Tendangan Maut

"Sayang."

"Eh Papah." ucap Maudy, langsung menurunkan kaki nya, saat sedang duduk di kursi sambil mengecat kuku nya.

"Kamu tadi minta bantuan Tomi, untuk pura - pura jadi Papah ya?" tanya Papah Hadi.

"Hah... apa..!!! kata siapa?" tanya Maudy kaget.

"Kata Tomi, memang nya acara apa? tadi ada pesta ya? kamu pakai gaun pesta."

"Wah, tuh benar - benar fitnah. Papah percaya?"

"Percaya lah, masa tidak percaya. Malah Papah lebih percaya Tomi, dari pada kamu."

"Kok gitu sih Pah, anak sendiri nggak di percaya."

"Kamu kenapa minta bantuan dia?"

"Wah, nih orang benar - benar fitnah." ucap Maudy dalam hati nya.

"Bantuan apa?" tanya kembali Papah Hadi.

"Anu Pah, mepet tadi di kampus kan ada acara pementasan, orang tua nya harus hadir. Coba hubungi Papah, susah banget. Terpaksa hubungi Om Tomi."

"Ponsel Papah aktif kok, tadi on terus."

"Mungkin sinyal Pah, jadi susah masuk."

"Mungkin juga kali ya."

****

Maudy mencari ketiga teman nya, dan langsung menghampiri saat melihat ketiga teman nya, yang sedang duduk di kantin kampus.

"Hi.. "sapa Maudy, namun ketiga nya diam tidak membalas sapaan Maudy.

Bahkan, Axel pun terlihat dingin pada Maudy, dan membuat Maudy merasakan sangat bingung pada ketiga teman nya.

" Kalian kenapa sih? kok pada diem gitu." ucap Maudy.

"Pria yang kamu panggil Om, melaporkan Axel ke pihak kampus. Kalau dia bawa lari kamu, dan mengajak kawin lari. parahnya dia, secara diam - diam, merekam pembicaraan kita semua." ucap Susanti.

"Hah... dia merekam dan melaporkan ke pihak kampus." ucap Maudy kaget.

"Iya, bahkan Axel di skors selama 1 bulan."

"Benar begitu Axel?" ucap Maudy pada Axel.

"Iya, saya di skors karena telah membawa lari kamu."

"Tapi kenapa pihak kampus, ikut - ikut aja sih? ini kan masalah pribadi. Kok sampai si tua itu , melaporkan ke kampus."

"Bukan hanya itu saja, si Bapak Tentara itu, memperlihatkan kalau Axel itu pernah ikut balapan liar, dan pernah terjaring polisi." ucap Susanti.

"Itu kan, dua tahun yang lalu." ucap Maudy.

"Ya mana tahu, kenapa dia bisa dapat kan photo saya waktu di kantor polisi. Bahkan di bawa ke pihak kampus, percaya saja di kira baru - baru ini. Pokok nya, Om Tentara itu cerita banyak, sampai saya di skors." ucap Axel.

"Benar - benar itu Om nya kamu." ucap Tito.

"Dia bukan Om nya saya." ucap Maudy dengan raut wajah nya yang kesal.

"Saya harus jelaskan pada pihak kampus." ucap Maudy, langsung bangun dari duduk nya.

"Percuma kamu bilang, mereka percaya sama dia. Apalagi dia memakai seragam, dan menunjukkan identitas nya sebagai Tentara, serta beberapa bukti lain nya." ucap Axel.

"Saya harus temui dia sekarang."

******

Maudy berjalan masuk ke area Batyalon, Anggota yang berjaga di pos tahu siapa Maudy, karena setahun yang lalu Papah Hadi bertugas di Batalyon 005,dan mengijinkan masuk untuk menemui Tomi.

"Mana tuh orang, sudah gatal tangan ini, ingin pukul." gerutu Maudy, sambil berjalan mencari Tomi.

Saat menemukan Tomi, dia sedang di lapangan, bersama anggota lain yang sedang latihan. Dimana Tomi, memimpin pasukan nya.

Maudy berkacak pinggang, di luar lapangan, Tomi langsung berlari menemui Maudy. Dengan santai Tomi, menyapa Maudy dengan sebuah senyuman.

Buuugghhhh

Awwwwww

Tepat sasaran Maudy, menendang bagian tengah Tomi. Bahkan Para Anggota melihatnya, dan ikut merasakan ngilu.

"Rasain tuh, tendangan maut." ucap Maudy penuh kemenangan.

Sedang kan Tomi, tersungkur dan merasakan sangat ngilu, namun Maudy dengan tanpa bersalah langsung pergi.

"Ma - Maudy, kamu ya...!! "

Aaaaawww

"Makan nya, jadi orang jangan suka ikut campur. Urus tuh, diri kamu sendiri."

*****

"Maudy...!!" panggil Papah Hadi.

"Maudy...!! " panggil Papah Hadi kembali.

Braakkkk

Papah Hadi membuka paksa pintu kamar Maudy, sedang kan putri satu - satu nya sedang menari dan bernyanyi sambil memakai headset.

"Maudy...!! " Papah Hadi, langsung mencopot paksa Headset yang di pakai nya.

"Papah..!! "

"Kamu apakan Tomi? "

"Nggak Maudy apa - apakan, hanya menendang punya dia. "

"Kamu itu, kurang sopan. Orang tua kamu perlakuan seperti itu, di depan Anggota nya lagi. Kenapa kamu tendang dia?"

"Oh jadi dia ngadu sama Papah? dia ngadu apa saja?"

"Benar, kemarin kamu mau kawin lari?"

"Iya , kenapa? ini semua gara - gara Papah. Yang tidak menyetujui hubungan saya dengan Axel."

"Papah seperti ini, demi kamu. Tomi itu menurut Papah terbaik buat kamu, dia dewasa. Sedangkan Axel, coba kamu lihat. Belum apa - apa, sudah ambil keputusan mengajak kamu kawin lari. Untung Tomi segera mencegah nya, kamu anak papah satu - satu nya, papah tidak ingin kamu itu hancur."

"Baik menurut Papah, tapi tidak menurut Maudy. Axel itu baik Pah, kita pacaran sejak SMP hingga sekarang. Dia anak dari keluarga baik - baik, Papah juga kenal kan? pokok nya, saya tetap nikah sama Axel."

"Sampai kapan pun, papah tidak akan setuju. Mau dibawa kemana hidup kamu sama Axel, kamu pikir nikah muda, dengan pria yang belum mapan, akan makan cinta terus. Dan kamu pikir, kemarin dengan kawin lari, hidup kalian hanya memikirkan asal bersama apa. Kalian butuh makan, suami kamu harus kerja, gimana kuliah kalian. Apa otak kamu sama Axel, tidak sampai kesana."

"Bisa berjalan Papah, kalau ada niat pasti bisa."

"Mulut mudah di ucap, tapi melaksanakan nya akan sulit." ucap Papah Hadi yang masih sabar, menghadapi putri satu - satu nya.

"Sekarang, kamu minta maaf sama Tomi." pinta Papah Hadi.

"Nggak mau, karena Om Tomi sudah buat Axel di skors selama 2 minggu, dan dan menunjukkan photo 2 tahun lalu, dari kepolisian saat Axel kena razia balap liar."

"Tuh lihat, balapan liar, dia aja masih main - main, uang masih minta sama orang tua, sok ngajak kamu kawin lari. Tetap saja, orang tua nanti kasih makan kalian."

"Papah itu, kalau ngomong enak saja. Orang itu belum tentu Papah, yang Papah katakan bisa saja berbanding terbalik."

"Kamu yakin, mau nikah sama Axel? silahkan tapi jangan merepotkan orang tua. Kamu saja, masih bergantung pada orang tua." ucap Papah Hadi langsung pergi meninggalkan Maudy yang masih berdiri mematung.

******

Sedang kan Tomi, masih berbaring di atas tempat tidur, dengan milik nya yang masih dia kompres. Sedang kan junior nya, yang melihat merasakan ikut ngilu.

"Bang, masih sakit ya?" tanya Fadil.

"Banget Fadil, tendangan nya lumayan. Dia kan atlet Taekwondo." jawab Tomi sambil meringis.

"Tapi masih bisa berdiri tegak kan Bang?"

"Nah, itu dia Fadil yang saya takutkan, takut tidak bisa berdiri tegak."

"Ngeri Bang."

"Bocah bar - bar harus tanggung jawab, kalau sampai ini si jojon tidak bisa berdiri lagi."

.

.

.

Terpopuler

Comments

Eva kusrini

Eva kusrini

kasihan maudy si jojon kau tendang... belum tahu rasanyaa jojon kalau udah tahu pasti mau minta lagi dan lagi

2023-03-08

1

Lili Suryani Yahya

Lili Suryani Yahya

Astagaaaa Maudy kamu tuh yaaaa tndangan yg pas bngetttt😂😂😂

2023-03-07

1

Lilik Utami

Lilik Utami

kasihan om tomi,tega banget kamu maudy main tendang si jojonnya om tomi
seharusnya kamu berterima kasih sama om tomi karna menyelamatkan kamu dari axel yg mau ajak kamu menikah.aku setuju sama papa kamu maudy kamu harus minta maaf sama om tomi
smoga si jojonnya om tomi sgera sembuh🤭🤭

2023-03-06

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!