BAB 4 "Mencoba Mendekati"

...("sB&sB")...

"Berati gue juga lebay dong kalau gue ngefans sama lo?" Nessa berucap dengan menyelipkan anak rambutnya yang berkeliaran kebelakang telinganya.

Entah mengapa Barnes melihat rona semua merah di pipi gadis itu jantung nya merasa tergelitik, ingin sekali ia mempertahankan rona semua merah di pipi yang tidak cubby juga tidak ramping itu.

"Sepertinya pas jika dicium." batin Barnes dengan masih menatap gadis dihadapannya itu.

Pick!!!

"Tidur! Hahaha..." Nessa menjentikkan jari nya tepat di hadapan wajah Barnes yang terpaku menatapnya, bahkan gadis itu mengatakan kata perintah bak tukang hipnotis profesional.

"Astaga, hahaha... Lo pikir mempan hipnotis lo?" tawa Barnes pecah, dan di sana lah Nessa sedikit salah tingkah.

"Ya abis gue tanya lo nya nggak jawab sih," cetus Nessa dengan menggaruk tengkuknya tanpa alasan.

"Hah? Yang mana?" mendadak Barnes menjadi pikun.

"Astaga, yang gue denger Barnes ini genius loh, ini kok pertanyaan belum ada lima menit udah lupa sih? hehehe..." Nessa tertawa di akhir kalimatnya.

"Ya kan bisa diulang sebelum lima menit..."

"Iya karena setelah lima menit udah mubadzir ya? Hahaha..." sela Nessa dengan tawa konyolnya.

Barnes hanya tertawa tanpa suara, ia tak habis pikir, kenapa gadis dihadapannya itu berkali-kali menyela ucapannya berkali-kali juga Barnes tak bisa marah padanya?

Inikah yang dinamakan kapal hati milik Barnes berlabuh pada pelabuhan gadis konyol di hadapannya ini? Benarkah semudah itu dengan Nessa? Bahkan banyak gadis yang lebih cantik dan lebih seksi dari pada Nessa, tapi entahlah, yang tau hanyalah Barnes seorang.

"Woy! Bengong lagi kan lo?!" tersentak Barnes dengan suara Nessa yang tidak bisa dibilang rendah nada.

Tak lama kemudian terdengar bel masuk berbunyi...

"Astaga, dah lah lupain pertanyaan gue! Udah bel tuh, yuk ke kelas." ajak Nessa dengan berjalan meninggalkan Barnes.

"Tunggu! Nes..." Barnes untuk pertama kalinya menahan lengan cewek dengan sentuhan yang lembut.

"Iya? Ada apa?" tanya Nessa yang berbalik menatap wajah Barnes kemudian menatap lengannya yang masih ditahan oleh laki-laki yang terkenal kebrutalannya itu.

Sedikitpun tidak ada sorot mata ketakutan dari wajah Nessa, "Lo mau nggak, jadi temen temen gue?"

Membelalak kedua netra Nessa, membulat sempurna, hingga Barnes kembali bertanya, "Em... permintaan gue aneh ya?"

"Eh... eh enggak kok, lagi pula, semua orang berhak berteman kali." sahut Nessa dengan menampilkan deretan gigi rapinya dan di kanan juga kiri terlihat gigi taring yang sedikit lebih panjang dari pada gigi yang lainnya.

Barnes terpaku dengan keindahan yang ada dihadapannya itu.

"Ya udah, kita balik ke kelas yuk!" ajaknya dengan menarik lengan Barnes.

Dibalik tembok toilet itu ada sepasang mata yang tak suka melihat kedekatan kedua remaja itu.

Napas naik turun seolah menahan amarah yang siap membuncah, mata gadis dengan seragam basket yang masih melekat pada tubuhnya itu masih mengikuti punggung kedua remaja yang kian menjauh.

...("sB&sB")...

Di dalam kelas Barnes...

Kembaran Bryna itu kini sudah duduk dengan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Lengkungan senyum tak henti-hentinya menghiasi wajah yang biasanya terlihat garang bin bengis itu.

Bahkan tak sedikit teman satu kelas Barnes yang terheran-heran dengan tingkah aneh si preman sekolahan itu.

"Lo kesurupan Bar?" tanya Bryna dengan menatap kembarannya itu.

"Hah? Iya, gue lagi kesurupan dewa cinta deh kayaknya." sahut Barnes dengan menatap langit-langit ruang kelasnya.

Bukannya bahagia dengan sikap Barnes yang berubah, Bryna dan teman-temannya satu kelas malah seolah waspada dengan tingkah aneh itu.

Jam belajar berakhir, kini waktunya pulang, bel yang ditunggu-tunggu banyak siswa pun telah menggema di seluruh area sekolah, tak lama kemudian banyak siswa berhamburan keluar dari ruang kelas.

"Bar, gue mau ke perpustakaan dulu sama Aldi, lo mau ikut?" tanya Bryna, karena memang tidak rugi jika ia mengajak kembarannya itu untuk belajar, toh otak Barnes encer ketimbang siswa lainnya.

"Nggak ah, gue mau ke lapangan!" sahut Barnes dengan berlari meninggalkan Bryna.

Langkah panjang Barnes terus ia ayunkan hingga ia tiba di kursi penonton, dari atas dia dapat melihat gadis yang kini sudah berhasil mengusik hati bengisnya.

"Manis." gumamnya dengan tatapan terus terarah ketengah-tengah lapangan basket, dimana di sana sudah ada team basket yang siap beradu skill.

Bola oranye itu terus memantul, tak jarang bola itu di oper dari satu anggota ke anggota yang lain, tak jarang pula bola itu melambung tinggi dan kembali di tangkap oleh tangan-tangan cantik para pemain team basket.

"Nes tangkap!" teriak Tasya.

"Wokey!" sahut Nessa yang bersiap untuk menangkap bola basket yang terlempar kearahnya.

TAP!!!

Tepat sasaran, dan seperti biasa Nessa berhasil menangkap bola oranye itu, dengan kecepatan dan juga ketangkasannya Nessa men-dribble bola oranye itu kemudian__

Hap!!!

Wusss...

Plung...

Bole basket melambung tinggi dan berhasil masuk menerobos ring lawan.

"Yeeeeeyyyy!!!"

"Wooooooo!!!"

Teriak beberapa penonton yang masih stay di kursi penonton, bahkan Barnes sampai ikut berdiri dengan tepuk tangan yang menggema.

Selesai latihan, Nessa duduk di bawah ring basket, ia menyandarkan punggungnya di tiang ring basket.

"Nih, minum!" suara serak khas laki-laki itu terdengar hingga membuat netra yang semula terpejam kini kembali terbuka__

"Barnes? Lo, lo ngapain?" melongo Nessa mendapati Barnes berdiri dihadapannya dengan satu kaleng minuman dingin.

"Liat temen gue main basket!" sahut Barnes dengan menarik tangan kanan Nessa kemudian ia letakkan satu kaleng minuman dingin itu ditangan Nessa.

"Cieee... gue diliatin dong, asek, duh kepala gue serasa kek gede banget nggak sih? Secara diliatin Barnes." cicit Nessa dengan tawa yang memperlihatkan barisan gigi rapinya, jangan lupa tak tertinggal dimata barnes ada dua taring yang terlihat di sana.

"Apaan sih, lebay lo!" sahut Barnes yang ikut duduk di samping Nessa.

"Haha... Lebay kan temen lo juga," Nessa menatap Barnes dan saat itu juga Barnes menatap wajah cantik penuh keringat di sampingnya itu, tapi tak bertahan lama kini Nessa beralih kepada minuman kaleng yang mau di minumnya.

"Ntar pulang bareng gue yuk!" ajak Barnes.

"Uhuk... uhuk... uhuk... ehemptt.... ekhem..." tersedak Nessa dengan ajakan Barnes barusan.

"Eh eh hati-hati dong minumnya, seger banget ya sampe betuk-batuk gitu?" cetus Barnes.

Plak!!!

Punggung Barnes dipukul oleh Nessa, "Kira-kira dong lo kalau ngomong, gue kan syok jadinya, tunggu gue telen airnya dulu kek biar nggak mubazir gini." gerutu Nessa dengan mengelap wajah basahnya menggunakan lengan atasnya.

"Hehe... Sorry sengaja," cetus Barnes dengan mengedipkan salah satu matanya.

Menganga Nessa mendapatkan wing dari teman tampan yang ada di sampingnya itu, "Astaga, mimpi apa gue semalam, ini kok lakik bisa manis gini sih? biasanya juga kang marah-marah, duh jantung gue masih aman kan yak?" batin Nessa dengan mendekap dada kirinya.

Di pinggiran lapangan Tasya dan anggota team basket lainnya tengah berbisik-bisik ria.

"Eh Sya, lo nggak panas tuh, ayang Bar Bar di deketin sama Nessa?" cetus Asvi dengan menyenggol lengan Tasya.

"Paan si lo! Bacot!" ketus Nessa, tatapan tak bersahabat nya ia arahkan kearah Nessa dan Barnes, sungguh jika digambarkan seperti ada bara api yang membara didalam hati Tasya.

Di sisi lain...

"Barnes mana nih?" tanya Rifki dengan berkacak pinggang.

"Tau tu anak, lama banget." sahut Jody.

Mereka, teman-teman Barnes sudah sejak setengah jam menunggu Barnes di parkiran sekolah.

Tak lama kemudian Barnes datang tapi tak sendirian, ada Nessa disisi kirinya dengan bola oranye yang didekap gadis itu.

"Lah kalian?" tanya Rifki.

"Iya gue mau anter Nessa dulu ya, kasian dia pulang sendiri..."

"Halah biasanya juga dijemput." sela Jody.

"Ya kan rumah kita searah, kenapa sih emangnya?" tanya Barnes.

"Searah dari mana? Orang berlawanan arah gitu kok." cetus Aldo yang tiba-tiba ikut menimpali.

"Haha... Maksud gue, searah jarum jam." Mendengar banyolan garing dari Barnes yang biasanya kaku bin ketus itu semua mendadak melongo.

"Muter terus aja gitu?" dengan konyolnya Jody bertanya.

"Dahlah gue mau nganter Nessa dulu, kalian duluan aja ke markas, ntar gue nyusul." tanpa menunggu persetujuan dari teman-teman yang lain Barnes dan Nessa kini sudah melaju menggunakan kuda besi kesayangan Barnes...

Yuk Guys jangan lupa beri bintang lima bagi yang berkenan, satu dukungan mu berguna untuk ku, semoga sehat selalu my reader...

Episodes
Episodes

Updated 49 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!