Melisa menghampiri maminya yang berada di ruangan kerja.
"Mami memanggilku?"tanya Melisa.
"Duduklah di samping mami."Katty duduk di sofa dan melipat kedua tangannya di dada.
Katty dan Melisa saling berpandangan. Katty menatap wajah anaknya lekat-lekat. Ada rasa tidak tega di dalam hatinya. Dia juga tidak rela hidup terpisah dengan Putri satu-satu.
Katty menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
"Melisa sampai kapan kamu mau bersikap seperti ini? Tiap malam kamu pergi dan pulang ketika matahari sudah terbit. Kamu tahu semalam Daddy sudah sangat marah," tutur Katty.
"Aku kan sudah bilang. Aku akan berhenti ketika memang aku ingin sekarang aku masih ingin menikmati hari-hariku. Jadi jangan paksa aku untuk berhenti sekarang."Melisa beranjak dari tempat duduknya.
"Tunggu Melisa. Jika kamu keras kepala seperti ini. Mami tidak bisa menghalangi Daddy mu, untuk mengirim ke rumah eyang."jelas Katty.
"What ke rumah eyang? Nggak mau Mih. Rumah eyang kampungan banget mih. AC aja nggak ada, apa lagi kasur empuk." Sergah Melisa.
"Ya kalau memang kamu nggak mau dikirim ke rumah eyang. Kamu ubah sikapmu. Jangan sampai Daddy mu naik pitam."
Melisa geleng-geleng kepala dan dia keluar dari ruangan Maminya.
"Apa-apaan sih mami sama Daddy ini. Mereka mau kirim aku ke rumah eyang. Jelas aku nggak mau dong." Melisa mendumal setelah menutup pintu ruangan Maminya.
Dia melangkah dengan sangat keras hingga terdengar suara hentakan kakinya.
Katty yang berada di dalam ruangannya hanya bisa menyesali apa yang terjadi kepada putrinya.
Dulu Melisa adalah anak yang sangat manis. Karena Katty memilih untuk mengurus bisnisnya. Dan tidak banyak waktu untuk mengurus Melisa. Ia rasa saat inilah Melisa memberontak kepada orang tuanya.
*****
Melisa memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas yang cukup besar.
"Pokoknya gue nggak mau tahu. malam ini kita harus tetap pergi ke club dan paginya gua pulang ke rumah Lo."
Melisa menutup panggilan telepon ya dan menyeleting tas miliknya. Ya menenteng tas besarnya itu dan keluar dari kamar.
Beberapa asisten rumah tangga melihat aksi Melisa yang membawa tas besar. Namun, mereka tidak berani menghentikan langkah anak majikannya itu.
"Cepat kamu beritahu Nyonya. Jika Tuan sampai tahu Nona Melisa pergi dari rumah. Pasti akan ada keributan seperti semalam."
Siti tidak langsung menjalankan perintah temannya itu. Dia tidak berani untuk mengadukan hal ini kepada majikannya.
"Siti ayo cepat."
"Aku nggak berani mbok. Aku takut kalau nanti Nona Amerika tahu kita mengadukan kelakuan daripada nyonya. Pasti kita akan kena semprot Nona Melisa," ucap Siti.
"Kamu ini takut dimarahi sama Nona Melisa atau lebih takut kalau kamu kehilangan pekerjaan?"
"Yo kehilangan pekerjaan lah mbok. Mencari kerjaan di mana lagi aku. Wong sekarang susah cari kerja." Tutur Siti yang kental dengan logat jawanya.
"Yo wes kalau begitu sekarang cepat kamu bilang nyonya. Simbok mau ikutin Nona Melisa."
Mbok Darmi bergegas keluar dari persembunyian dan melihat kemana Melisa pergi.
*****
Melisa masuk ke dalam mobilnya dan langsung menyalakan kendaraan besinya itu.
Mobil Mini Cooper clubman berwarna maroon. Yang baru-baru ini rilis di negara tetangga yaitu Singapura. Melisa menginjak gas dengan kencang dan mobil melesat dengan cepat keluar dari gerbang.
Melihat mobil putrinya sudah keluar dari gerbang rumah. Katty semakin ketar-ketir. Dia takut suaminya akan lebih marah daripada semalam.
"Aduh Melisa kelakuan kamu itu. Mami udah bener-bener hilang kendali atas kamu."
Katty benar-benar menyesali keputusannya satu tahun lalu. Dia sibuk terbang keberbagai negara untuk mengembangkan bisnis pribadinya di bidang kuliner dan juga fashion.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika aku bilang kepada Mas Arga. Sudah pasti dia akan semakin kesal."
Katty membalikkan badannya dan kembali masuk ke dalam rumah.
Dia memanggil Di mbok dan juga Siti. Katty sudah benar-benar kehabisan akal untuk menjadikan putrinya anak yang manis seperti dulu.
"Mbok. Kenapa kalian tidak segera memberi tahukan saya tentang ini? Lihat sekarang Melisa sudah pergi dengan mobilnya."
Katty memijat keningnya. Dia benar-benar pusing sekarang.
Katty duduk di sofa dan wajahnya langsung menjadi lesu. Si Mbok yang melihatnya buru-buru membuat teh manis hangat.
"Diminum dulu nyonya." Si mbok memberikan secangkir teh.
"Terima kasih, Mbok." Katty meraih gagang cangkir dan meneguk air yang ada di dalamnya.
*****
"Joy, gue udah di depan rumah Lo nih." Melisa menelepon teman dekatnya.
Dia menunggu Joy membukakan pintu rumah untuknya.
"Mel, Lo serius mau minggat dari rumah?" tanya Joy ketika Melisa sudah memarkir mobilnya.
"Serius lah. Oh Ya, nanti malam kita ke club pakai mobil Lo ajah ya. Biar bokap enggak tahu keberadaan gue." Melisa masuk ke dalam rumah Joy tanpa perlu Joy mempersilahkannya masuk.
*****
Malam tiba, Joy dan Melisa bersiap untuk pesta malam seperti biasanya. Hanya saja, Joy biasanya tidak pernah pulang pagi. Dia hanya akan di club malam sampai jam dua belas malam.
"Mel, gue kayak biasa ya. Jam dua belas cabut." Joy bicara sambil menyalakan mesin mobilnya.
"Ah, Lo mah enggak asik. Masa Iyah kita disana cuma sebentar." Keluh Melisa.
"Ya mau gimana lagi. Orang tua gue cuma bolehin di club sampe jam segitu. Dari pada gue enggak boleh keluar rumah lagi. Yang rugikan gue."
Joy dan Melisa pergi ke club malam. Joy yang mengendarai mobil, sedangkan Melisa duduk santai di kursi sebelah pengemudi.
"Sampe," seru Joy seraya mematikan mesin mobilnya.
Melisa dan Joy yang sudah di kenal oleh petugas langsung masuk tanpa perlu menunjukkan kartu member.
"Hay, guys." Melisa menyapa beberapa temannya yang sudah siap berpesta bersama.
"Hay, Mel. Malam ini Lo jadikan bawain lagu permintaan gue?" tanya Jenny.
"Okeh baby. Tenang ajah, lagi liburan gue kantongin." Melisa mengerlingkan satu matanya.
Melisa naik ke atas panggung dan seorang pelayan langsung memberikan minuman kepadanya.
Satu gelas champagne yang diberi tiga butir es batu langsung di teguk habis olehnya. Ini adalah ritual unik yang selalu Melisa lakukan sebelum mulai memainkan piringan hitam diatas panggung.
Semua langsung hanyut dalam permainan musik yang dibawakan oleh Melisa.
Setelah beberapa jam dia berada diatas panggung dan banyak mengkonsumsi minuman beralkohol. Pandangan Melisa mulai kabur dan matanya terasa berat.
Dalam hitungan kelima tubuhnya langsung tumbang. Dia sudah menghabiskan satu botol white wine selama menjadi DJ malam ini.
Segerombolan orang berjas hitam masuk dan membawanya.
"Kirim dia ke Bandung. Bilang kepada Pak Lesmana untuk mengurusnya."
Arga menaikkan kaca mobil dan segera pergi dari tempat putrinya bersenang-senang.
Ada sesak di dalam hati Arga. Namun, dia harus melakukan hal ini demi kebaikan Putrinya.
*****
Matahari tinggi. Melisa yang merasa matanya terkena sorot sinar matahari. Perlahan membuka matanya. Dia merasakan sinar matahari sangat menusuk lensa matanya.
Dia terbangun dan terduduk. Dirasakan olehnya tempat yang menampung tubuhnya itu terasa keras. Dan ketika dia sadar. Ternyata dia sudah di dalam kamar yang baru saja kemarin dia hina.
"Kamu sudah bangun? Apa tidurmu nyenyak?" Muncul sosok wanita yang rambutnya khas di cepol kebelakang.
"Yangti?" Pekik Melisa ketika matanya jelas melihat wajah eyang putrinya.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Mom Yara
semangat kak, like subcribe vote meluncur. terima kasih sudah promo
2023-03-05
0
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
terima akibatx makax jadi ank jgn seenak jidat boros dn suka mabok. smoga bsa berubah lebih baik
2023-03-05
0