mata berkaca kaca. Ia tidak ingin dikeluarkan dari sekolah. Mama dan Papanya akan sangat sedih bila itu sampai terjadi Naura tidak mau menambah beban orang tuanya.

" Ibu rasa kamu sudah cukup besar untuk mengerti mana yang baik dan yang salah. Dan, mencelakai teman sekelasmu itu Perbuatan yang salah Apalagi kamu sampai buat Cherry terluka.” Ibu Loli kembali menceramahi Salsa. Tidak Peduli akan segudang Pembelaan yang ingin sekali dilontarkan Naura

Naura berusaha keras menahan air matanya agar tidak tumpah walau luka terbuka di kedua lututnya terasa Perih sekali. la hanya tidak ingin Cherry melihat air matanya dan mengira dirinya kalah.

" Kamu sudah kelas VI SD, Naura Kamu akan lulus satu semester lagi. Belajar yang giat. Jangan ganggu Cherry lagi.”

Wali kelasnya sama sekali tidak memberi Naura kesempatan untuk membela diri. Demi Tuhan. Semua tidak seperti cerita yang dikarang Cherry tadi. Naura tidak mendorong Cherry hanya karena memperebutkan jepitan bergambar hati yang sering dikenakan Cherry. Naura tidak butuh benda seperti itu. Sungguh

" Pokoknya saya Nggak mau Cherry sampai terluka lagi. Saya akan tuntut sekolah kalau hal itu terjadi.” Ibu Nuri sungguh hilang kesabaran. Nada suaranya meninggi, membuat Ibu Loli mengeluarkan seribu satu bujuk rayu andalannya.

" Naura sekarang kamu minta maaf sama Cherry,” desak Ibu Loli.

" Bu, tapi saya nggak salah.” Naura mencoba membela diri.

" Kamu masih aja ngeyel. Sudah jelas kamu yang salah. Cepat minta maaf sama Cherry Kamu juga harus berterima kasih karena mamanya Cherry tidak sampai meminta kamu dikeluarkan dari sekolah.” Ibu Loli terus mendesak, hingga membuat Naura terdesak.

Tidak ada yang bisa dilakukan Naura selain menuruti kemauan wali kelasnya.

Naura mengulurkan tangannya ke arah Cherry, tetapi Cherry malah membuang muka ke lain arah.

" Cherry maafin Naura, ya.” Ibu Loli membujuk dengan suara lembut.

" Naura nggak akan ganggu kamu lagi.”

Cherry melirik Naura angkuh kemudian menyambut uluran tangan Naura dengan menepisnya kasar.

Setelahnya Naura dan Cherry diperbolehkan keluar ruangan lebih dahulu, karena masih ada beberapa hal yang ingin disampaikan wali kelas mereka kepada Ibu Nuri

Naura buru-buru Pergi dan langsung menghampiri adiknya tidak jauh dari sana. Luna tampak senang melihat kakaknya mendekat. Gadis kelas I SD itu menghampiri Naura dengan ceria.

" Kalau belum bisa belajar, harusnya jangan disekolahin dulu," Cherry mencibir di sebelah Naura

Naura tidak suka kata-kata itu. Ia tahu betul Cherry sedang menyindir Luna yang kemampuan belajarnya tidak bisa disamakan dengan anak-anak seusianya. Akibat benturan keras yang melukai kepala dan membuatnya terbaring koma dua tahun lalu, Luna mudah sekali lelah. Daya tahan tubuhnya tidak sekuat anak anak lain Dan, kemampuan otaknya dalam menangkap Pelajaran Pun tidak secepat teman temannya.

Naura menuntun Luna menjauh mengajak adiknya itu segera Pulang. Ia tidak tega membuat Luna menunggu lama. Padahal Pelajaran kelas satu berakhir dua jam lebih cepat dari kelasnya, tapi Luna selalu menunggunya selesai kelas untuk Pulang bersama.

Mamanya menitip Pesan kepada Naura untuk menjaga Luna di sekolah. Mereka berangkat dan Pulang ke rumah bersama sama dengan berjalan kaki Kebetulan jarak sekolah dan rumah mereka tidak terlalu jauh.

...••••...

Naura membuka mata Perlahan Cahaya lampu ruangan yang terang seketika membuatnya kembali terpejam.

Beberapa detik ia coba untuk membiasakan matanya dengan cahaya itu. Hingga akhirnya ia berani kembali membuka mata.

Mimpi itu lagi Naura seolah diajak kembali ke masa itu. Masa ketika ia harus menghadapi teman sekelasnya yang bernama Cherry agar berhenti mengejek Luna. Dan, Miracle selalu datang Pada saat yang tepat Naura menemukan lipatan kertas berbentuk Pesawat di atas meja kelasnya waktu itu. Isinya, meminta ia untuk bernyanyi riang bersama Luna setiap kali Cherry datang mengusik mereka. Naura melakukannya. Ia selalu mengajak Luna bernyanyi ketika Cherry datang mendekat. Bahkan, ketika Cherry mulai mengejek Luna, Naura sengaja mengajaknya bernyanyi lebih nyaring lagi. Mereka jadi terbiasa menganggap Cherry sebagai makhluk yang tidak terlihat. Dan, ternyata hal itu sangat ampuh. Cherry jadi malas mengusik Naura dan Luna. Hingga Naura tidak Perlu lagi berkelahi dengan Cherry, yang biasanya selalu berujung surat Pemanggilan orang tua walau tidak ada satu surat pun yang disampaikan Naura ke orang tuanya. Ia selalu sendirian menghadapi Cherry yang datang bersama mamanya untuk menemui Ibu Loli.

Maka Naura sangat ingin bertemu Miracle

" Ra Lo udah sadar "

" Syukurlah " Nadin dan Fira tampak lega begitu melihat Naura membuka mata. Salsa mengedarkan Pandangan ke sekitar. Ruangan dominan warna Putih dengan Peralatan medis seadanya membuat ia bertanya-tanya

" Lo lagi di UKS,” kata Nadin seolah dapat membaca Pertanyaan dalam kepala Naura

" Lo Pingsan dua jam Gara-gara kecapekan lari tadi.” Fira menambahkan.

" Gila tuh si Kutub Es emang nggak Punya hati,” kesal Nadin.

" Masa dia diem aja ngelihat lo Pingsan di lapangan! Untung Kak Kevin langsung bawa lo ke sini.”

Naura tak bisa mengingat dengan jelas detik detik ia hilang kesadaran diri di lapangan tadi. Yang masih diingatnya adalah Pertanyaan dari Arkan sebelum Naura merasakan keadaan tiba-tiba berubah gelap.

" Sebenarnya apa misi lo "

Apa Arkan sudah tahu bahwa sebenarnya Naura sedang menjalankan misi dari Miracle ? Namun Arkan tahu dari mana ?

" Kak Kevin cemas banget sama lo, Ra Dia sampai bolak-balik ke sini dari tadi cuma mau nengokin lo. Padahal, lagi ada rapat OSIS,"

Informasi dari Fira barusan entah mengapa membuat Naura tersenyum Ia harus berterima kasih kepada cowok itu.

...••••...

" Bukannya lo harusnya senang karena dia udah berani deketin lo," Haris menanggapi cerita Panjang lebar Arkan dengan alis bertaut. Ia leluasa mengambil berbagai makanan di dalam kulkas, di rumah Arkan

" Justru itu, Ris. Gue jadi curiga kenapa dia sering deketin gue, Padahal sebelumnya kenal aja nggak. Dia jadi sering gangguin gue, Padahal sebelumnya dia kayak udah asyik sama dunianya sendiri tanpa gue.” Arkan mengacak rambutnya sambil berjalan menuju ruang tengah rumahnya.

Haris, yang merupakan teman sejak kecilnya, sering bermain ke rumahnya yang selalu sepi. Papanya Arkan jarang berada di rumah.

" Nikmatin aja dulu Emang ini, kan, yang lo mau," Haris menyusul Arkan dengan membawa serta sepiring anggur di tangan.

Arkan menjatuhkan diri di sofa, lalu menghela napas kasar. " Gue cuma takut, Ris. Takut dia malah Pergi kalo gue terang terangan tunjukin Perasaan gue.”

Haris meletakkan Piring berisi anggur di meja, kemudian duduk tepat di sebelah Arkan

" Mau sampai kapan "

Arkan mengangkat bahu. " Gue yakin dia lagi jalanin misi yang berkaitan sama gue. Dan, gue harus cari tahu apa misi itu, dan dari siapa.”

...•••••...

Terpopuler

Comments

Diva Diva23

Diva Diva23

lanjut Thor

2023-03-13

0

Anonymous

Anonymous

lanjut Thor ceritanya

2023-03-13

0

Anonymous

Anonymous

next Thor

2023-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!