Ibu Tiri

Tangisan yang masih menggema di dalam kamar kala itu terhenti begitu saja. Sejak dari pemakaman hingga tiba di rumah, Inka tak sekali pun menampakkan wajah pada orang-orang yang datang ke rumah sebagai kerabat dari sang ibu dan ayah. Ia hanya bisa berbaring menangis di dalam kamar memandang foto sang ibu. Sungguh begitu terasa menyakitkan baginya, kepergian yang begitu cepat. Bahkan ia belum banyak bercerita tentang akhir perjuangannya dimasa kuliah.

“Bu, kenapa secepat ini? Kenapa semuanya tiba-tiba? Ibu sakit kenapa tidak mengatakan padaku, Bu? Kenapa?” Gadis itu menjambak rambutnya sendiri frustasi.

Kebersamaan dengan sang ibu yang berjalan-jalan di luar negeri setiap sang ibu datang menjenguk begitu terasa sangat sakit baginya. Aseh sungguh sosok ibu yang sangat ceria, ia begitu mudah membaur dengan teman-teman sang anak.

Tanpa di sadari Inka, dari arah pintu kamar terbuka ada sosok wanita yang tengah berdiri dengan seorang gadis cantik. Mereka saling pandang dan kemudian melangkah masuk ke kamar Inka.

“Inka,” panggilan pertama dengan suara lembut wanita itu lontarkan.

Inka kaget, ia menoleh dan menghapus air matanya. Keningnya mengerut dalam sebab merasa tak kenal dengan wanita di depannya ini.

“Anda siapa?” tanya Inka berdiri dari pembaringan.

Senyuman lebar wanita itu berikan pada Inka. Tangannya yang semula menggantung begitu saja segera bergerak menarik tubuh gadis rapuh di depannya ini.

“Kamu yang sabar yah? Saya teman ayah kamu. Saya kesini untuk memberikan dukungan ke kamu. Kenalkan saya Kasih, dan ini anak saya Anggun.” tuturnya dengan lembut.

Mendengar jika ia adalah teman dari sang ayah, entah mengapa rasanya Inka merasa ada yang tak nyaman di hatinya. Bergegas ia melepaskan pelukan dan menatap dalam wanita di depannya. Usia yang tidak sepantaran dengan sang ayah rasanya terlalu aneh. Kulitnya lebih muda dari sang ayah dan ibu.

Lama Inka mencermati wanita bernama Kasih itu. Hingga akhirnya suara sang ayah pun terdengar menggema di depan pintu.

“Ternyata kalian di sini? Oh Inka, lihat teman ayah ini sangat baik bukan?” Ferow nampak tersenyum di depan sang anak yang merasa sangat kehilangan sang ibu.

Pelan Inka memperhatikan tatapan keduanya dengan bergantian. Sejenak ia berusaha berpikir positif hingga akhirnya tangan Ferow mendarat di kepala Kasih. Sentuhan yang jelas ada maknanya bagi Inka. Itu bukan sentuhan sekedar teman biasa.

“Apa ini, Ayah?” tanya Inka dengan penuh selidik.

“Kamu terlalu sedih di kamar sendirian, makanya ayah minta mereka kesini temani kamu. Ini Anggun yang akan jadi teman kamu. Anggun, temani Inka yah? Kami akan menyambut tamu di luar sana.” Tanpa mengatakan apa pun lagi Ferow berlalu begitu saja meninggalkan sang anak yang menggeleng tak percaya.

Sang ibu baru saja di makamkan, bagaimana mungkin sang ayah begitu sangat tenang bersikap seolah semuanya baik-baik saja.

“Enak yah kamar lu?” Anggun mulai berjalan memperhatikan seisi rumah Inka. Ia menuju balkon kamar Inka dan memperhatikan pemandangan yang mengarah pada taman bunga anggrek.

Tampak memanjakan mata tentunya. Namun, Inka yang merasa terganggu sangat tak suka. Feelingnya sudah mulai curiga ada hal yang tak beres.

“Tolong keluar dari kamar saya.” ujarnya lemah.

Kali ini Inka tak memiliki tenaga untuk berdebat. Ia hanya ingin ketenangan. Sayang, semua itu mustahil ia dapatkan. Sebab keadaan yang sesungguhnya adalah tak ada lagi ketenangan.

“Keluar? Apa-apaan ngusir saudara tiri seperti ini? Rumah ini kan rumah kita bersama.” Kedua mata Inka membulat sempurna saat mendengar ucapan Anggun.

Tubuhnya menegang hebat. Inka melangkah mendekati Anggun dengan wajah penuh amarah yang siap meledak kapan saja.

“Saudara tiri apa maksudmu?” tanya Inka penasaran.

Anggun justru tersenyum mengejek. Ia menggeleng dan membawa tangannya di depan dada untuk ia lipat. Posisi itu sungguh seolah sedang mengejek Inka yang malang.

“Apa ini hasil lulusan luar negeri? Saudara tiri masih belum tahu artinya?” ledeknya benar-benar menguji kesabaran Inka.

“Kita, kita ini saudara tiri. Dan aku tinggal di rumah ini juga mulai saat ini.” Inka tak percaya. Ia menggeleng menjatuhkan air mata tak percaya.

Segera gadis itu berlari keluar mencari sang ayah. Namun, entah kemana pria itu pergi. Inka tak mendapati keberadaan sang ayah dimana pun. Air matanya terus saja berjatuhan membasahi pipi. Sungguh takdir hidup apa yang sedang ia jalani saat ini? Belum pulih rasa syok dengan kepergian sang ibu, kini Inka harus di hadapkan dengan kenyataan gila jika sang ayah ternyata telah memiliki wanita lain.

“Tidak. Ini pasti tidak benar. Ayah tidak mungkin seperti ini. Ayah sangat mencintai Ibu. Tidak mungkin secepat ini kan?” Gadis itu terus mengelilingi rumah hingga akhirnya ia mendapati sang ayah yang tengah duduk bersama wanita tadi di temani beberapa keluarga dari sang ayah.

Inka tak ingin bersabar lagi. Ia pun datang mendekati mereka semua. Jelas ia melihat wajah sang ayah yang nampak baik-baik saja.

“Kenapa ayah melakukan ini pada ibu?” Pertanyaan Inka yang membuat semuanya menoleh padanya dengan raut wajah tak suka.

Paman, bibi dan para sepupu Inka begitu tak suka dengan apa yang Inka tanyakan pada Ferow.

Terpopuler

Comments

Lilisdayanti

Lilisdayanti

oohhhhh bapak nya minta di tabok 🤔🤔

2023-03-16

1

🇬 🇪 🇧 🇾

🇬 🇪 🇧 🇾

jahatnya di bapak

2023-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!