Enam

Hari ini, sepulang sekolah, Bianca mendapat undangan dari Senja untuk mampir di rumahnya.

"Hari Selasa itu hari mengajar," ujar Senja dengan lagak Penting. "Mau liat Raga ngajarin anak-anak kecil yang bandel, kan Pengalaman langka, lho."

Raga dengan Cuek terus mendorong sepedanya keluar gerbang sekolah, melengos mendengar kalimat Senja. Tapi, dia sempat berbalik dan berkata Pada Bianca Datang aja. Jarang-jarang bisa liat Senja dikerjain sama anak kecil.

Senja cengengesan, lalu menarik lengan Bianca sebelum dia mampu berkelit. Mereka bertiga berjalan pulang ke arah rumah Senja yang tidak terlalu jauh dari sekolah.

Kawasan Perumahan tempat mereka tinggal terlihat asri dan terawat. Rumah Senja hanya berjarak beberapa meter dari rumah Raga, mungil dan sederhana, bercat kuning gading dengan pekarangan yang tidak terlalu lebar, tetapi dipenuhi oleh tanaman berbagai rupa dan bunga warna-warni. Garasinya dibiarkan terbuka dengan barisan kursi-kursi plastik yang disusun rapi. Sekitar dua puluh anak antara usia lima sampai dua belas tahun memenuhi ruangan tersebut, memandang seksama ke arah Papan tulis Putih yang digantung di dinding. Pakaian mereka tidak bisa disebut layak, sedangkan kulit mereka gelap dan kotor. Wajah mereka terdapat ekspresi keras layaknya orang-orang yang sudah terbiasa menghuni jalanan, tetapi dalam Pandangan mereka terpancar kepolosan dan tawa.

Ketika Senja masuk, anak-anak kecil itu langsung beranjak untuk mengerubunginya Bianca berdiri dengan tidak nyaman di depan garasi,tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan.

"Mama Senja membuka sekolah khusus untuk anak anak yang kurang mampu, Raga yang berdiri di sebelahnya menjelaskan dengan suara pelan.

" Keluarga anak-anak ini Nggak mampu membayar biaya sekolah, jadi mereka bisa belajar gratis di sini setiap minggu."

"Kamu juga membantu di sini "

Bianca memandang dengan takjub ketika anak-anak kecil itu dengan riang berbalik menghampiri mereka dan menarik-narik Celana panjang Raga

"Kak Raga hari ini kita nyanyi lagu apa Mereka ribut berteriak-teriak " membuat Bianca terdorong ke belakang

"Hari ini, kita ada guru baru," Raga berkata dengan sabar pada mereka. Bianca belum Pernah melihat ekspresi lembut yang kini ada di wajah Raga

"Kakak siapa?" Salah satu dari mereka, seorang gadis kecil berambut Pendek yang kasar karena terbakar matahari, mendongak untuk memandang Bianca tersenyum kaku, lalu berjongkok sehingga Pandangan mereka setara.

"Namaku Bianca " dia berkata.

"Kakak bule, ya?" Anak laki-laki yang tampak bengal dengan kepala botak, ikut nimbrung.

Bianca tidak tahu bagaimana harus menjawab dengan diplomatis.

"Emmm, bisa dibilang begitu."

Tanpa memedulikan jawaban Bianca anak-anak itu malahan berteriak ramai.

"Horeee! Kita Punya guru bule

"Kamu bisa jadi guru bahasa Inggris," kata Senja Padanya, lalu kembali sibuk meladeni murid-muridnya yang ribut sendiri. Ia memegang sebuah buku matematika,bersiap-siap untuk mengajarkan perkalian Pada sekelompok anak. Mama Senja tampak sedang menjelaskan kalimat dalam bahasa Indonesia melalui tulisan di papan. Adik perempuan Senja, bulan sedang mengajari beberapa anak untuk membaca dari sebuah buku dongeng yang sudah usang. Hati Bianca menghangat melihat mereka semua, lalu ikut duduk di salah satu bangku pendek untuk membantu.Awalnya, senyum-senyum ceria anak-anak ini membuatnya ingin menangis. Tapi, sekarang, dia justru tersenyum bersama mereka. Dia mengamati Raga yang sedang duduk di pojokan dengan gitarnya, anak-anak yang mengelilinginya bernyanyi mengikuti nada.

Seakan merasakan Bianca sedang memperhatikannya, Raga mengangkat wajah dan membalas senyumnya

...•••••...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!