Episode Sebelumnya..
Diana menoleh ke arah sang putra dan langsung menghampirinya saat wanita itu sudah selesai membereskan semua barang beliannya. "Mama salah beli ya? Yaudah kalau begitu, mama belikan lagi saja yang baru ya."
"Enggak ma, nggak usah! Ini saja tidak apa-apa. Lagian kata mama ini es krim yang di rekomendasikan oleh kasir itu. Kalau udah di rekomendasi berarti itu enak." ucap Aska sembari membuka plastik es krim itu.
Laki-laki itu mengambil rasa vanilla yang di pegangnya tadi. Dan langsung memasukkannya ke dalam mulutnya. Saat es krim itu sudah masuk ke dalam mulutnya, laki-laki itu langsung melihat plastik es krim tersebut.
"Kenapa Aska? Es krimnya gak enak ya, nak?" tanya sang mama saat melihat anaknya mengecek plastik es krim itu.
Aska menoleh. Lalu menggelengkan kepalanya. "Bukan ma. Ini Aska pengen tau brand-nya dari mana, soalnya ini enak sekali dan rasa vanilla nya juga berbeda seperti rasa vanilla yang sering Aska makan." ucap laki-laki itu dengan kembali melihat plastik es krim itu.
"Benarkah?"
Aska mengangguk. "Mama cobain deh ini."
Diana pun langsung mencicipi es krim yang Aska berikan untuknya. Es krim yang baru saja ia buka dan memberikannya kepada sang mama.
"Wah!! Beneran enak loh! Beda nak." ucap Diana terkejut dengan rasa es krim yang ia coba itu.
Aska pun hanya mengangguk menyetujui perkataan yang mamanya itu katakan. Karena memang benar es krim tersebut begitu sangat enak.
...****...
Satu minggu kemudian. Aska duduk di teras kamarnya seperti biasanya. Ia akan menatap ke arah jalan dengan beberapa kendaraan bermotor atau mobil lewat berlalu lalang. Ia juga suka menatap langit-langit dari teras kamarnya itu.
Namun, yang membedakan hari ini adalah. Aska di temani oleh dua es krim dengan rasa vanilla dan coklat yang di letakkan di atas meja kecil samping tempat duduknya itu. Entah kenapa laki-laki itu sekarang lebih sering memakan es krimnya itu.
"Sayang...," panggil Diana pada sang anak saat wanita itu sudah masuk ke dalam kamar sang putra.
Aska yang sedang menikmati keindahan di teras kamarnya dengan es krimnya itu, membalikkan badannya saat mendengar panggilan sang mama. Laki-laki itu tersenyum sangat manis kepada wanita yang sangat berarti dan berpengaruh dalam hidupnya.
"Iya, ma. Ada apa?" tanya Aska saat sang mama sudah duduk di sampingnya itu.
"Tidak. Mama hanya ingin ke sini sambil ngobrol-ngobrol sama anak mama." ucap Diana pada sang anak. Wanita itu mengelus punggung sang putra dengan lembut, mencoba memberikan kehangatan itu, yang seperti biasa dirinya lakukan.
"Memangnya, mama gak boleh datang ke kamar Aska?" sambungnya lagi dengan memasang wajah cemberutnya. Membuat Aska yang melihatnya hanya tersenyum kecil.
Aska meraih tangan sang mama yang masih bertengger di punggungnya. Mengelusnya dengan lembut dan menatap wajah yang kini sudah tersenyum hangat kearahnya.
"Nggak kok." Justru Aska sangat senang jika mama kesini menemani Aska." ucapnya dengan nada lembutnya. Lalu, ia menatap ke arah lurus ke depan dengan melihat motor-motor yang lewat.
Diana yang melihat sang anak yang sudah kembali diam itu. Hanya menatapnya dengan pandangan yang mungkin sang anak akan mengira bahwa pandangan lekat mamanya itu, adalah pandangan prihatin terhadapnya.
Aska pun tau itu. Meskipun ia menatap lurus ke depan. Namun, laki-laki itu tau bahwa sang mama sedang menatapnya dengan sedih. Ia hanya pura-pura tidak mengetahuinya.
"Aska...," panggil sang mama kemudian.
Aska menoleh. "Iya, ma?"
"Nanti malam mau ikut mama nggak berbelanja?"
Aska terdiam saat mendengar ucapan sang mama yang mengajaknya untuk ikut menemaninya berbelanja. Ia tetap diam sampai akhirnya wanita itu menyentuh tangan Aska.
"Mama tau, Aska mungkin takut jika harus keluar dari rumah. Mama juga tau kalau Aska takut bertemu dengan orang-orang di luaran sana. Mama juga sudah berjanji untuk tidak pernah lagi memaksa Aska untuk melupakan masa lalu itu. Maaf ya nak. Mama hanya tidak ingin membuat anak mama merasa bosan saja di rumah." ucap Diana panjang lebar sembari menggenggam tangan sang anak dengan begitu erat.
"Maafkan mama ya sayang," ucapnya lagi. Kemudian, sang mama hendak bangkit saat dirinya sudah pamit untuk ke kamarnya.
"Tunggu ma." ucap Aska dengan menahan tangan orang tuanya itu. Sehingga Diana yang hendak pergi itu harus terhenti saat sang anak menahan tangannya.
Diana menatap sang anak dengan menunggu kelanjutan dari putranya itu. Aska pun terlihat menghela nafasnya panjang, kemudian laki-laki itu mendongakkan kepalanya ke arah Diana.
"Aska mau ikut mama." ucap Aska dengan pelan. Laki-laki itu menganggukkan kepalanya saat melihat mamanya sudah membulatkan matanya tak percaya.
"Aska mau belajar untuk bisa beradaptasi lagi dengan lingkungan luar. Tapi.. Aska juga tidak bisa berjanji sama mama jika Aska akan sembuh. Jadi... mohon bantuannya ma," ucap Aska lirih. Laki-laki itu mulai menampakkan matanya yang berkaca-kaca.
Diana menggelengkan kepalanya dengan cepat saat mendengar perkataan sang anak. "Tidak Aska! Mama tidak ingin anak mama kenapa-kenapa lagi. Maafkan mama ya nak yang sering mengatakan hal itu kepada Aska, maafkan mama nak."
Laki-laki itu menggeleng Kecil. "Tidak ma! Justru Aska sangat berterima kasih kepada mama, karena selalu memberikan Aska sebuah nasehat yang selama ini mama berikan. Sehingga membuat Aska memiliki banyak harapan kuat agar bisa sembuh."
Diana yang sudah tidak bisa menahan air matanya, pun langsung memeluk tubuh sang putra dengan erat. Dan menumpahkan semua air matanya di dalam pelukan sang anak. "Maafkan mama ya sayang. Maafkan mama!"
"Tidak ma. Mama tidak salah. Aska yang harusnya meminta maaf kepada mama karena selalu membuat beban buat mama." ucap Aska dan membalas pelukan sang mama yang tak kalah eratnya.
Keduanya pun menumpahkan air matanya ke dalam pelukan mereka berdua. Pelukan keduanya pun mengundang perhatian para pelayan yang mengintip dari balik pintu kamar sang majikan.
"Hiks! Kasian nya den Aska karena harus menanggung semuanya sendiri." ucap salah satu pelayan itu.
"Iya, apalagi nyonya Diana. Beliau pasti juga terpukul atas semua yang terjadi pada den Aska. Hiks! Melihat pemandangan seperti ini membuatku semakin ingin menumpahkan air mata ini." ujar pelayan yang lain. Dengan air matanya juga ikut terjatuh melihat pemandangan haru di depannya itu.
"Sudah ah! Sebaiknya kita pergi dari sini. Nanti kita malah ketahuan sama nyonya dan juga den Aska. Ayo! Sebaiknya kita pergi!" kali ini pelayan yang sejak tadi hanya diam saja bersuara. Ia dengan cepat menarik kedua temannya itu agar pergi dari sana. Karena menurutnya itu adalah sebuah momen yang tidak dapat seseorang melihatnya.
"Tunggu dulu dong Ris. Aku masih mau melihat nyonya Diana sama den Aska." tolak pelayan yang berucap pertama kali. Sekaligus orang pertama yang melihat adegan mengharukan itu saat dirinya hendak menghantarkan makan siang untuk anak majikannya itu.
"Enggak ada! Aku bilang ayo pergi!" ucap gadis itu sembari terus menarik tangan kedua temannya itu menuju ke dapur untuk melakukan pekerjaan mereka.
Malam pun tiba. Dimana Aska dan sang mama sedang menyantap makan malam mereka dengan berbagai macam jenis makanan yang telah di sediakan oleh pelayan mereka. Keduanya pun nampak hening tanpa pembicaraan apapun diantara mereka. Hanya dentingan sendok yang mereka gunakan itulah sumber bunyi tersebut.
Setelah selesai acara makan malam mereka. Diana bangkit dari tempatnya, berniat untuk naik ke kamarnya. Namun, saat wanita itu hendak melangkahkan kakinya ke arah tangga.
"Ma.. katanya mau ke minimarket buat belanja sesuatu?" ucap Aska tiba-tiba. Saat laki-laki itu masih duduk tenang di kursi meja makannya.
Mendengar suara sang anak. Langkah Diana pun terhenti dan membalikkan badannya menatap ke arah Aska yang sudah menatapnya juga. Kemudian, wanita itu beralih memandang ke arah pelayan mereka yang sedang membereskan meja juga nampak terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh anak majikannya itu.
"Kamu yakin nak, mau ikut mama? Kalau kamu masih belum siap! Nggak apa-apa kok, mama juga bisa batalin." ucap Diana sembari menghampiri sang anak yang masih duduk itu.
"Aku yakin mama. Aku tidak mau menundanya sampai nanti lagi, aku ingin mencobanya." balas Aska mendongakkan kepalanya pada mamanya itu.
Diana pun hanya menghela nafasnya dan melirik ke arah pelayannya. "Nur.. tolong siapkan tote bag yang sering saya gunakan buat berbelanja itu ya."
Pelayan yang bernama Nur itupun langsung tersadar dari lamunannya saat iris temannya menepuk keras puncaknya hingga gadis itu meringis sakit. "Auw!! Sakit Ris! Kamu gila ya?"
"Makanya jangan melamun. Itu nyonya menyuruh kamu buat siapkan tote bag belanja beliau." bisik iris pada Nur. Namun, bisikan itu juga dapat di dengar oleh Diana dan juga Aska.
"Tolong siapkan ya Nur. Saya tunggu di mobil." ucap Diana dengan ramah kepada sang pelayannya itu.
"Baik nyonya." sahut Nur. Kemudian, gadis itu langsung bergegas pergi untuk mengambil tote bag yang di suruh oleh sang majikan. Lalu, gadis itu langsung keluar menuju ke arah mobil yang sang majikan masih ada di depannya. Kemudian gadis itu meletakkan tote bag itu di belakang mobilnya.
"Sudah nyonya."
"Makasih, sekarang kamu boleh istirahat." ucap Diana pada Nur sembari mengusap lembut lengan pelayannya itu.
"Baik nyonya."
Aska pun masuk ke dalam mobil dan ikuti oleh sang mama. Meskipun Aska sudah mulai merasakan kekhawatiran pada tubuhnya, tapi laki-laki itu tetap menahannya meski nafasnya mulai sesak.
Diana yang melihat ke arah sang anak pun nampak khawatir. "Sebaiknya kita jangan pergi ya nak. Mama takut terjadi sesuatu pada mu Aska!"
Aska pun menggeleng. "Nggak ma. Aska gak apa-apa kok, Aska masih bisa menahannya."
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments