BAB 3 MUKA TEMBOK

l Arkan biasa menghabiskan waktu istirahatnya di sini.

.

yang baru saja digeser Naura ke arah" Lo kurang kerjaan, ya,” bentak

" Masih kurang Pedas kata-kata dari gue Perlu gue kasih yang lebih Pedas lagNaura terkejut bukan main. Tatapan Arkan kali ini jauh lebih menakutkan daripada sebelumnya. Dan, sepertinya sudah lebih dari lima detik tatapan itu mengunci matanya.

ue kasih tahu, lo bukan tipe gue Jadi berhenti ganggu gue,"

ang di sana jangan berisik. ini Perpustakaan,"

Arkan menatap Naura sekali lagi setelah sekilas menoleh ke Petugas Perpustakaan yang baru saja menegurnya. Ia bangkit sambil merapikan buku-buku yang dipinjam Sukses. Kata-kata Pedas Arkan sukses membuat Naura kesal setengah mati Rahangnya mengatup keras. Ia bahkan tidak berusaha mengikuti Arkan yang sudah Pergi begitu saja.

" Dasar sok ganteng ! Sok cakep ! Sok Pinter ! Dia Pikir gue suka sama dia," Naura menumpahkan kekesalannya Pada angin yang tak terlihat. “Amit amit gue Punya Pacar kayak dia. Bisa darah tinggi gue ! Gue sumpahin dia kena kar ....”

Kata-kata Naura selanjutnya mendadak hilang ketika ia melihat sebuah tangan muncul dari arah belakang dan mengambil sesuatu yang tertinggal di meja. Naura melirik Pemilik tangan itu dengan jantung berdebar hebat. Matanya membulat sempurna begitu kembali melihat Pemilik tatapan dingin itu.

" Gue Nggak dengar apa-apa.” Arkan menekankan setiap katanya

Setelah mengambil pulpen yang tertinggal Arkan berbalik Pergi menjauh dari Naura yang sudah kaku di tempatnya.

Apa Arkan mendengarnya mengumpat Bagaimana nasib Naura selanjutnya ?

...••••...

Berkali-kali Naura memastikan Pengait helm yang dikenakan Luna terpasang sempurna. Kemudian, ia mengecek ban motor skuter milik mamanya tidak ada yang bocor. Dan, memastikan sekali lagi motor yang akan dikendarainya dalam keadaan baik.

" Ayo, naik," seru Naura yang sudah siap di atas motor. Ia melirik Luna yang sudah berganti kaus walau masih mengenakan rok merah sekolahnya Sementara itu, Naura sendiri masih berseragam lengkap Putih abu-abu Hanya dibalut jaket biru yang selalu setia menemani.

" Kak "

Naura yang baru saja menyalakan mesin motor seketika mematikannya kembali.

" Kenapa ? Udah sore, nih. Nanti Mama marah kalo kita nggak cepat sampai rumah.”

" Luna mau mampir ke Pertunjukan teater musikal.” Luna masih berdiri di Pijakannya, seolah enggan menurut untuk duduk di belakang Naura

Naura memutar tubuhnya hingga menghadap sepenuhnya ke arah Luna

" Kamu Nggak capek habis sekolah langsung les drama, terus sekarang minta nonton teater lagi ? Kalo kamu kecapekan, Mama bisa khawatir.”

Luna mencebikkan bibir. Kedua tangannya menggenggam erat Pegangan tas ranselnya. Tingkah gadis kelas VI SD itu sangat lucu dan menggemaskan di mata Naura

Sejak terbangun dari koma tujuh tahun lalu, Luna jadi semakin dekat dengan Naura. Tidak ada malam yang terlewatkan tanpa Permintaan dari Luna kecil untuk dibacakan dongeng sebelum tidur. Dongeng favoritnya masih sama hingga kini. Putri Salju.

Luna juga jadi terobsesi untuk menjadi Pemain teater atau drama. Dan, Mama mengizinkannya untuk mengikuti les drama sejak kelas III SD.

Naura bersyukur akan hal itu. Luna menemukan semangat hidupnya kembali setelah kejadian tragis yang sangat ingin dilupakan Naura seumur hidup. Namun sialnya, kejadian mengerikan itu selalu saja berhasil membangunkannya Pada malam malam tertentu, ketika Naura merasa tersudut dan ketakutan.

" Please, Kak. Luna Pengin banget lihat Sandra main teater. Temenin Luna, ya.” Luna mulai merajuk.

Naura mengenal Sandra. Luna sering menceritakan kepadanya bahwa Sandra adalah teman Luna anak Pemilik sanggar tempat les Luna.

" Jangan macam macam, deh. Kakak udah janji sama Mama mau langsung Pulang. Lagian, nonton teater itu nggak murah, Lun.”

" Nanti kita kompakan aja bilang ada jam tambahan les ke Mama. Mama Pasti nggak marah, deh. Kalo masalah tiket, aku dapat dua dari Sandra. Bangku Paling depan, lagi.” Luna berseru antusias sambil mengeluarkan dua tiket Pertunjukan yang dimaksud.

Naura menghela napas berat sedangkan Luna masih belum menyerah untuk membujuknya Adiknya itu memang Paling tahu kalau Naura tidak akan tega melihatnya merajuk.

...••••...

Kevin mengecek hasil jepretannya di layar kamera DSLR miliknya. Semua yang ia mau sudah didapatkan Termasuk gambar Sandra di atas Pentas dari berbagai sudut Pandang juga ekspresi Puas Para Penonton yang hadir malam hari ini.

Salah satu gambar tersebut menarik Perhatiannya. Aman memperbesar tampilan gambar di layar kamera untuk memastikan seseorang yang tampil di foto itu. Ia semakin yakin bahwa cewek dalam foto itu adalah Naura. Duduk di bangku Penonton Paling depan bersama seorang gadis kecil yang tampak sangat antusias menonton Pertunjukkan Sangat kontras dibandingkan dengan ekspresi Naura Cewek itu tampak mencemaskan sesuatu

Tepuk tangan meriah penonton seketika menyadarkan Kevin untuk segera mencari tahu. Ia bergegas menghampiri Naura di deretan bangku depan, tetapi yang dicari sudah tidak di tempat Sosok itu sudah berkerumun menjadi satu dengan Penonton lain yang berhamburan menuju Pintu keluar

...••••...

Naura langsung menarik Luna keluar begitu Pertunjukan berakhir. Ia sama sekali tidak bisa menikmati Pertunjukan. Ponselnya terus berdering menampilkan nomor mamanya. Salsa mengangkat Panggilan itu setelah lima kali mengabaikannya. Mengatakan kepada Maria mamanya sesuai kesepakatan dengan adiknya sore tadi bahwa Luna ada jam les tambahan mendadak. Namun, tentu mamanya tidak Percaya dan memintanya untuk segera membawa Luna Pulang

Naura tidak menduga Pertunjukan akan berakhir hingga Pukul 7.00 malam. Mamanya jelas khawatir karena Luna tidak Pernah diizinkan ke luar rumah setelah lewat Pukul 5.00 sore.

Meski terdesak Naura mengendarai motor dengan sangat hati-hati. Ia tidak Pernah mau berkendara dengan kecepatan lebih dari 40 kilometer Perjam

Seperti dugaannya Maria sudah berdiri cemas di depan Pintu rumah setibanya Naura dan Luna di sana. Mama langsung menghampiri dan membantu Luna turun dari motor.

" Kamu Nggak apa-apa Sayang," tanya Maria cemas. Ia membantu Luna melepas helm, kemudian mengusap rambutnya.

Naura mematikan mesin motor, kemudian turun.

" Tadi ada les tambahan, Ma. Jadi, Luna Pulangnya telat,” jawab Luna.

" Kamu sekarang masuk ke rumah Mama mau bicara sebentar sama kakakmu.”

" Ma, jangan marahin Kak Naura,” Luna seolah tahu apa yang akan dikatakan Mama kepada Naura.

" Luna yang minta Kak Naura temenin Luna.”

" Masuk "

Satu kata dari Maria mampu membuat Luna berbalik masuk ke rumah.

Naura baru saja melepas helmnya. Ia sudah bersiap menerima omelan mamanya tiap kali terlambat membawa Luna Pulang.

" Sudah berapa kali Mama bilang jangan bikin Luna kecapekan Walaupun Luna yang minta, kamu sebagai kakak harusnya tahu yang terbaik buat Luna.” Maria mulai menceramahi Naura

" Kondisi Luna Nggak seperti anak-anak lain, Naura Dan, kamu yang Paling tahu apa yang membuat Luna itu berbeda Mama nggak akan maafin kalau kamu buat kesalahan yang sama,"

Naura hanya menunduk membiarkan Mama selesai memarahinya hingga meninggalkannya sendiri di Pekarangan rumah.

Naura tidak langsung masuk ke rumah Ia sengaja menghabiskan waktu lebih lama dengan duduk di motor sambil mengecek Pesan yang masuk ke Ponselnya. Ia mengabaikan Pesan di grup Chit-Chat. Karena yang Naura tahu grup berisi tiga anggota itu hanya membahas seputar berbagai cara untuk membantunya menaklukkan si Kutub Es. Siapa lagi anggotanya kalau bukan dua sahabat yang Paling cerewet Nadin dan Fira.

Jari Naura beralih Pada kotak Percakapan dengan seseorang yang ia beri nama Miracle. la merasa Miracle nya semakin jarang membalasnya Pesan. Padahal biasanya dalam keadaan sedih seperti sekarang, Naura bisa bertukar Pesan dengan orang itu hingga larut malam. Sampai Naura melupakan kesedihannya sendiri

Akan tetapi, belakangan ini momen tersebut tidak Pernah terjadi. Naura memperhatikan kotak Percakapan itu sekali lagi, lalu mencoba mengetik Pesan untuk Miracle

...Naura...

...kapan aku bisa melihatmu...

...••••...

" NAURA"

Naura menutup kupingnya karena terkejut dengan suara nyaring Fira begitu memasuki ruang kelas Pagi ini Temannya itu langsung berdiri dan memaksanya melepas tas ransel.

" Ada apa, nih " tanya Naura heran ketika merasa tubuhnya diputar paksa oleh Nadin, kemudian digiring hingga ke luar kelas.

" Lo belum kasih senyuman selamat Pagi buat Kak Arkan, kan,"

Naura menahan kakinya sendiri tepat di Pertengahan koridor menuju area kelas XII. Ia mulai menyadari ke arah mana Nadin akan membawanya.

Fira menarik sebelah tangan Naura dan memberikan susu Cokelat kemasan kotak kepadanya

" ingat kali ini lo harus kasih ke Kak Arkan,"

Naura mendadak cemas. Nadin dan Fira belum tahu bagaimana horornya Pertemuan terakhir Naura dengan Arkan waktu itu. Ketika Arkan mendengarnya mengumpat.

" Dan ini contoh latihan soal olimpiade matematika tahun lalu.” Fira memaksa Naura menyambut lembaran kertas dengan sebelah tangannya yang lain

" Kasih Perhatian lo buat Kak Arkan.”

" Nad, Fir. Hari ini libur dulu, deh,” Naura mencoba menolak. Namun, keadaan tidak berpihak kepadanya.

" Itu Kak Arkan Good luck, ya, Ra Jangan lupa senyum.”

Naura mematung di pijakannya sementara Nadin dan Fira sudah menjauh meninggalkannya seorang diri di tengah koridor.

Arkan hampir mendekat dan Naura masih belum menemukan kesadarannya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan untuk meluruskan kesalahpahaman karena umpatannya beberapa waktu lalu.

Seperti biasa Arkan melewatinya begitu saja. Naura, yang tersadar beberapa detik berselang, segera menyusul langkah langkah cepat cowok itu

" Morning Kak Udah sarapan,” tanya Naura basa-basi.

Arkan mempercepat langkahnya tanpa menoleh sedikit Pun Naura masih berusaha mengimbanginya.

" Kak yang waktu itu jangan marah, ya. Itu bukan buat Kak Arkan, kok. Aku mana berani ngatain Kakak kayak gitu.”

Arkan masih tidak menanggapi. Hingga Naura memberanikan diri untuk mengadang langkah cowok itu

" Aku cuma mau kasih ini,” Naura menyodorkan kertas dari Fira kepada Arkan. " ini contoh latihan soal olimpiade matematika tahun lalu Mungkin bisa banyak membantu buat Kakak.” Ia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Tidak Peduli lagi akan tatapan Arkan yang selalu saja membuatnya ketakutan.

" Lo kepingin banget gue menang ? Biar apa,"

Naura membulatkan matanya Akhirnya cowok itu merespons ucapannya

Senyum Naura masih mengembang. Ia menjawab Pertanyaan Arkan barusan dalam hati.

Biar bisa lari bareng Kak Kevin

" Gue jadi nggak minat lagi buat menang,"

Senyuman Naura memudar mendengar kata-kata Arkan barusan.

" Kenapa, Kak ? Jangan gitu, dong. ini, kan, buat harumin nama sekolah.”

" Yakin cuma itu alasan lo Pengin banget gue menang,"

Alis Naura bertaut tak mengerti maksud Pertanyaan Arkan. Belum juga Salsa berkata-kata, seseorang melemparkan sesuatu ke arahnya dan buru-buru melarikan diri.

Mata Naura beralih memperhatikan sesuatu berbentuk kecil berwarna hijau yang bergerak gerak di bahunya.

"Aaarrrgggkkkhhh !!! Naura mencengkeram kuat lengan Galen dan mengguncangnya. “Apaan itu ? Tolong singkirin,” teriaknya sambil menutup rapat kedua matanya.

Naura membuka mata lagi dan melihat hewan kecil di bahunya mulai merembet naik ke rambut.

" Kak tolongin, Kak. Aku geli banget,”

Naura tidak berani lagi membuka matanya. Permintaannya kepada Arkan untuk membantu menyingkirkan hewan menggelikan itu rasanya Percuma. Arka tidak juga menolong walau Naura sudah Panik bukan main.

Naura melepas cengkeramannya di lengan Arkan dan berniat meminta bantuan orang lain. Namun, baru juga ia berbalik, Arkan menahannya Beberapa saat kemudian, Naura merasakan ada jemari yang menyentuh rambut dan bahunya sekilas.

Naura masih terpejam walau sudah tidak lagi merasakan sesuatu merambati rambutnya

" Masih aja takut Ulatnya udah nggak ada,” seru Arkan datar, membuat Naura Perlahan membuka mata.

Naura menghela napas lega setelah melirik bahunya. " Makasih, Kak Sebagai ucapan makasih, aku janji nggak akan gangguin Kakak hari ini.”

Arkan mengerutkan kening. " Jadi maksud lo, kalau barusan gue nggak bantuin, lo akan gangguin gue seharian,”

Naura memperlihatkan cengar cengirnya. " Niatnya gitu, Kak. Tapi karena Kakak udah baik banget. Hari ini aku libur dulu gangguin Kakak.”

" Tahu gitu, gue nggak usah bantuin lo,"

" Eh " Naura gagal menangkap jelas gumaman Arkan. Belum sempat ia memastikan, seruan seseorang dari belakang seketika mengalihkan Perhatiannya.

" Naura "

Naura menoleh dan mendapati Kevin berjalan ke arahnya

" Kemarin lo datang ke Pertunjukan teater, ya ? Gue juga ada di sana.”

" Oh, ya ” Naura tampak antusias dengan keterangan Kevin

Merasa terabaikan Arkan melirik susu kemasan cokelat di genggaman Naura kemudian merampasnya.

Naura menoleh karenanya.

Arkan mengangkat minuman itu tepat di hadapan Naura seraya berucap

" Buat gue, kan " Ia kemudian berbalik dan Pergi tanpa menunggu jawaban Naura

...•••••...

Terpopuler

Comments

Rio Rio

Rio Rio

lanjut Thor

2023-03-13

0

Rio Rio

Rio Rio

next Thor

2023-03-11

2

Anonymous

Anonymous

jangan lama-lama Thor updatenya

2023-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!