Bagian Empat: Cermin

"Papa, boleh aku masuk?" Tanyaku setelah mengetuk pintu dan melongok ke dalam ruangannya.

"Masuklah," ujarnya sambil menutup dokumen di hadapannya. Aku melangkah menuju sofa dan menunggu hingga papa duduk di sampingku. "Apa yang membuat putriku datang ke ruang kerjaku? Kau menginginkan sesuatu?"

Aku tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putihku. Papa selalu tahu alasanku datang. Yah, mungkin karena setiap aku datang ke ruang kerjanya aku akan selalu memohon atau bercerita. "Aku tak menginginkan apapun. Dalam bentuk barang maksudku. Aku ingin mendengar pendapat papa."

Papa mengangguk dan aku mulai mempersiapkan diru. Entah kenapa aku merasa gugup. Kusatukan kedua tanganku, mencoba agar tak terlalu gugup. "Ini tentang akademi yang akan aku masuki tahun depan." Aku mencuri pandang dan papa mengangguk sebagai jawaban agar aku melanjutkan cerita. Aku menghembuskan napas, "aku tak tahu apa yang ingin aku lakukan. Dan itu membuatku tak memiliki alasan untuk mengikuti ujian masuk."

"Kalau begitu tak usah." Aku melongo, jawaban papa benar-benar luar biasa.

"Duke! Anda tak boleh bicara seperti itu." Baron Cerland menegur. Ia adalah asisten sekaligus penasihat papa. Cerland bukan berasal dari keluarga bangsawan, dia meraihnya melalui kemampuan serta kesetiaannya pada papa. "Nona muda datang ke sini untuk berdiskusi tentang masa depannya. Akan bijak jika anda menjawab setelah mempelajari kemampuannya."

Ini satu dari sekian alasan kenapa Cerland diutus sebagai penasihat. Meski Cerland baru berumur dua puluh, tetapi dia cerdas dan berpikir dingin. Papa diam sebentar kemudian menghela napas. "Bel, kamu tak perlu pergi ke akademi jika akademi jika kamu tak menginginkannya atau tak merasa pantas untuk berada di sana. Aku bisa membuat para guru itu datang ke sini dan kamu bisa mempelajari hal yang kamu sukai."

Aku menatap papa, "bagaimana jika aku tak memiliki hal yang aku sukai?"

Papa menyandarkan pipinya pada tangan. "Kamu cukup menjadi putriku kalau begitu."

Aku tak paham. Apa hubungannya? Aku melirik ke arah Cerland tetapi lelaki tengah menatap papa. "Aku tak paham, papa."

Papa menepuk pahanya, itu tanda aku harus duduk di pangkuannya. Aku menurut karena sejak dulu jika itu adalah sesuatu yang penting, papa akan membuatku duduk di pangkuannya dan menatap mataku seperti saat ini. "Papa tak memaksamu untuk menjadi pintar di akademi. Papa tak memintaku untuk membanggakan keluarga dengan hal yang kamu sukai. Papa hanya ingin Bel hidup bahagia. Hanya itu."

Mataku terasa berembun dan pada akhirnya aku memeluk papa erat. "Bel selalu bahagia. Bel bahagia menjadi putri papa."

Aku mengucek mata beberapa kali, mataku perih karena menangis. "Terima-"

Dekapan dari papa terasa hangat. "Oui! Papa! Kenapa Bel menangis?" Seruan itu datang bersamaan dengan pintu yang terbuka.

Eli masuk dengan membawa pedang di tangannya. Aku rasa ia baru menyelesaikan latihannya. "Bel! Kenapa menangis? Siapa yang melukaimu? Katakan padaku!"

Eli benar-benar berlebihan karena kini dia mengeluarkan pedangnya. "Katakan dan aku akan menghajarnya."

"Bukan begitu, kakak. Aku sudah baik-baik saja sekarang. Aku baru bercerita soal rencanaku pada papa." Jelasku menenangkan. Eli menghela napasnya kemudian memasukkan pedangnya kembali.

"Lagipula kau pikir orang yang membuat Bel menangis akan hidup jika ayahmu ini tahu?" Tanya papa dengan nada datar.

Eli mendengus. "Ah, aku hampir lupa! Duke Hamilton sudah menunggu ayah di ruang tamu."

Aku bisa mendengar helaan napas dari papa. Pasti papa lelah. Aku memeluknya sekilas dan mencium pipinya sebelum turun dari pangkuan papa. "Kalau begitu aku pamit, papa selamat bekerja."

"Selamat bekerja ayah, Cerland." Pamit Eli.

"Ya." Aku tersenyum ketika melihat ujung bibir papa terangkat.

Eli mengulurkan tangannya dan dengan senang hati aku menyambutnya. "Bel, cium pipiku juga."

"Hah?"

Eli menunjuk pipinya dengan gagang pedang. "Cium aku di sini."

Aku langsung menggeleng, "kamu kotor."

Eli langsung cemberut. Hanya beberapa detik hingga dia menatapku dengan mata berbinar. "Kalau aku sudah mandi dan bersih, kamu akan menciumku?"

Mau tak mau aku mengangguk. Setelah sampai di depan pintu kamarku Eli langsung pamit dan berlari menuju kamarnya. Aku sudah mulai terbiasa dengan sikap Eli ini. Ah, saat papa memelukku tadi aku jadi ingat kejadian itu.

Kejadian yang membuat papa dan kedua kakakku marah. Kejadian yang membuatku sadar bahwa aku begitu dicintai.

Saat itu aku berumur enam tahun. Aku masih ingat bahwa hari itu merupakan hari pertama aku melihat pantulan diriku di kaca. Amabel Lancaster adalah sosok yang sempurna. Rambut berwarna perak dan mata berwarna abu-abu, bahkan mendekati putih. Sosok yang begitu anggun, namun begitu jauh dari kedua orangtuaku.

Saat melihat pantulan cermin itu tentu aku merasa bahagia karena penampilanku yang begitu cantik. Akan tetapi, aku jadi berpikir, apakah aku benar-benar anak dari orangtuaku? Rambut dan mataku tak memperlihatkan bahwa aku adalah seorang Lancaster.

Hari itu aku merasa begitu sedih. Terlebih ketika berjalan di koridor dan mendengar percakapan para pelayan. "Nona Amabel sangat cantik, namun tak terlihat seperti seorang Lancaster."

"Ya, rambut dan matanya sangat berbeda." Jawab pelayan yang lain. "Ada yang mengatakan jika nona muda adalah bayi yang ditelantarkan."

"Apa mungkin nyonya-"

"Jangan gila! Tutup mulut kalian jika masih ingin hidup!" Hardik yang lain.

Mendengar itu, aku kembali ke kamarku dan menatap pantulan diriku. Kau begitu mempesona juga meragukan. Aku menangis. Apa aku ini anak haram? Atau aku ini hanya anak tanpa orang tua? Apa dalam kehidupan ini pun aku tak memiliki keluarga?

"Nona~ saya bawakan teh." Elena masuk saat aku masih menangis tersedu. Elena langsung menghampiri dan memelukku. "Ada apa? Kenapa nona menangis?"

Aku tak menjawab. Aku malah memeluknya semakin erat. "Elena, Elena."

Elena hanya memeluk dan menepuk pundakku. "Iya, nona ini saya. Tolong jangan menangis lagi."

"Bel! Ayo ma- Bel! Kenapa menangis?" Eli datang dengan tergesa dan langsung berlutut di depanku.

Aku hanya menggeleng. Apa yang harus aku katakan? Bertanya apa aku ini adik kandungnya? Aku tak tahu.

"Bel," Eli kembali memanggil dan aku hanya menggeleng.

Hari itu aku hanya menangis dan besoknya aku demam. Tubuhku sangat lemah. Bahkan ledakan emosi seperti ini bisa membuatku demam. Mama datang bersama Alec, wajah keduanya terlihat begitu cemas. "Bel, kenapa sampai seperti ini? Apa ada yang menyakitimu?"

Aku tak bisa menjawab. Aku tak ingin menyakiti mama. Alec mengusap pundak mama. Mungkin dia meminta mama untuk tenang dan menunggu di luar karena setelah itu mama keluar. Aku bisa melihat mama menghapus air matanya. Maafkan aku.

Alec tak mengucapkan apapun, hanya memperbaiki posisi handuk di dahiku. "Alec, apa aku ini adikmu?"

Gerakan Alec terhenti saat pertanyaanku keluar. "Bel, meski rambut dan mata kita berbeda bukan berarti kamu adalah orang asing. Bel, kamu adikku."

Jawaban Alec begitu ambigu. "Adik kandungmu?"

Alec mengangguk, "itu yang kamu khawatirkan?" Melihat anggukan dariku membuat Alec mengusap pipiku. "Bel, aku melihatmu tumbuh sejak kamu ada di dalam perut ibu. Orang-orang beranggapan kamu berbeda hanya karena mata dan rambut kita berbeda. Kamu adalah adikku, adik kandungku, dan keluarga Lancaster."

Aku kembali terisak dan Alec memelukku erat. "Jangan meragukan darah yang mengalir dalam dirimu, Bel."

Dengan itu aku tertidur dan saat aku membuka mata, Alec dan Eli mewarnai rambut mereka. Perak, seperti warna rambutku. Mama membawa foto keluarga yang memperlihatkan Lancaster berambut putih dan bermata abu-abu. Papa tak mengetahui alasan aku demam, aku rasa akan lebih baik begitu.

Hingga sekarang rambut Alec dan Eli masih berwarna perak. Mereka melakukan itu untuk melindungiku. Sejak hari itu aku tahu bahwa aku dicintai oleh keluargaku.

Terpopuler

Comments

anca

anca

knp amabel lemah hu,,hu,,hu,,

2021-06-22

0

Lisha_10

Lisha_10

gak ad angin gak ad ribut kok air mata ngalir gitu aj
efek trllu mnghayati atau mmg hti ini yg lmah dg crita melow"

2021-03-17

0

🍫 Hiat^٥MayΤυΙρa🍥╏ 🍨

🍫 Hiat^٥MayΤυΙρa🍥╏ 🍨

Aku terharu

lebay ya..

2020-11-20

4

lihat semua
Episodes
1 Bagian Satu: Dimulai dari Nol
2 Bagian Dua: Saudara Laki-laki
3 Bagian Tiga: Waktu Berlalu
4 Bagian Empat: Cermin
5 Bagian Lima: Celine
6 Bagian Enam: Pasar
7 Bagian Tujuh: Pria Itu
8 Bagian Delapan: Arkean
9 Sembilan: Perintah Raja (1)
10 Bagian Sepuluh: Perintah Raja (2)
11 Bagian Sebelas: Tujuh Pangeran
12 Bagian Dua Belas: Tulip Pertama
13 Bagian Tiga Belas: Istana
14 Bagian Empat Belas: Ujian Pertama
15 Bagian Lima Belas: Skema
16 Bagian Enam Belas: Pesta Kebun
17 Bagian Tujuh Belas: Mata Pedang
18 Bagian Delapan Belas: Kabar Menyebalkan
19 Bagian Sembilan Belas: Theo
20 Bagian Dua Puluh: Sisi Lelaki Itu
21 Bagian Dua Puluh Satu: Pematik
22 Bagian Dua Puluh Dua: Akhir
23 Bagian Dua Puluh Tiga: Dimulai Dari Awal
24 Bagian Dua Puluh Empat: Ujian Akhir
25 Bagian Dua Puluh Lima: Guru
26 Bagian Dua Puluh Enam: Sampai Jumpa
27 Bagian Dua Puluh Tujuh: Keterbukaan dan Kejujuran
28 Bagian Dua Puluh Delapan: Jalan Berbeda
29 Bagian Dua Puluh Sembilan: Rezenevor
30 Bagian Tiga Puluh: Babak Baru
31 Bagian Tiga Puluh Satu: Tempat Baru
32 Bagian Tiga Puluh Dua: Iliyä
33 Bagian Tiga Puluh Tiga: Negeri Para Peri
34 Bagian Tiga Puluh Empat: Sekian Purnama
35 Bagian Tiga Puluh Lima: Plodnavor yang Sama
36 Bagian Tiga Puluh Enam: Tentang Yang Lain
37 Bagian Tiga Puluh Tujuh: Perlahan-lahan
38 Bagian Tiga Puluh Delapan: Berbagai Sisi
39 Bagian Tiga Puluh Sembilan: Rumah
40 Bagian Empat Puluh: Alur yang Baru
41 Bagian Empat Puluh Satu: Duel
42 Bagian Empat Puluh Dua: Keputusan
43 Bagian Empat Puluh Tiga: Menggema
44 Bagian Empat Puluh Empat: Saling Mengerti
45 Bagian Empat Puluh Lima: Kesibukan
46 Bagian Empat Puluh Enam: Hari H
47 Bagian Empat Puluh Tujuh: Mere
48 Bagian Empat Puluh Delapan: Bunga Matahari
49 Bagian Empat Puluh Sembilan: Dimulai
50 Bagian Lima Puluh: Akhir
51 Bagian Lima Puluh Satu: Kembali
52 Bagian Lima Puluh Satu: Bertemu
53 Bagian Lima Puluh Tiga: Pertemuan Mereka
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bagian Satu: Dimulai dari Nol
2
Bagian Dua: Saudara Laki-laki
3
Bagian Tiga: Waktu Berlalu
4
Bagian Empat: Cermin
5
Bagian Lima: Celine
6
Bagian Enam: Pasar
7
Bagian Tujuh: Pria Itu
8
Bagian Delapan: Arkean
9
Sembilan: Perintah Raja (1)
10
Bagian Sepuluh: Perintah Raja (2)
11
Bagian Sebelas: Tujuh Pangeran
12
Bagian Dua Belas: Tulip Pertama
13
Bagian Tiga Belas: Istana
14
Bagian Empat Belas: Ujian Pertama
15
Bagian Lima Belas: Skema
16
Bagian Enam Belas: Pesta Kebun
17
Bagian Tujuh Belas: Mata Pedang
18
Bagian Delapan Belas: Kabar Menyebalkan
19
Bagian Sembilan Belas: Theo
20
Bagian Dua Puluh: Sisi Lelaki Itu
21
Bagian Dua Puluh Satu: Pematik
22
Bagian Dua Puluh Dua: Akhir
23
Bagian Dua Puluh Tiga: Dimulai Dari Awal
24
Bagian Dua Puluh Empat: Ujian Akhir
25
Bagian Dua Puluh Lima: Guru
26
Bagian Dua Puluh Enam: Sampai Jumpa
27
Bagian Dua Puluh Tujuh: Keterbukaan dan Kejujuran
28
Bagian Dua Puluh Delapan: Jalan Berbeda
29
Bagian Dua Puluh Sembilan: Rezenevor
30
Bagian Tiga Puluh: Babak Baru
31
Bagian Tiga Puluh Satu: Tempat Baru
32
Bagian Tiga Puluh Dua: Iliyä
33
Bagian Tiga Puluh Tiga: Negeri Para Peri
34
Bagian Tiga Puluh Empat: Sekian Purnama
35
Bagian Tiga Puluh Lima: Plodnavor yang Sama
36
Bagian Tiga Puluh Enam: Tentang Yang Lain
37
Bagian Tiga Puluh Tujuh: Perlahan-lahan
38
Bagian Tiga Puluh Delapan: Berbagai Sisi
39
Bagian Tiga Puluh Sembilan: Rumah
40
Bagian Empat Puluh: Alur yang Baru
41
Bagian Empat Puluh Satu: Duel
42
Bagian Empat Puluh Dua: Keputusan
43
Bagian Empat Puluh Tiga: Menggema
44
Bagian Empat Puluh Empat: Saling Mengerti
45
Bagian Empat Puluh Lima: Kesibukan
46
Bagian Empat Puluh Enam: Hari H
47
Bagian Empat Puluh Tujuh: Mere
48
Bagian Empat Puluh Delapan: Bunga Matahari
49
Bagian Empat Puluh Sembilan: Dimulai
50
Bagian Lima Puluh: Akhir
51
Bagian Lima Puluh Satu: Kembali
52
Bagian Lima Puluh Satu: Bertemu
53
Bagian Lima Puluh Tiga: Pertemuan Mereka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!