Pagi yang cerah selalu berhiaskan sinar hangat sang mentari, bahkan tak malu-malu lagi sinar kuning soft itu menembus tirai jendela kamar seorang pemuda yang masih asik bergelut di dalam selimut.
"BARNEEEEEEESSS!!! BANGUN!! SUDAH SIANG SAYANG!!!" terdengar suara yang sangat mengganggu indera pendengaran, namun pemuda itu malah semakin menyembunyikan kepalanya di balik bantal.
TOK... TOK... TOK...
"Bar! Bangun woy! bantuin gue ngerjain PR!!" kali ini suara Bryna yang membangunkan kembarannya itu.
Tersibak dengan kasar selimut tebal berwarna navy itu, "Apa sih?" suara serak terdengar dari balik bibir yang masih enggan untuk berbicara.
"Bantuin gue ngerjain PR ini!" rengek Bryna yang tanpa permisi sudah membuka pintu kamar yang jarang sekali di kunci itu, mau tak mau Barnes segera memberikan buku tugasnya, dengan senang hati Bryna menyalinnya.
Setelah selesai dengan drama pagi di rumahnya, Barnes segera berpamitan dengan Helen sang Momy cantik juga Cakra si Daddy gagahnya, hal yang sama dilakukan juga oleh Bryna.
"Bar, jangan nakal sama teman-teman kamu! Mommy nggak mau kalau sampai harus dipanggil guru!" wejangan pagi itu di dapat oleh Barnes, karena banyak luka di kulit putih putranya itu, Helen tak banyak tanya dia tau bagaimana luka itu di dapat, anak laki-laki dekat dengan kata perkelahian, itu sudah biasa.
"Iya Mom..." sahut Barnes dengan memutar bola matanya.
Di sekolah...
Lapangan basket sudah terisi dengan team basket putri, ya kapten team bernama Tasya tengah men dribble bola kemudian mengopernya kepada Nessa.
"Nes tangkap!" suara yang menggema itu membuat Barnes yang baru saja melintasi lapangan terpaksa tercuri atensinya.
Barnes menoleh kearah sumber suara, dan di sana ia melihat gadis yang kemarin mengobati lukanya tengah berlari dengan bola oranye yang terus di dribble nya, langkah kaki yang menghindari lawan itu terlihat indah dimata Barnes dan HAP!!
Satu kali lempar bola oranye itu sudah berhasil memasuki ringnya...
Brugh...
Tak sengaja Barnes menabrak seseorang, "Woy meleng lo ya?!" tersentak Barnes dengan hardikan dari laki-laki di depannya.
Plak!!!
"Njir! Lo Rif! Gue kira siapa!" Barnes menepuk keras kepala Rifki yang baru saja di tabrak nya.
"Dih! Sejak kapan lo bego! Ya iya lah ini gue! Lo liat apa sih jalan sampe meleng gitu?!" tanya Rifki dengan melirik sinis kearah Barnes.
Dan saat itu Barnes kembali melirik ke tengah lapangan basket, "Gawat, kayaknya Barnes mulai simpatik nih sama Nessa, duh emang kesalahan gue sih." batin Rifki yang mengikuti arah pandang netra sipit Barnes.
Plak!!!
"Udah sembuh luka lo?" sengaja Rifki menepuk punggung Barnes demi mengalihkan atensinya.
"Eh... iya, udah kok, aman gue, luka beginian doang." sahut Barnes yang segera di rangkul pundaknya oleh Rifki.
"Ke depan lab. Yok!" ajak Rifki yang segera melangkahkan kaki.
Barnes terpaksa ikut meninggalkan area lapangan basket karena ditarik oleh Rifki.
"Eh bentar dong, gue mau nero tas dulu ke kelas!" ucap Barnes dengan menepis pelan lengan Rifki yang bertengger di bahunya.
Rifki hanya memandang berlalunya punggung tegap Barnes, entah ada rasa tidak ikhlas saat ia melihat Barnes menaruh perhatian lebih kepada Nessa.
Setibanya di dalam kelas Barnes segera meletakkan tasnya, lagi-lagi bayangan Nessa yang men-dribble bola oranye melintas didalam benaknya.
Tak sengaja senyum tipis tersungging di ujung bibir remaja bengis itu.
"Ssttt... ssstttt... sssttt... Barnes senyum wey! Kesurupan dia?" cetus salah satu teman sekelas Barnes.
Bryna yang mendengarnya segera melihat kearah Barnes yang kebetulan sudah duduk di sampingnya.
"Kesurupan lo?" tanya Bryna kepada adik kembarnya itu.
"Hah? Enggak, apa an sih?!" sahut Barnes yang segera keluar dari ruang kelas itu.
...("sB&sB")...
Semenjak nilai nya anjlok, dan juga kalah tawuran, Barnes mulai berpikir, "Apa benar kutukan dari game itu nyata? Kok gue jadi mendadak bego gini sih?!" batin Barnes dengan menikmati segelas es lemon tea.
"Woy bengong aja lo!" Aldo dan Jody tiba-tiba duduk di hadapan Barnes, mereka sedikit mengagetkan temannya itu.
"Njir, kaget gue!" gertak Barnes dengan geram.
"Mikirin apa sih lo?" tanya Jody yang dengan PD nya mencomot gorengan yang ada di piring Barnes.
"Gue kepikiran sama kutukan permainan kemarin, beneran nggak sih?" tanya Barnes dengan mengaduk minumannya.
"Halah barang kutukan permainan doang dipikirin, makanya kalau ada tantangan langsung aja, biar nggak kek punya hutang!" cetus Aldo.
"Tau nggak, lo dari kemarin kacau, udah muka kek emak-emak yang dikejar rentenir tau nggak!" imbuhnya.
"Bacot lo! Asal ngelakuin gimana coba, orang bukan siapa-siapa mana boleh asal cium, yang ada gue kena gaplok lagi!" sahut Barnes dengan menyesap minumnya.
"Kemarin tu Rifki cuma mau buktiin kalau lo tu bener-bener laki-laki tulen yang masih bisa suka sama cewek tau." cetus Jody masih dengan bakwan yang dikunyah nya.
Terdiam Barnes, ia kali ini tak marah dengan ucapan teman-temannya, lagi pula otak nya masih dipenuhi gadis dengan bola oranye yang masih menari-nari di benaknya.
"Otak gue perlu di steam deh kayaknya, kenapa cewek itu lagi sih yang muncul di sini? Aaarrrggghhh!!! Bisa gila gue ini mah!" batin Barnes dengan menjambak pelan rambutnya.
"Nes lo mau pesan apa?" terdengar suara cewek tak jauh dari tempat duduk Barnes dan and the genk.
"Gua mau, es teh anget aja deh!" seorang gadis menyahut yang suaranya sangat tidak asing di indera pendengaran Barneh, mendadak atensi laki-laki itu menoleh kearah sumber suara.
"Es teh anget bacot lo Nes! Es ya es, anget ya angey, yang bener coba." celetuk teman Nessa yang lain.
"Hahaha... Sorry-sorry gue mau es teh manis aja." dengan tawa renyahnya Nessa mampu mencuri penuh atensi Barnes.
Lihat saja pemuda yang terkenal dengan kebengisan dan kebrutalannya itu kini tengah fokus memandang gadis yang tengah bersenda gurau dengan teman-teman yang lainnya.
"Gue mau ke toilet dulu ya?" ucap Barnes kemudian beranjak menuju toilet yang tersedia di kantin.
Di dalam toilet...
Barnes baru selesai dengan buang air kecil, ia keluar dan mencuci tangan di salah satu wastafel yang ada.
"Hay? Bar, Barnes kan?" suara tak asing itu menyapa Barnes kala pemuda tampan bertampang bengis itu fokus dengan cuci tangannya.
Mendadak Barnes menatap kearah depan, dari pantulan cermin ia melihat bayangan gadis cantik yang tak lain adalah Nessa yang tengah berdiri di belakangnya.
"Woy! Ditanya malah bengong, kenapa? Gue cantik ya?" mendengar pertanyaan konyol itu membuat Barnes sontak menoleh menatap wajah cewek yang tingkat kepercayaan dirinya tinggi.
"Hahaha... canda Bar, gitu amat sih respon nya, udah sembuh luka lo?" tanya Nessa dengan menyentuh pipi Barnes yang ada bekas lukanya.
"Eh... udah kok, btw makasih ya udah mau ngobatin, jadi lukanya cepat sembuh deh." sahut Barnes dengan menepis pelan tangan Nessa yang masih bertengger di pipinya, kemudian Barnes menggaruk tengkuknya tanpa alasan.
"Sama-sama, gue Nessa," dengan senyum yang mengembang Nessa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Barnes.
"Gue... "
"Lo Barnes, gue udah tau kok, lagian cewek mana yang nggak kenal sama Barnes, btw penggemar lo banyak juga ya?" sela Nessa, untuk pertama kalinya Barnes bersabar karena ucapannya di sela oleh orang lain.
"Ah mereka aja yang lebay! Gue mah biasa aja!" sahut Barnes.
" Berati gue juga lebay dong kalau gue ngefans sama lo?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments