Perginya Inka

"Inka..." Ferow yang melihat tatapan tak suka sang anak padanya dan wanita di sampingnya segera meninggalkan Kasih dan mendekati sang anak.

Ia berniat untuk mengatakan sesuatu dengan pelan pada sang anak agar tak terjadi hal yang tak di inginkan. Sayangnya, belum saja sempat Ferow membuka mulut suara Kasih lebih dulu terdengar.

"Jadi kau sudah tahu semuanya, Nak? Kami memiliki hubungan?" tanyanya dengan wajah begitu tenang. Seolah ekspresi wajah Kasih tengah mengejek-ejek Inka saat ini.

Sungguh Inka sangat murka mengetahui ini semua. Ia menggeleng tak percaya menatap wajah sang ayah. Inka meneteskan air mata kecewa. Pria yang begitu ia sayangi dan kagumi sangat berbeda dari prasangkanya selama ini. Begitu kejam rasanya sang ayah melakukan ini semua sedangkan pemakaman sang ibu baru saja usai. Hingga perlahan Inka tersadar dari sesuatu.

"Jadi ini hal yang membuat Ibu sakit dan pergi? Ayah begitu tega menyakiti wanita yang sangat mencintai Ayah? Di mana hati ayah yang baik? Dimana ayah yang selalu mengutamakan keluarga? Ibu sakit pasti karena menderita dengan perbuatan ayah kan?" Inka terus memberondong pertanyaan pada Ferow.

Pria itu tergagap bingung harus menjelaskan apa padanya saat ini. "Inka, ibumu sudah merestui pernikahan kami dan dia memilih untuk mundur. Ayahmu tidak bersalah." bela Kasih kembali mengambil alih ucapan Inka.

Mendengar hal itu Inka berdecih jijik. Bagaimana sang ayah yang hanya diam sungguh membuatnya muak. Wanita di sampingnya saat ini begitu pandai menguasai sang ayah hingga tak ada suara apa pun yang ia dengar.

"Inka, masuklah ke kamarmu. Kau dan Anggun saat ini saudara jadi baik-baiklah padanya. Ayahmu sedang butuh hiburan." pintah Kasih dengan tidak tahu dirinya mengatur Inka yang menjadi pemilik rumah sesungguhnya. Inka terkekeh mendengar perintah wanita itu.

"Oh...jadi sekarang kau beralih menjadi penguasa rumah ini dan mengaturku? Tidak akan pernah. Jangan bermimpi bisa mengendalikan aku. Mulai saat ini juga aku akan meninggalkan rumah ini." Inka bergegas pergi dari sana.

"Inka!" teriakan dari Ferow tak lagi di hiraukan dengan sang anak. Pria paruh baya itu hendak berlari mengejar anaknya sayang, Kasih lagi-lagi mencegah pergerakannya.

"Biarkan dia tenang dulu. Suruh orang untuk mengawasi pergerakannya saja di luar yang terpenting aman." pintah Kasih seolah ingin membuat keduanya benar-benar jauh.

Masuk ke dalam kamar, Inka menangis tersedu-sedu sembari mengambil koper. Keberadaan Anggun tak ia perdulikan lagi. Yang jelas saat ini Inka hanya ingin menjauh dari orang-orang jahat di rumah ini. Bagaimana mungkin keadaan  yang seharusnya masih berduka justru membuat mereka seolah tengah berpesta atas kepergian sang ibu. Bahkan Ferow tak menampakkan wajah penyesalan sedikit pun dengan membawa selingkuhannya datang ke rumah.

Di sudut kamar itu Anggun menonton aksi Inka yang menangis sembari menata pakaiannya. Ia terkekeh sinis sembari menikmati minuman di gelasnya. Pelan ia pun melangkah mendekati Inka beberapa saat setelah menjadi penonton.

"Mau pergi kemana? Kamu yakin mau keluar dari rumah ini lagi? kepergianmu satu kali sudah bisa membuat satu orang pergi. Bagaimana jika berikutnya adalah....ayahmu?" lirih Anggun menyebut nama sang ayah.

Inka yang mendengar sontak berdiri dari duduknya. Ia berdiri berhadapan dengan Anggun yang menurutnya begitu kurang ajar. "Jangan pernah lakukan apa pun pada keluargaku. Atau kalian akan menyesal."

 Bukannya takut, Anggun hanya menganggap remeh ucapan dari Inka. Hingga akhirnya Inka pun menarik koper untuk meninggalkan kamar itu dan keluar dari rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

Sekali lagi ia menoleh menatap bangunan megah di depannya. Air matanya kembali menetes mengingat bayangan masa lalu ketika keluarganya masih utuh dan hidup bahagia. Inka sangat rindu momen kebersamaan dengan sang ayah dan ibunya. Tangannya pun bergerak mengusap air mata dan melangkah pergi.

"Aku harap Ayah akan segera sadar dan meminta maaf pada ibu." gumamnya.

Kepergian Inka nyatanya membuat Ferow seketika murung. Ia pergi menjauh dari para kumpulan keluarga termasuk sang istri. Bagaimana pun Inka adalah anak kesayangannya. Bagaimana mungkin ia bisa membiarkan sang anak membencinya. Melihat hal itu Kasih tak ingin tinggal diam. Dia terus mendekati sang suami tanpa memberinya celah untuk memikirkan sang anak yang sudah pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!