Roti Bakar

Ros berjalan dipinggir jalan sembari mengusap usap kedua tangannya, udara pagi memang tidak terlalu cocok untuk Ros. Karena dia adalah tipe orang yang gampang sekali terkena flu bila udara dingin. Tapi, Ros tidak mempermasalahkan itu, Ros nyaman berada disini. Di Bandung.

Menurut ros, Walaupun Bandung tidak memiliki salju, tapi Bandung masuk kedalam list kota sejuk yang ada di Indonesia.

Ros memberhentikan langkahnya ketika melihat sebuah toko roti bakar, sepertinya ia dan anaknya ingin sekali memakan roti bakar itu. Ros membuka tasnya, lalu mengambil dompetnya lalu membuka dompetnya itu. Ros membuang nafasnya karena ternyata uangnya tidak cukup untuk membeli roti tersebut. Ia baru ingat, kalau ia belum mendapatkan gaji. Ros kembali memasukkan dompet itu lalu menutup tasnya dan kembali berjalan sembari mengelus perutnya.

"Sabar ya, nak. Setelah gajian nanti, ibu akan membelikan mu roti bakar yang banyak," Ucap Ros dengan di akhir senyuman.

Tanpa Ros sadari dari kejauhan Dirga tengah memperhatikannya dari balik kemudi. Dirga turun dari mobilnya lalu berjalan menuju toko roti bakar itu berada.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Tanya salah satu seorang pelayan.

"Saya ingin membeli roti bakar," Jawab Dirga dengab terburu buru.

"Roti bakarnya rasa apa?" Tanya kembali pelayan itu.

"Rasa apa saja..." Ucap pria itu dengan tidak sabar dan pelayan itu menunjukan ekspresi binggungnya.

"Kami menjual rasa coklat, vanila, straw...." Jelas pelayan itu kepada pria yang ada dihadapannya, namun penjelasannya terhenti karena pria itu lebih dulu menjawab.

"Saya beli semua rasa," Jawab pria itu dengan cepat.

Lalu pelayan itu sedikit berteriak ke tempat penghubung antara kasir dan dapur.

"Roti bakar 12, semua rasa."

Dirga mengetuk kakinya dilantai, sesekali ia melirik jam yang ada ditangannya, ia tidak sabar. Ia mungkin sudah kehilangan jejak Rosaline lagi dan itu adalah hal yang paling ia sesalkan. Karena untuk mendapatkan informasi tentang Rosaline memang sedikit sulit, mengingat wanita itu begitu tertutup. Dirga berdecak, karena pesanan belum kunjung jadi. Baru ingin protes suara pelayan lebih dulu menginterupsi.

"Roti bakar, sudah jadi" Ucap pelayan itu sembari menyodorkan dua kantong plastik besar dan struk pembayaran. Pria itu melihat struk pembayarannya lalu membayar sesuai yang tertera pada struk itu.

Dengan segera Dirga berlari menuju mobilnya lalu memasukkan belanjaannya kedalam mobilnya dengan diikuti Dirga yang masuk kedalam mobilnya. Dirga langsung menginjak pedal gasnya dengan sangat dalam, ia berharap Ros masih bisa ia temukan, Walaupun ia tidak tau jalan mana yang harus di ambil, ia hanya mengikuti apa yang hatinya yakini.

Dirga merasa sedang mendapatkan keberuntungan karena melihat Ros yang sedang membuka pintu toko. Dirga melihat nama toko itu dan menghafalkannya dengan baik baik. Bahkan Dirga sampai memfoto toko itu, takut kalau jika ia lupa tempat dimana Ros bekerja.

Dirga mengamati setiap pergerakan yang Ros lakukan. Dimulai dari membuka toko, menguncir rambut, mengangkat pot, mengelus perutnya hingga ia mengelap keringatnya. Melihat hal itu membuat Dirga sedih karena dulu, ia menolak anak yang Ros kandung. Padahal Dirga sendiri tau pada saat one night stand, Ros masih virgin dan sudah bisa dipastikan kalau yang dikandung Ros adalah anaknya. Memang penyesalan selalu datang terlambat, kalau diawal namanya pendaftaran.

Dirga menegakan tubuhnya karena melihat Ros yang oleng lalu ia dapat melihat Ros sedang mengelus perutnya dan Dirga dapat melihat Ros tengah mengucapkan sesuatu kepada anak yang ia kandung saat ini, lalu Ros tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Dirga mengambil topi hitam yang ia bawa lalu ia mengambil dua kantong plastik yang ia bawa dan berjalan menuju toko Ros berada. Dirga memberhentikan langkahnya tepat didepan pintu toko, Dirga ragu untuk masuk kedalam. Dirga yakin, pasti Ros akan menolaknya. Dirga memundurkan langkahnya dan menaruh kedua plastik itu didepan toko lalu Dirga berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu.

***

Ros memangku kepalanya diatas tangannya sambil menatap roti bakar yang berjejer rapih diatas meja kasir. Ia tidak tau, siapa yang memberikannya roti bakar sebanyak ini, Ros hanya takut kalau ini bukan roti bakar miliknya. Bahkan, Ros sampai mengecek tanggal kadaluarsannya dan sudah bisa dipastikan kalau besok adalah tanggal kadaluarsannya.

Ketika ia ingin membuang sampah tadi, ia bisa dengan jelas melihat dua kantong plastik ini menghalangi jalannya, makanya ia membawa plastik ini kedalam dan karena penasaran Ros membukanya. Berapa terkejutnya Ros karena melihat roti bakar yang ia inginkan tadi sudah berada didepan tokonya sekarang. Bukan didepan tokonya lagi, tapi berada dihadapannya.

Ros mengulum bibirnya berusaha tidak memakan roti bakar ini. Namun, keinginannya lebih besar jadi ia mulai memakan satu persatu dengan lahap. Ternyata roti bakar ini memang enak, wajar saja bila harganya lumayan menguras dompet. Ros tersemyum, ia sangat berterimakasih kepada seseorang yang menaruh plastik ini didepan tokonya, entah itu sengaja ataupun tidak. Setelah makanannya setengah habis, Ros baru menyadari kalau toko ini mempunyai CCTV. Dengan segera Ros berjalan menuju tempat CCTV itu berada.

Ros duduk didepan komputer dengan sangat serius. Awalnya tidak ada yang aneh, namun Ros dapat menemukan keanehan itu setelah ia mulai memasuki toko. Ros dapat melihat seorang pria memakai topi yang turun dari mobil dan menaruh dua kantong plastik itu didepan toko. Ros tau siapa pria yang ada dalam rekaman CCTV itu. Dirga.

"Untuk apa kamu melakukan hal ini, Dirga? Apa kamu mau mengambil anak ini?" Ucap Ros dengan lirih, ia sangat takut kalau hal itu akan terjadi. Ros mengusap wajahnya lalu tak terasa air mata meluncur keluar. Ros malah semakin takut dengan tindakan yang dilakukan oleh Dirga, karena pasalnya Dirga sudah dengan mentah mentah menolak anak ini dan menuduh Ros yang telah mengodanya.

"Yuhu... Ada orang tidak?" Teriak seorang wanita dari luar.

Seketika Ros berdiri dan mengusap kedua matanya lalu Ros berjalan keluar dari ruangan itu.

Ros tersenyum karena melihat Steffi yang datang berkunjung.

"Hay kak... Apakabar?" Ucap Steffi dengan senyuman.

"Baik... Kau sendiri, apakabar?" Tanya kembali Ros pada Steffi.

"Aku sedang bahagia, kak," Ucap Steffi, lalu Steffi berjalan duduk menuju bangku yang tersedia ditoko itu dan diikuti oleh Ros yang juga duduk.

"Ada apa? Boleh aku mendengar cerita mu?" Tanya Ros.

"Aku ingin bertunangan kak, minggu depan!" Ucap Steffi dengan semangat.

"Wah... Dengan siapa? Apa aku kenal dengan dia?" Tanya Ros kembali.

Steffi memutar bola matanya, mungkin Ros melupakan pertemuan pertamanya dengan calon tunangannya itu.

"Kakak, aku sudah mengenalkan dia padamu. Waktu kau dirumah sakit," Ucap Steffi sembari menaik turunkan alisnya.

"Apa? Siapa?" Ros benar benar lupa, siapa yang pernah ia ajak kenalan waktu dirumah sakit, sepertinya tidak ada. Tunggu jangan jangan....

"Dirga?" Ucap Ros, lebih tepatnya adalah sebuah pertanyaan.

"Iya, kakak. Iya... Dirga!" Ucap Steffi dengan senang, lalu dengan cepat Steffi memeluk tubuh Ros dengan erat.

Ros memejamkan matanya berharap air matanya tidak jatuh. Ros mulai berfikir kenapa setiap nafas yang ia ambil begitu sakit. Seakan-akan udara yang ia hidup adalah sebuah anak panah yang sedang menusuk jantungnya. Sepertinya ia sedang benar benar diuji oleh yang maha kuasa. Dengan tangan bergetar Ros membalas pelukan Steffi.

"Selamat, atas pertunangan mu,"

Terpopuler

Comments

Maria Agustina Bungalay

Maria Agustina Bungalay

ngakak aku thor baca kalimat terakhir

2021-12-21

0

dhapz H

dhapz H

udah mw tunangan kenapa perhatian sama rose

2021-09-21

0

Randi Ocean

Randi Ocean

Hilliihh soksokan beliin rotibakar malah mau tunangan 🙈🙈

2021-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!