'Sepertinya, takdir tengah mempermainkan kita'.
***
Rintik hujan membahasi bumi dengan suka rela, angin malam pun ikut serta didalamnya. Ros menggerakkan jaketnya dengan erat. Ros tidak tau kalau malam ini akan turun hujan, jadi ia tidak membawa payung.
Ros terus berjalan dengan cepat, berharap ia cepat sampai di kontrakannya. Ros berbelok di gang yang sangat sepi, di ujung jalan Ros dapat melihat bayangan seorang lelaki yang sedang meniupkan asap rokok keudara. Ros terus berjalan maju, sebenarnya perasaan Ros sudah tidak enak sejak tadi.
Lama kelamaan bayangan itu berubah menjadi seseorang lelaki dengan wajah garangnya. Ros terus berjalan tanpa melihat ke arah lelaki itu. Ros terus memanjatkan doa dalam hati, berharap ia dan anaknya akan baik baik saja sampai rumah nanti.
"Hey, nona!" Teriak lelaki itu sembari membuang puntung rokoknya di genangan air.
Seketika tubuh Ros terasa kaku dan Ros mempercepat langkahnya.
"Tunggu, nona!" Teriak kembali lelaki itu, lelaki itu sedikit berlari untuk mengejar Ros.
Gap.
Lelaki itu berhasil menangkap tangan Ros. Ros berusaha melepaskan tangan lelaki itu dari tangannya, namun tenanga lelaki itu lebih kuat dibandingkan dirinya.
Lelaki itu menarik Ros lalu membentur kan Ros ke arah tembok, Ros meringis menggingat ia sedang hamil.
"Tolongg..." Teriak Ros.
"Tolong .... Siapa saja! tolong aku! " teriak Ros kembali.
"Lepaskan aku, keparat sialan!" Bentak Ros kepada lelaki itu sembari memukulnya dengan menggunakan tas miliknya.
Karena kesal lelaki itu menarik tas milik Ros, lalu membuangnya ke sembarang arah yang membuat isi tas itu berantakan. Lalu lelaki itu mendekatkan dirinya kearah Ros. Ros bisa mencium aroma alkohol dari tubuhnya. Dia mabuk. Pikir Ros.
"Mau bermain main dulu? dengan Keparat ini?" Bisik Lelaki itu tepat ditelinga Ros.
Bugh.
Ros menendang area vital lelaki tersebut, sehingga membuat lelaki tersebut tersungkur di atas aspal yang basah. Masa bodo dengan masa depannya. Ros berlari sekuat yang ia bisa, Ros berharap anaknya tidak apa apa di dalam sana. Ros sungguh takut, melihat Ros yang kabur membuat lelaki itu geram, lelaki itu bangun lalu mengejar Ros kembali.
Dan untuk kedua kalinya, Ros tidak berhasil menghindar dari Lelaki tersebut. Lelaki itu mencengkram tangan Ros dua kali lebih kuat daripada yang sebelumnya. Ros memukuli lelaki itu tanpa henti dan berharap lelaki itu akan melepaskannya.
"Kau! Berani beraninya memukul ku seperti itu! Dasar wanita murahan!, Kau sendiri tidur dengan bosmu! Hingga kau hamil kan!" Teriak lelaki itu didepan wajah Ros. Ros jadi teringat dengan lelaki ini, lelaki ini adalah mantan satpam diperusahaan dimana tempat ia berkerja dulu.
Krek.
Ros merasakan hatinya remuk kembali. setelah sekian lama ia berusaha melupakan masalalu itu, Tetap saja masalalu itu akan kembali kepadanya. Ini seperti boomerang baginya. Ros sudah tak bisa membendung air matanya lagi, Ros menangis sejadi jadinya.
"Tidak usah menangis, sialan!" Teriak lelaki itu.
Plak.
Lalu lelaki menampar Ros dengan sangat kuat. Ros tersungkur di atas aspal dengan kuping yang berdengung, kepalanya berputar hebat dan bisa Ros pastikan kalau bibirnya juga sobek. Ros berusaha untuk bangun, namun ia sudah tidak kuat. Sebelum Ros menutup matanya ia menggelus perutnya lalu melihat lelaki itu juga jatuh tak sadarkan diri disampingnya. Lalu Ros menutup matanya, samar samar Ros dapat mendengar suara lelaki yang memanggil namanya.
"Ros... Bangun Ros..."
"Hey sayang... Buka matamu. Bangunlah,"
"Can you hear me? Maafkan aku, karena aku terlambat menolong mu,"
Dan Ros tak sadarkan diri.
***
Ini adalah mimpi buruk bagi setiap wanita. Dan terutama untuk ku, aku harap setiap kali aku membuka mata, mimpi ini akan berakhir. Ya... Mimpi buruk ini tentunya.
Ros membuka kedua matanya lalu Ros memerjapkan kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
Aku tidak pernah menyalahkan yang maha kuasa atas segala sesuatu yang menimpaku. Mungkin Dimatanya akulah manusia terkuat yang ada di muka bumi, sehingga aku mendapatkan ujian ini.
Ros mendudukan tubuhnya, lalu Ros mengabsen satu persatu apa yang ia lihat. Ada hamparan rumput yang luas, pohon yang rindang, suara burung yang saling beradu, kupu kupu yang saling berkejaran, langit yang cerah, dan awan yang putih. Sangat indah. Pikir Ros.
Terkadang aku berfikir untuk mengakhiri hidup ini...
Terkadang aku berfikir... kalau saja, aku bukanlah aku.
Terkadang aku berfikir... bagaimana jika aku terlahir dengan menjadi orang lain.
Akankah hidup ku lebih indah daripada ini?. Dan aku menemukan jawabannya, yaitu... Aku sudah bahagia menjalani hidupku hanya berdua dengan anakku.
Ros berdiri lalu mengelus perutnya yang semakin membuncit itu. Ros terkejut, karena Ros tengah memakai baju gaun putih hingga semata kaki. Lalu Ros menundukkan kepalanya melihat ujung kakinya yang ia mainkan.
"Bungaku!"
"Rosaline!"
Merasa namanya dipanggil pun, Ros menoleh kebelakang dan betapa terkejutnya dia karena mereka adalah...
"Ayah... Ibu..." Seketikan air mata Ros jatuh begitu saja. Ros berlari kearah mereka, namun Ros malah semakin jauh, jauh dan jauh. Dan sebelum semakin menghilang ibu Ros berkata.
"Jaga dirimu baik baik, hiduplah dengan benar. Ayah dan ibu sayang kamu, jaga cucu kami dan berbahagialah..." Ucap mereka, lalu mereka hilang dari pandangan Ros dan itu membuat hati Ros perih.
"Ros ingin ikut kalian..." Ucap Ros disela tangisannya.
Karena lelah, Ros terjatuh lalu masuk kedalam lubang hitam yang menghisapnya.
Dan memang, hidup itu mempunyai banyak kejutan yang tak terduga. Terkadang hidup itu penuh misteri dan teka teki yang harus dipecahkan, untuk bisa menjalani kehidupan yang selanjutnya.
Ros membuka matanya keduniaan nyata, Nafasnya tersengal-sengal.
"Ros!, akhirnya kau sadar!" Seru Steffi. Steffi keluar dari ruangan Ros untuk memanggil tim medis. Dan tak lama tim medis pun memeriksa keadaan Ros. Sebelum keluar dari ruangan Ros, dokter pun berbincang dengan Steffi mengenai keadaan Ros saat ini.
"Ros..." Panggil Steffi pada Ros, yang sedang memijat kepalanya. Ros menoleh dengan lemah ke arah Steffi.
"Bagaimana keadaanmu saat ini?" Tanya Steffi sembari mendekat ke arah Ros yang sedang berusaha mendudukkan tubuhnya dan dengan sigap Steffi membantunya untuk duduk.
"Tidak lebih baik daripada ini," Ucap Ros dengan diakhiri dengan senyuman, walaupun senyuman tidak selebar biasanya karena bibirnya sangat perih. Lalu mereka berdua saling terdiam. Ros hanya ingin melupakan kejadian itu dan Steffi tidak mau mengungkit kejadian malam itu juga.
"Terimakasih..." Ucap Ros sembari memilin jari jarinya.
"Untuk apa?" Tanya Steffi dengan heran.
"Menolongku, pada malam itu," Ucap Ros dengan wajah sendu. Pelecehan malam itu sangat menyakitkan hatinya. Walaupun Ros tau, dia bukan wanita baik baik. Tapi, dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Seketika air mata Ros berkumpul dipeluk matanya.
Dengan cepat Steffi memeluk Ros dengan erat. Ros memejamkan matanya menahan air mata yang mendesak ingin keluar, Steffi mengelus rambut Ros dengan penuh kasih sayang.
"Syukurlah, kau masih selamat, kak," Ucap Steffi yang juga berusaha menahan air matanya.
Ros tidak kuasa menahan air matanya lagi, menangis sejadi jadinya dalam pelukan Steffi. Dari banyak hari yang ia lewati, baru kali ini lagi ia menerima pelukan dari seseorang lagi. Ros membalas pelukan Steffi dengan erat.
"Dan... Ucapkan terimakasih mu kepada pria yang ada didepan," Ucap Steffi
Clek.
Pintu kamar Ros terbuka. Dan menampilkan sesosok pria bertubuh tinggi, putih dan memiliki wajah yang sangat tampan. Ros mendongakkan kepalanya menatap ke arah pintu dan seketika tubuh Ros melemas, karena pria itu adalah sosok yang ia hindari sejak bulan bulan sebelumnya dan pria itu juga menatap Ros dengan sendu.
Ros melepaskan pelukannya dengan Steffi. Steffi menatap perubahan raut wajah Ros dengan binggung, Steffi mengikuti arah pandang Ros dan berujung pada seorang pria. Steffi tersenyum kepada pria itu lalu memberi isyarat agar pria itu mendekat kearahnya, dan pria itu berjalan perlahan mendekati Ros dan Steffi berada.
"Kak Ros... Kenalkan dia adalah calon tunangan aku," Ucap Steffi yang di akhiri dengan senyuman bahagia. Mendengar ucapan Steffi membuat Ros makin melemas.
'Tolong, kuatkan hati hamba mu ini yaallah'. Batin Ros.
"Dan... Dirga, ini Rosaline," Ucap Steffi dengan antusias.
Dengan gerakan perlahan tangan Dirga terangkat dengan sendirinya. Setelah cukup lama tangan Dirga menggantung di udara Dirga menarik tangannya kembali. Namun sebelum Dirga benar benar menarik tangannya, tangan Ros menyambarnya.
"Ros...Rosaline," Ucap Ros dengan wajah datar.
"Dirgantara Delta. Senang bisa bertemu denganmu... Ros."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sulati Cus
y ternyata bener dunia cm selebar daun kelor
2021-10-20
1
dhapz H
g@k nyangka bertemu Dirga yg menghamili ros
2021-09-21
0
Kendarsih Keken
masih ngga mudeng sama alur cerita nya
tapi aq ikutin dulu deh per bab nya
2021-04-26
1