Rami yang polos pun mengerti dan ikut mendoakan sang ayah agar bisa secepatnya pulang ke rumah dan berkumpul lagi bersama mereka.
Bu Damayanti pun memanggil pak Beno untuk mengantarnya ke kantor polisi.
"Bisa antar saya ke tempat bapak ya pak Ben ?"
Pinta Bu Damayanti.
"Baik Bu, ".
Jawab pak Beno kemudian pergi menyiapkan mobil untuk mengantar Bu Damayanti ke kantor polisi.
Bu Damayanti pun meminta Rami untuk tetap berada di dalam rumah bersama bibinya,
"Ibu pergi sebentar ya nak, ingat kamu jangan main keluar jauh-jauh, ibu tidak akan lama ko"
"Ya Bu,"
Jawab Rami dengan senyumnya yang ceria mengijinkan sang ibu untuk pergi.
Merekapun akhirnya pergi menuju kantor polisi,
Diam-diam Rami yang ternyata mengerti dengan semua yang terjadi pada sang ayah coba memberitahu sang Kakak yang kini sedang bertugas di perbatasan Gaza sebagai salah satu polisi relawan dari Indonesia.
Rami tahu betul jika saat ini ayahnya sedang dalam bahaya, dan sang ibu sedih karena tidak ada yang mau membantu ayahnya untuk keluar dari tuduhan itu, Rani pun berpikir kakaknya yang bernama Bisma harus tahu tentang hal ini.
Rami coba mengirim pesan email karena no SIM card kakaknya tidak bisa dihubungi.
"Halo ka, tolong bantu ayah, saat ini ayah sedang dalam bahaya, ayah di tuduh sebagai tersangka kepemilikan barang haram yang di bawa oleh pak Rizki mantan supirnya dulu, ibu pun saat ini sedang sedih karena tidak ada yang ingin membantu ayah"
Pesan singkat Rami yang dia kirim pada Bisma kakaknya berharap kakaknya bisa segera membaca pesannya sebelum terlambat, namun ternyata di perbatasan, Bisma memang sedang disibukan dengan tugasnya mengamankan warga asli Palestina yang terluka akibat serangan brutal tentara Israel, hingga beberapa kali dia pun nyaris tiada akibat serangan itu.
Jadi tidak ada waktu untuknya membuka ponsel ataupun media lain untuk menghubungi keluarganya di tanah air.
Selang beberapa menit kemudian setelah pesan terkirim dan sang ibu sudah pergi, Rami yang saat itu sedang bersama bi Saripah mendengar suara seseorang yang memanggil nama ibunya dengan sangat kasar dan membanting beberapa barang hingga pecah.
"Astaga itu siapa den?"
Tanya Bu Saripah terkejut mendengar barang di bawah pecah, diapun segera melihat siapa yang datang dan meminta Rami untuk bersembunyi, karena dari awal Bu Damayanti juga sudah mengingatkan Bu Saripah untuk melindungi anaknya jika dia sedang tidak ada di rumah.
"Den Rami sembunyi dulu ya, jangan sampai den Rami keluar sebelum keadaan benar-benar sudah aman, ingat apapun yang terjadi jangan keluar ya den, ini pesan ibu untuk den Rami"
Pinta bi saripah sebelum dia pergi ke bawah untuk melihat siapa yang datang.
"Baik Bi"
Rami pun segera sembunyi di dalam sebuah tiang rumahnya yang cukup besar berventilasi kecil yang sengaja pak Megantara buatkan untuk siapapun yang ada didalam rumah sebagai tempat persembunyian paling aman disaat keadaan darurat.
Bi Saripah pun sangat terkejut melihat isi rumah yang terus ketiga preman itu hancurkan hingga sangat berantakan.
"Ada apa ini? Siapa kalian?"
Tanya Bu Saripah pada ketiga preman itu dengan waspada.
"Dimana majikanmu?"
Tanya preman berbadan besar itu yang perlahan menghampiri bi Saripah.
"Nyonya, nyonya dan tuan muda tidak ada di rumah?"
Jawab bi Saripah yang mulai ketakutan saat ketiga preman itu mengeluarkan senjata tajamnya.
"Kamu jangan berbohong nona, cepat katakan dimana majikanmu?"
Preman itu kembali bertanya dengan menyodorkan ujung pisau tajam ke dagu bi Saripah.
Karena takut, Bu Saripah pun menelan ludahnya dan berkeringat.
"Jangan sakiti saya, nyonya dan tuan muda memang tidak ada di rumah "
Jawab Bu Saripah tetap pada jawaban awal yang mengatakan jika majikan nya memang sedang pergi keluar, namun ketiga preman itu tidak percaya begitu saja pada Bu Saripah, hingga akhirnya mereka menarik lengan Bu Saripah untuk menggeledah setiap ruangan didalam rumah.
Mereka coba masuk kedalam kamar Bu Damayanti dan pak Megantara namun ternyata memang tidak ada orang, namun saat dia mulai menuju kamar Rami, perasaan Bu Saripah pun mulai cemas jika mereka sampai menemukannya.
"Jangan keluar nak, bibi mohon"
Harap Bu Saripah dalam hati yang cemas akan Rami.
Pintu pun di tendangnya dengan sangat keras hingga menggebrak ke ujung tembok, preman itupun msuk dan melihat tiap sudut kamar Rami, namu memang tidak terlihat ada tanda-tanda kehidupan disana,
"Sepertinya memang tidak ada orang di rumah ini bos?"
Ujar salah satu preman tersebut pada sang ketua preman.
Sang ketua preman pun coba kembali melihat tiap sudut ruangan dia pun berjalan menuju meja belajar sang anak yang terdapat segelas susu dan sebuah roti yang baru sedikit di minum oleh Rami.
Bu Saripah pun semakin ketakutan.
"Susu ini masih hangat ya bi? Boleh aku minum?"
Tanya preman pada Bu Saripah coba menjebaknya.
"Astaga, mengapa aku sampai lupa dengan minuman dan makanan den Rami?"
Keringat Bu Saripah semakin bercucuran, dia sangat takut jika ketua preman itu curiga kepadanya.
Suara Bu Saripah pun terbata bata saat menjawab semua pertanyaan sang preman.
"Euh euh itu itu"
Brak
Gelas susu itu pun preman lempar dengan sangat keras hingga pecahan belingnya berserakan kemana-mana.
"Masih mau berbohong padaku, cepat katakan dimana majikan kalian?"
Teriak preman memaksa Bu Saripah untuk bicara jujur.
"Ampun mohon ampuni saya, tapi memang benar nyonya dan tuan muda pergi keluar tadi pagi. "
Jawab Bu Saripah memohon ampun saat kedua lengannya mereka pelintir ke belakang, pisau yang tajam itu pun mulai mengarah lagi pada wajah cantik Bu Saripah hingga saat kedua anak buah preman itu melihat Bu Saripah dari atas sampai bawah muncul niat tidak baik kepadanya.
"Mau apakan dia bos?"
Tanya kedua anak buahnya.
"Lepaskan saya tuan, saya mohon lepaskan saya, ampuni saya"
Bu Saripah terus memohon pada ketiga preman itu untuk dilepaskan.
Dan
Plak
Plak
Plak
Tiga tamparan mendarat di pipi Bu Saripah hingga terjatuh dan ujung bibirnya sedikit berdarah, Bu Saripah pun terus meminta ampun pada mereka namun tidak didengar, mereka justru semakin brutal menyiksa Bu Saripah dengan mencambuk Bu Saripah dengan gesper mereka hingga dia terluka.
Rami menangis sedih tidak kuasa menyaksikan semua penyiksaan yang dilakukan ketiga preman itu pada Bu Saripah, ingin sekali dia menolong Bu Saripah, namun dia berjanji padanya untuk tidak keluar dari persembunyiannya apapun yang terjadi.
"Bibi"
Ucap bibir mungil Rami menangis memanggil bibinya itu seraya tangan yang ingin meraih bi Saripah untuk menolongnya.
Kedua preman itu akhirnya menyeret Bu Saripah menuju ruang tengah lantai atas dan melecehkannya secara bergiliran, sebelum akhirnya Bu Saripah tewas setelah mereka jatuhkan dari lantai atas ke bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
khazanah
bagus tuh pak
buar sadar dia
2023-03-04
1