Menuju Tempat Kerja

Satu malam sudah Inka tak berada di rumah, gadis itu tengah menginap di sebuah apartemen di kota tersebut. Perasaan kehilangan belum saja sembuh di hatinya, justru ia mendapatkan masalah baru lagi dengan pergi dari rumah. Kepulangannya ke negara tercinta begitu mendapat cobaan bertubi-tubi. Sejak malam tak satu pun panggilan dari sang ayah masuk ke dalam ponselnya. Keberadaan wanita itu di sisi sang ayah benar-benar menjadi ancaman besar untuk keluarga mereka. Inka memikirkan bagaimana semuanya bisa ia selesaikan.

Terlalu sibuk memikirkan keadaan sang ayah, Inka sampai lupa memikirkan dirinya saat ini yang justru harus melakukan apa untuk bertahan hidup. Ingin sekali rasanya mengunjungi sang kakek dan nenek dari sang ibu. Namun, Inka tak ingin jika kedatangannya akan membawa penyakit untuk dua orang tua itu. Sudah cukup ia kehilangan sang ayah dan juga ibu di waktu yang hampir bersamaan. Setidaknya sang kakek dan nenek sudah bisa menghadiri pemakaman sang ibu itu sudah jauh lebih cukup.

"Yah...aku harus bekerja. Aku tidak bisa mengandalkan uang ini terus menerus." gumamnya menatap atm di dompetnya.

Meski pun isinya terbilang masih cukup banyak, namun Inka tak ingin membuat waktunya terbuang sia-sia. Pekerjaan yang menjamin hidupnya ke depan harus ia dapatkan saat ini juga. Segera gadis itu mengirim beberapa riwayat hidupnya ke perusahaan-perusahaan ternama. Ia tak perduli jika harus membuat sang ayah malu dengan mengetahui anaknya mencari pekerjaan di perusahaan lainnya.

Di hari yang sama namun tempat yang berbeda, justru Anggun tengah menekuk wajahnya. Pagi-pagi sekali ia sudah di buat marah dengan monitor laptop di depannya.

Tak lama suara ketukan pintu pun terdengar di luar kamar. Anggun memintanya untuk segera masuk saja. Dan ternyata yang datang adalah sang ibu.

"Anggun, ada apa? Wajah kamu kenapa seperti itu? Bukannya bersiap, katamu hari ini adalah pengumuman penerimaan di perusahaan itu?" tuturnya mendekati sang anak merasa heran. Sebab dalam bayangannya Anggun saat ini sudah memakai pakaian formal dan tampil dengan cantik. Sayangnya, yang ia lihat justru Anggun masih memakai piyama tidurnya dengan wajah kesal.

"Aku tidak di terima, Bu. Lihat ini perusahaan yang ke lima menolakku." Ia menunjukkan pesan email pada sang ibu.

Kasih bukannya sedih melihat sang anak gagal, justru ia tersenyum tenang. "Sudah kenapa harus sedih seperti itu. Ayahmu memiliki perusahaan mengapa kau sebagai anak tirinya tidak bisa memanfaatkan kesempatan itu?" Wajah sedih Anggun seketika berbinar bahagia.

"Yang benar, Bu? Ibu mengijinkan aku kerja di kantor Ayah?" tanyanya dengan penuh semangat dan Kasih mengangguk.

Hari itu juga Anggun sudah bersiap untuk ke kantor. Sementara Kasih tampak menghampiri sang suami yang baru selesai mandi di kamarnya. Dengan lembut wanita itu berjalan mendekati sang suami. Sungguh nikmat rasanya bagi Kasih hubungan mereka saat ini. Tak ada lagi kata sembunyi-sembunyi takut ketahuan. Mereka sudah secara terang-terangan menjadi sepasang suami istri.

"Mas..." pelan Kasih meraih dasi sang suami. Tubuhnya meliuk indah di depan sang suami.

"Mau apa sih? Hem?" ujar Ferow sangat mengerti dengan gaya bahasa tubuh sang istri.

"Pagi ini Anggun di tolak lamaran kerjanya. Boleh dong dia kerja di perusahaan kamu?" Seketika Ferow tergagap ia tak bisa menolak permintaan sang istri yang mudah sekali marah ini. Hanya anggukan kepala yang bisa Ferow berikan meski sebenarnya ia tak ada niat memperkerjakan sang anak tiri itu.

Keduanya pun menuju meja makan usai Kasih menarik sang suami ke dalam pelukan sebagai tanda terimakasihnya. Di meja makan mereka melihat Anggun yang datang dengan penampilan begitu menarik. Rok span di atas lutut dan kemeja yang sangat pas di tubuhnya. Benar-benar begitu menggoda.

"Anggun, di kantor tidak ada yang memakai rok sependek itu. Jangan merubah aturan kantor." tegur Ferow dengan wajah datar.

Mendengarnya sontak Anggun memajukan bibirnya ke depan. "Ayah, aku hanya punya rok ini saja." adunya dengan manja.

Pada akhirnya pria itu kembali mengalah. Ia hanya mengiyakan dengan catatan agar sang anak segera berbelanja dan mengganti roknya.

"Boleh banget, Ayah. Tapi ibu belum ada kasih uang." ujar Anggun menyanggupi permintaan sang ayah untuk berbelanja kebutuhan pakaian kantor.

Tanpa perhitungan Ferow sudah menyerahkan satu kartu untuk sang anak. Mereka bertiga pun menikmati sarapan bersama-sama. Selama sarapan, Ferow terus memikirkan sang anak. Ia tak bisa tenang selama belum melihat keberadaan Inka dengan mata kepalanya sendiri.

"Ayah tenang saja. Inka pasti baik-baik saja sama seperti laporan mereka." ujar Kasih yang tahu kemana arah pikiran sang suami.

Ferow pun hanya mengangguk mengiyakan.

Sedangkan di sini Inka sudah mengendarai mobilnya dengan menuju satu perusahaan yang mengirimkannya permintaan untuk datang langsung menghadap pimpinan. Sosok Inka yang memiliki banyak prestasi tentu saja akan sangat di cari oleh perusahaan. Lamaran kerjanya bahkan mendapatkan banyak respon pagi itu. Inka sampai bingung ketika harus memilih tempat kerja untuknya.

Terpopuler

Comments

Yeni Wati Hiatus

Yeni Wati Hiatus

mampir

2023-07-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!