Aku Disini, Tenanglah.

Jogja.

Di meja kelas kuliahnya Devara menjadikan lengannya sebagai bantal, dia meletakkan kepalanya di atas lengan. Kepala nya menyamping menatap kosong, entah kenapa sejak semalam hatinya sangat kacau.

"Hahhhh...." dengusan kasar terus keluar dari hidungnya.

"Hai cantik, ada apa? Kok loyo?" Erza duduk di samping kursi Devara langsung mempraktekkan tingkah perempuan itu dia mengikuti gestur tubuh Devara menaruh kepalanya di lengan.

Kini wajah menyamping mereka saling berhadapan, dua pasang manik mata saling menatap dalam. Erza seakan terhipnotis oleh manik coklat terang milik gadis itu, seakan menariknya semakin dalam untuk lebih menyukai Devara. "Deva... bolehkah aku menyukaimu?"

Ucapan itu lolos begitu saja dari bibir sexy pemuda yang baru berusia 18 tahun itu, wajahnya semakin mendekat dikala gadis itu hanya terdiam seperti mengiyakan tingkahnya saat ini.

Saat bibir mereka berdua baru saja akan menempel, suara Ayu terdengar. "Deva, lagi ngapain?"

Sontak kepala keduanya terangkat dari meja, Devara yang paling salah tingkah. "A-aku ke toilet dulu."

Melihat Devara salah tingkah dan kabur, Erza menghela nafasnya sedikit kesal. Baru saja dia akan berhasil mencium perempuan itu, ada aja halangannya.

"Erza, kamu gapapa?" tanya Ayu sok polos, padahal dari jauh dia sudah melihat jelas gelagat kedua orang itu tapi dia sengaja mendatangi mereka.

"Gapapa, aku pergi." Cuek Erza.

Ayu menatap punggung Erza yang pergi dari ruangan dengan mata memuja, "Andai kamu bisa melihatku, Za," gumam Ayu.

Di toilet kampus Devara sedang menatap bibirnya yang akan disentuh bibir Erza, dia memukul kepala bodohnya, "Hampir saja, bego! Bego!"

"Apanya yang bego? Otak lo?" Ternyata Saswita sedang ada di salah satu bilik toilet dan baru selesai. Dia berjalan ke wastafel mencuci tangannya. Gadis tomboi dan suka nyablak itu menatap wajah memerah temannya dari pantulan cermin. "Kenapa wajah lo merah? Abis kissi kissi lo? Sama siapa? Erza?"

Padahal si paling suka ngomong seenaknya itu cuma bercanda tapi tak disangka Devara malah semakin salah tingkah. "Oh, No! Beneran lo adu moncong sama Erza? Lo selingkuh dari pacar lo, Deva?!"

"Temen syalan lo! Gue cuma baru mau, moncong kami belum kena keburu dateng Ayu."

"Tunggu! Tunggu! Maksud lo, ucapan gue beneran? Gila, uyyy!"

"Diem! Tadi itu gue lagi nggak sadar! Kalau pun kejadian, itu hanya sebuah kecelakaan. Gue akan tetep setia sama cowok gue, lah."

"Kampret lo! Kalo udah ada kejadian kayak tadi, namanya otak lo emang udah selingkuh! Dah putus aja sama cowok lama lo, daripada lo pusing entar punya 2 cowok. Erza nggak bakal berhenti ngejar lo, gue berani jamin!"

"Diem! Yu ah..." Devara nggak mau denger lagi omongan Saswita, dia keluar meninggalkan temannya di dalam toilet.

Malam hari seperti biasa Devara nongkrong di cafe milik Mama Ayu, dia sering betah disana bahkan sering menginap.

"Ke club yuk!" mulai lah kegabutan Saswita dimulai.

"Hm."

"Tuh kan, lo dari tadi cemberut terus. Mending dugem, kuyy!" lanjut si teman ngaco Devara.

"Aku nggak ikut, Mama pasti melarang," timpal Ayu.

"Kita berdua aja deh, Deva!"

"Oke, deh! Yuk!"

Setelah masuk ke dalam club, tangan Devara ditarik ke tengah lantai dansa oleh Saswita. Perempuan bebas itu menghentak-hentakkan tubuhnya, meliuk dengan lincahnya mengikuti musik yang diputar seorang Disc Jockey. "Ayo Deva! Lo udah sekali kesini, jangan kaku deh!"

Devara melirik semua orang disana asyik dengan dunia mereka sendiri, bahkan pakaian para Hawa disana sangat minim bahan. Paha putih terpangpang kemana-mana, dengan belahan dada yang memancing para kaum Adam.

Akhirnya Devara ikut meliuk-liukkan tubuh tingginya, rambut panjang kecoklatan ikut menari mengikuti gerakan tubuh perempuan yang baru beberapa hari ini mengenal hingar bingar dunia malam.

"Hai, Nona. Kamu bebas malam ini?" bisik seorang lelaki seraya menempelkan tubuhnya pada Devara.

Devara merengsek menjauh, saat matanya berotasi mencari sosok Saswita temannya itu sedang asyik dengan seorang pria.

"Tidak, aku sibuk," tolak Devara.

"Ayolah, kita bersenang-senang malam ini. Check in-out, oke..." ujar pria itu lagi.

"Enggak, sorry gue mau pergi." Devara berusaha keluar dari kungkungan pria itu apalagi pria yang berbau alkohol itu terus menempel padanya membuatnya risih.

"Ayolah... atau kau ingin aku membayarmu? Berapa?"

"Brengsek! Awas!" akhirnya perempuan itu berteriak marah seraya mendorong tubuh kekar si pria mabuk.

"Perempuan sialan!" Tangan pria itu terangkat bersiap memukul.

Bugh!

Tendangan kaki seseorang ke perutnya membuat si pria pemabuk terjerembab ke lantai.

"Ayo pergi," ternyata itu Erza, dia menggenggam tangan Devira lalu segera membawa keluar perempuan itu dari dalam club untuk kabur.

Saat diluar Erza tak melepaskan genggaman tangannya, dia mengajak Devara berlari sebelum pria yang dia tendang tadi datang mengejar.

Setelah menjauh dari club, lelaki itu baru melepaskan genggamannya, "Kamu gapapa?"

Devara menggeleng tapi air matanya keluar, dia tadi gemetaran saat pria itu terus memaksanya apalagi saat pria mabuk itu ingin memukulnya.

Erza menarik lembut tubuh perempuan yang sudah menaklukkan hatinya itu, merengkuhnya ke dalam pelukan. "Aku disini, tenanglah."

Devara akhirnya menangis tersedu-sedu dalam pelukan pria yang telah menolongnya.

______DIANTARA CINTA DUA LELAKI ______

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!