Sebatang kara

Elma tengah menyusuri jalanan sendirian tanpa alas kaki, juga dengan perasaannya yang hancur.

Arah kemana yang ingin ia tuju, dirinya sama sekali tidak mempunyai tempat tujuan, lantaran tidak mempunyai keluarga di kota. Elma, sosok perempuan yang hanya hidup sendirian sebatang kara.

Kedatangannya ke kota yang tidak lain mencari pekerjaan dan memenuhi perjodohan dari mendiang kakeknya dengan keluarga mantan suami yang pertama. Namun, karena sebuah keterpaksaan, mantan suami pertama menceraikan dirinya dengan alasan tidak menyukai Elma dan sudah mempunyai wanita pilihannya.

Kini, Elma harus menerima kenyataan pahitnya yang kedua kalinya. Awalnya Elma menjalani hubungannya dengan Gianta ditempat kerjanya, Elma dijadikan sekretarisnya. Namun, tiba-tiba perjodohan tidak bisa ditolak. Dengan terpaksa, Elma menerima perjodohan dari mendiang kakeknya di kala hembusan napas terakhirnya.

Namun siapa sangka, setelah bercerai dari suami pertama, justru Elma masuk kedalam lembah jurang yang lebih dalam lagi tanpa disadarinya jika dirinya dijadikan balas dendam oleh mantan suami keduanya.

"Aaaaaaa!" teriak Elma di tengah tengah hujan deras yang dibarengi dengan angin kencang, juga petir yang berkali-kali saling bersahutan.

Elma menangis histeris tatkala hatinya hancur berkeping-keping, dan tak peduli dengan derasnya hujan.

"He! apa kau sudah tidak waras, hujan hujanan seperti anak kecil, ha?"

Elma yang mendapat teguran, pun langsung menoleh ke sumber suara meski tidak terdengar jelas karena hujan deras.

Elma yang sudah kedinginan dan badan mulai terlihat pucat, seketika dirinya langsung pingsan.

"Elma! El, Elma! bangun El!" teriaknya sambil memanggil nama Elma dan mengguncang tubuhnya penuh kekhawatiran.

Saat itu juga, Elma langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan.

Dengan melajukan kendaraannya, berkali-kali memanggil nama Elma dan berharap Elma segera sadarkan diri. Perasaan takut dan khawatir tengah dirasakannya, menambahkan kecepatannya agar cepat sampai di rumah sakit.

Sampainya di rumah sakit, Elma langsung dilarikan ke ruang pemeriksaan. Dengan kondisi pakaian yang basah, sebisa mungkin untuk menahan rasa dingin yang membuat badannya menggigil kedinginan.

"Dok! tolong beri baju ganti untuk pasien, Dok." Ucapnya memohon karena tidak tega melihat kondisi Elma yang basah kuyup karena kehujanan.

"Tuan tenang saja, istrinya Tuan akan mendapatkan pelayanan yang baik, juga penanganan yang penuh tanggung jawab." Jawab sang Dokter dan langsung masuk kedalam untuk memeriksa kondisi pasien.

Sambil menahan kedinginan, berkali-kali menggosokkan telapak tangannya agar mendapat kehangatan.

"Bagaimana ini, aku tidak mempunyai nomor suaminya. Apa yang harus aku lakukan, nanti dikira aku mau merebut istrinya." Gumamnya sambil menahan dingin dan juga mengacak rambutnya yang tidak gatal.

Karena bingung dan tidak mempunyai cara untuk menghubungi Gianta yang diketahui suaminya Elma, akhirnya pasrah yang bisa dilakukan.

"Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Istrinya Tuan baik-baik saja, nanti juga sadarkan diri. Mungkin karena kehujanan, jadi membuat fisiknya tidak bisa menahan kedinginan." Jawab dokter.

"Syukurlah. Terima kasih banyak sudah memberi pertolongan kepada kami, Dok." Ucapnya berterimakasih.

"Sama-sama, jangan lupa obatnya untuk segera diminumkan setelah sadar nanti. Kalau begitu saya permisi, karena masih banyak pasien yang harus saya tangani." Jawab sang dokter yang langsung pamit pergi untuk melanjutkan tugasnya.

Merasa lega karena Elma baik-baik saja, langsung membuang napasnya dengan kasar.

"Akhirnya kamu baik-baik saja, hampir saja aku jantungan kalau sampai terjadi sesuatu padamu." Ucapnya lirih.

Kemudian, dirinya segera masuk kedalam untuk melihat kondisi Elma yang belum sadarkan diri.

Ketika pintu terbuka, arah pandangan tertuju pada Elma yang tengah berbaring di atas ranjang pasien.

"Masalah apa yang sedang menimpamu, Elma? sampai-sampai kamu berteriak dan jatuh pingsan. Apakah suami kamu menyakiti kamu? atau kamu sedang setres dengan pekerjaanmu." Gumamnya bertanya-tanya.

Tidak ada pilihan lain selain duduk menemani Elma sampai sadarkan diri, akhirnya duduk di dekatnya.

"Wajahmu tidak pernah berubah, cantik dan terlihat menyebalkan." Gumamnya memandangi wajah Elma yang belum sadarkan diri.

Elma yang sudah mendapat reaksi dari pengaruh obat, pelan-pelan menggerakkan jari-jemarinya, dan perlahan membuka kedua matanya hingga pandangannya sempurna.

Sedangkan lelaki yang ada di dekatnya tengah menunduk, takutnya akan mendapatkan marah dari Elma, pikirnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!