Adam mencoba memberi ketenangan dalam hatinya. Ia paham dan mengerti. Jika kedua orang tuanya telah mengambil keputusan maka itu adalah satu-satunya jalan yang terbaik.
"Bagaimana cara menyampaikannya pada Angelina?" tanya Adam, seraya menatap serius kepada kedua orangtuanya bergantian. Damian mengambil napas panjang sebelum menjawab pertanyaan putranya itu.
"Katakan saja jika kalian nikah ulang. Karena pernikahan awal kalian atas keterpaksaan. Di tengah goncangan jiwa yang tidak stabil. Angelina pasti tidak akan banyak bertanya," jelas Damian. Ia tentu saja telah memikirkan hal ini sebelumnya. Lagi-lagi anak pertamanya yang harus menanggung akibat perbuatan, Alan. Meksipun, ini semua terjadi bukan karena keinginan siapapun.
"Mommy akan segera pesan gaun untuk Angelina. Kalian harus sudah resmi sebelum ia melahirkan. Apalagi, setelah mendengar apa yang Daddy-mu katakan. Mommy sangat khawatir. Jika kau tidak bisa menahan dirimu," tutur Katie.
Wanita, itu sebenarnya sangat mengerti apa yang sang putra rasakan. Bagaimana pun, Adam harus membohongi hatinya juga Angelina demi kebaikan wanita itu dan calon bayi yang tak lain cucunya sendiri.
"Daddy, akan meminta Henry mengurus semuanya!" Damian pun bangun dari kursinya. Pria berwajah serius itu berjalan ke arah jendela. Itu pertanda bahwa tak ada lagi yang bisa mereka bicarakan. Semua sudah selesai. Karenanya, Katie mengajak sang putra keluar dari ruangan tersebut.
Sesampainya di luar. " Mommy tau, apa yang kau rasakan, Ad. Mommy sangat paham. Betapa kau menyayangi Angelina juga bayi yang ada di dalam perutnya. Karena itulah, hanya kau yang mampu menyembuhkan gangguan mental yang mengguncang sedikit kewarasan Angelina. Agar ia bisa melahirkan dalam keadaan tenang dan mengurus bayinya nanti dengan baik dan benar. Karena, jika di biarkan ini dapat mengancam nyawa keduanya," tutur Katie.
"No, Mom! Hal itu tidak boleh terjadi. Mereka berdua harus tetap hidup. Adam akan melakukan apapun. Termasuk ... mengorbankan perasaan ini," ucap Adam serak. Merasa kerongkongannya tiba-tiba tercekik. Dengan ucapannya sendiri.
Karena, menjalankannya tentu tidak semudah ucapan. Adam harus menyiapkannya hatinya. Karena, pasti akan terluka berkali-kali.
"Maaf ... sekali lagi, kami meminta bantuanmu," ucap Katie seraya mengusap bahu kekar putranya itu. Entah terbuat dari apa hati Adam.
"Tenanglah, Mom. Aku baik-baik saja." Adam gantian mengusap punggung tangan Katie, seraya menampilkan senyumnya.
"Sebelum resmi. Berusahalah menjaga jarakmu dari Angel. Bahkan, setelah kalian menikah nanti. Kau belum boleh menyentuh Angelina, hingga wanita itu melahirkan dan mendapat haid pertamanya," jelas Katie kemudian. Karena, ia takut Adam tak mampu mengontrol dirinya.
"Aku, mengerti, Mom. Ku harap semua bisa ku hadapi dengan baik," ucap Adam.
Adam kini berdiri di depan pintu kamar Angelina. Tangannya ragu untuk mengetuk. Karena, ia tak mungkin tidur satu kamar sebelum mereka berdua resmi menikah. "Apa yang harus aku lakukan?" desahnya pelan.
Kenapa kau harus pergi secepat ini, Al. Bahkan menyisakan kesulitan untukku.
Adam menggenggam buku jarinya erat. Mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu. Tanpa ia tau di dalam sana, Angelina tengah menggigit kuku jarinya. Wanita itu gelisah, karena suaminya belum juga tiba di kamar. Sementara, hari semakin malam. Ia terbiasa tidur di dalam pelukan.
"Apa mungkin, Angelina sudah tidur. Bagaimana ini?" desah Adam kembali. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk memutar kenop pintu. Karena Angelina tidak pernah mengunci pintu kamarnya. Wanita itu, selalu berharap di setiap malam. Bahwa Alan akan kembali. Adam tau, karena pria itu sering mengintip keadaan adik iparnya ini.
Klek
Pintu di buka perlahan. Namun, betapa kagetnya Adam. Karena Angelina ternyata masih terjaga.
"Kenapa kau baru datang, Al!" Angelina langsung menubrukakan dirinya pada Adam. Wanita itu bahkan menghirup dalam aroma tubuh pria yang saat ini ia dekap erat. Seakan takut jika pria di hadapannya pergi lagi. Hingga ia pun kembali berkata. " Aku takut. Kau tau?"
Mendengar ucapan Angelina yang lirih, serta tubuhnya yang terasa gemetar. Adam, secara reflek mengusap punggung wanita itu lembut. Perasaan terdalamnya ikut sedih melihat keadaan batin Angelina yang rapuh ini.
"Aku tidak akan pergi lagi. Kau tenanglah, dan jangan takut," sahut Alan.
Angelina semakin mengencangkan dekapannya. Tangannya telah melingkar di pinggang Adam. Namun, ia tetap jaga jarak agar perutnya tidak terhimpit.
Perlahan ia mendongak untuk menetap wajah Adam. "Jangan membuatku khawatir. Semua orang bilang kau sudah pergi jauh dan takkan kembali lagi padaku. Tapi, aku yakin suatu saat kau lagi kembali untuk dapati janjimu, padaku dan juga anak kita," ucap Angelina lirih.
Adam langsung tersentak. Entah bagaimana bisa Angelina sungguhan menganggap jika dirinya adalah Alan. Padahal, mereka adalah dua sosok yang sangat berbeda. Satu hal, yang menusuk hingga ke relung jiwanya adalah, perasaan cinta yang tidur dalam itu terpancar melalui sepasang mata almond milik, Angelina.
Entah dorongan darimana. Adam, menundukkan wajahnya lebih dalam untuk melakukan kecupan pada kening Angeline. Wanita itupun memejamkan matanya syahdu. Menerima, aliran hangat dari sentuhan yang sangat ia rindukan.
"An, secepatnya. Aku ingin mengadakan pesta pernikahan kita. Aku, ingin kita mengulang semuanya dari awal. Kau mau kan?" tanya Adam, was-was. Takut, jika Angelina mencurigainya.
Namun, di luar dugaan. Wanita berwajah pucat itu mengangguk cepat dengan seulas senyum. Adam pun dapat menghela napas lega setelahnya. Ia pun menggiring Angelina ke tepi tempat tidur.
"Sekarang tidur ya. Aku temani," ajak Adam. Seraya menaikkan kedua kaki Angelina ke atas kasur kemudian menyelimutinya hingga sebatas perut. Adam sempat terpaku sesaat, ketika melihat penampakan perut Angelina yang besar.
Hal itu tentu saja membuat Angelina mengerutkan keningnya. Karena, pria yang ia pikir adalah suaminya ini tidak melakukan hal yang seperti biasanya. Justru, Adam malah bertanya.
"Bagaimana kabar dia?"
"Dia?" Angelina semakin berkerut bingung.
"Ah, maksudku. Ba–bayi kita?" ulang Adam membenarkan pertanyaannya tadi dengan kikuk.
"Bayi kita ... dia tidak baik-baik saja," jawab Angelina murung. Hal itu lantas membuat Adam kaget.
"Dia kenapa? Maksudku bayinya kenapa? Apa kita perlu periksa ke dokter?" cecar Adam panik.
"Tidak baik, bukan mau ketemu dokter. Tapi, Papanya," cicit Angelina.
Glek!
Adam pun menelan ludahnya kasar inilah yang ia takutkan.
"Iya nanti. Sebaiknya ... sekarang kita tidur saja ya." Adam berusaha mengalihkan suasana. Tak lupa, ia mengusap perut dan melabuhkan kecupan singkat di atas perut yang besar itu. Rasanya, ngeri sekali. Ia takut jika perut Angelina meledak seperti balon. Bahkan, Adam sampai menggelengkan kepalanya. Kala membayangkan balon meletus.
"Kau kenapa, Al?" heran Angelina.
"Ah, tidak! Sudah, pejamkan matamu. Kau harus cukup tidur agar kantung mata ini hilang," tunjuk Adam pada bagian bawah mata Angelina yang sedikit hitam.
"Tapi, peluk!" pinta Angelina, dimana hal itu kembali membuat Adam mendesahkan napasnya.
Huft! Maafkan aku, Al. Ini kemauan Angelina, istrimu.
Mereka berdua pun tidur berpelukan hingga pagi. Sampai, Adam merasakan pegal di pergelangan tangannya. Karena, saat sini hari. Angelina merasakan keram pada perut dan memintanya terus mengusap hingga fajar. Barulah, wanita ini kembali tertidur.
"Ternyata, punya istri lagi hamil itu berat juga," guman Adam.
Beberapa hari kemudian. Pernikahan Adam dan Angelina di gelar. Damian hanya mengundang orang-orang tertentu. Mereka sebagian adalah karyawan dan kaki tangannya yang mengetahui tentang cerita kepergian Alan untuk selama-lamanya. Hari ini, adakah pernikahan kedua bagi Angelina. Namun, ia tak sadar akan hal itu. Damian Jackson telah menikahkan dua putranya dengan wanita yang sama.
Akan tetapi bukanlah hal itu yang ia permasalahkan. Satu hal yang menekan sisi lembut seorang dan injection yang keras dan tegas adalah, lagi-lagi putra pertamanya harus berkorban demi kebahagiaannya sendiri. Sebab, Damian yang tidak tahu jika Adam, sebenarnya memang memiliki perasaan lebih terhadap Angelina.
Bagus saja, Angelina tidak protes ketika nama Adam yang di sebutkan. Karena, ia telah tersihir kebahagiaan yang ia rasakan kini. Ketika, kedua mertuanya menatap penuh kasih sayang terhadapnya. Bahkan, Damian mengecup keningnya.
Adam membawa, Angelina. Adik ipar yang telah menjadi istrinya ini kedalam kamar mereka. Untuk membuat Angelina semakin bahagia. Katie, telah menghias kamar pengantin tersebut seindah mungkin. Damian telah mengatur, agar Angelina pindah ke kamar yang terdapat di lantai bawah.
"Kau lelah tidak? Mau aku pijat?" tawar Adam, seraya membuka sepatu dan kaus stoking yang di kenakan istrinya ini. Meksipun, sepatunya datar dan empuk, tetap saja kaki Angelina pegal.
"Aku tidak lelah, Al. Ayo, kita belah duren!"
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
guntur 1609
ia maaf aku nin kemauan angel. dan juga kemauan diriku. kkwkwkwkwkk. dasar adam. aji mumpung
2025-01-31
0
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
sah" ...la iya pengantin baru pasti mintanya belah duren ya hhhh
2023-03-07
2
Itarohmawati Rohmawati
haiiiii ....belah duren apanya
2023-03-03
2