Bab 18 Perjuangan Yang Salah

Para Anak Walk Pilston langsung membulatkan mata, mereka terkejut dengan kedatangan Xavier yang tiba-tiba. Anak Walk Pilston langsung saja menyerang Xavier.

Buk!

Buk!

Buk!

Empat orang menyerang Xavier secara bersamaan, mereka menyerang titik vital Xavier dengan sangat keras. Xavier yang masih lemah itu pun terkapar di lantai. Dia sekarang telah pingsan.

"Kenapa dia pingsan sih? Dia bukannya kuat?" Salah satu Anak Walk Pilston mengecek Xavier.

"Ayo kita bawa dia ke rumah sakit!"

"Kita tinggalin di jalan aja dia! gimana?"

"Gue setuju!"

"Setuju!" Jawab mereka serempak.

Mereka membawa Xavier yang terbaring tersebut dengan menggunakan mobil taxi. mereka membaringkan tubuh Xavier di tepi jalan. Tak lupa juga mereka menelpon salah satu yang ada di kontak Xavier.

Sementara di rumah sakit, Kiara baru saja siuman. Orang yang pertama kali dia liat adalah Xavir. Xavir kini berada di dekat ranjang milik Kiara, dia memandangi wajah Kiara yang terlihat pucat.

"Xavir!" Kiara berusaha bangun, tapi tubuhnya sangat lemah.

"Nggak usah dipaksa." Xavir mengatur posisi Kiara seperti tadi.

"Makasih."

"Sama-sama."

Krek!

Pintu terbuka, terlihat seorang pria paruh baya memasuki ruangan. Pria tersebut berjalan mendekati Kiara yang baru saja siuman tersebut.

"Udah enakan?" Arwan memegang dahi Kiara.

Arwan memandangi Xavir yang sedari tadi hanya memandangi Kiara, dia kemudian berbicara, "Berterima kasihlah kepada Xavir, dia telah menolong mu dan mendonorkan darahnya."

Xavir membulatkan matanya, ditatapnya pria paruh baya itu. "Sudah kewajiban saya untuk menolongnya."

Sementara Xavier tengah di bawa menuju ruang UGD. Dia ditemukan terbaring di jalanan dengan kondisi yang lemah, dan beberapa tubuhnya mengeluarkan darah.

Grenta menunggu hasil pemeriksaan di luar ruangan Xavier, tak lupa juga dia menelpon bunda Riri untuk memberitahukan keadaan Xavier. Grenta memang sangat marah dan kesel kepada Xavier, tapi melihat kondisi Xavier yang sekarang dia sedih.

"Kak cepatlah bangun! kau tidak mau bermain denganku lagi?" Grenta memandangi pintu ruangan.

Selang beberapa menit, Riri tiba di rumah sakit. Dia mencari ruangan Xavier dengan bantuan dari Grenta. Dari arah kejauhan, Riri melihat seorang gadis yang umurnya dibawah Xavier itu sedang memandangi pintu ruangan tanpa berkedip.

Riri menghampiri Grenta, "Bagaimana keadaannya? apa yang terjadi padanya?"

Grenta menatap Riri, "Dia masih dalam pemeriksaan."

Riri menatap mata sendu dari gadis di depannya. Riri bisa melihat ada pancaran emosi dan sedih di mata tersebut. Riri mendudukkan bokong di kursi tunggu.

"Ada hubungan apa kau dengannya?" Riri menatap Grenta.

Grenta yang tadinya melihat ke arah pintu langsung menatap Riri, "Kami tidak ada hubungan apa-apa, bahkan aku tidak mengenalnya."

Riri menatap mata itu guna mencari kebohongan, "Kau berbohong! kenapa tidak jujur saja sih?"

Grenta langsung berdiri, "Maaf Tante, aku masih ada urusan lain."

Riri memandangi Grenta hingga tubuhnya tak terlihat lagi. Riri mempunyai titik terang untuk kisah cinta segi tiga yang di alami oleh kedua anaknya tersebut.

Di Markas yang didekorasi oleh warna gelap, terlihat seorang pemuda yang memakai topeng tengah melihat rekaman CCTV di salah satu ruangan. Dia tersenyum senang.

"Ini belum seberapa dengan apa yang kau lakukan Princess." Pria itu melihat seorang gadis yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.

Ruby memasuki ruangan, dia menatap sendu ke arah laptop yang memperlihatkan seorang gadis. " Tuan! tidak bisakah kau berhenti? dia juga korban tuan."

Pria itu menanggalkan topeng di atas meja, dia memandangi asistennya dengan tatapan kematian. " Kenapa kau selalu menasehati ku? kau tidak di posisiku Ruby! kau tidak tahu apa yang aku rasakan!"

Walau selalu bertengkar dan berdebat, pria itu tak pernah ada pikiran mengganti asistennya. Dia begitu sayang kepada asistennya tersebut.

Di rumah sakit, Xavir menyuapi Kiara yang terbaring itu, dia juga yang selalu membantu Kiara ke kamar mandi. Kiara sangat menikmati suasana tersebut, dia senang bisa sedekat itu dengan Xavir.

Kiara mengisyaratkan Xavir agar mendekat ke arahnya, kemudian dia memeluk tubuh Xavir dengan sangat erat. "Terima kasih telah menolongku, Kau adalah superhero ku."

Xavir membalas pelukan itu, "Itu semua adalah kewajiban ku, kau itu sekarang adalah calon ibu dari anak- anakku. Mulai sekarang, jangan sungkan meminta pertolongan kepadaku."

"Gombal! kata-kata yang keluar dari mulutmu itu Bulshit kan? Ah! aku bahkan hampir percaya." Kiara memukul-mukul kepalanya.

Xavir menghentikan Kiara, dia mencium bibir Kiara yang terlihat pucat tersebut. "Aku tidak berbohong, aku benar-benar sudah menyukaimu."

Wajah Kiara memerah, jantungnya berdegup kencang, dan kepalanya seakan mau pecah. "Benarkah?"

Xavir kembali memeluk Kiara yang masih terdiam. Andai waktu bisa diberhentikan, dia akan menghentikan waktu yang sekarang.

Pintu ruangan terbuka sedikit, seorang pria yang masih memakai baju rumah sakit itu menatap sedih ke arah depan. Dia kemudian menutup kembali pintu ruangan.

Xavier sengaja keluar dari ruangannya untuk menemui Kiara, dia bahkan tak memikirkan kondisinya yang belum stabil. Pemandangan tadi mematahkan semangatnya yang menggebu-gebu tadi.

Xavier tidak kembali ke ruangannya, dia berencana pergi ke mansion miliknya untuk menemui Grenta. Xavier tidak bisa menahan nafsunya lagi.

Sampai di Mansion, Xavier melihat Grenta yang sedang menyirami beberapa tanaman yang tumbuh di taman. Dia juga memotong bagian-bagian dari tanaman tersebut agar terlihat rapi. Xavier menghampiri Grenta, dia memeluk Grenta dari belakang.

"Eh!" Grenta terkejut karena sepasang tangan melingkar di perutnya.

"Aku rindu kamu, aku ingin kamu hari ini." Xavier semakin mempererat pelukannya.

"Kenapa kau melakukan hal ini kepadaku kak? tidak bisakah kau menghargai ku?" Grenta melepas pelukannya, dia berlari ke arah Mansion.

"Maaf ta, aku tidak bisa memberikan hatiku kepadamu. Bukankah kau menyukaiku?" Xavier menatap tubuh Grenta yang semakin menjauh.

Grenta memasuki mansion dengan emosi yang menggebu-gebu, dia merasa perjuangan yang dia lakukan sejauh ini tidak bisa mengubah hati pemuda tersebut. Beberapa kali Grenta tersandung dengan benda-benda yang dilewatinya.

"Kau ini sangat lucu." Xavier tertawa ketika melihat Grenta yang beberapa kali tersandung.

Grenta memasuki kamar mandi, dia membersihkan dirinya yang sudah lengket. Xavier memasuki kamar, dia terbaring di kasur dengan mata yang memandangi pintu kamar mandi.

Grenta keluar dari kamar mandi menggunakan handuk selutut, kakinya yang putih bersih mampu membangunkan hasrat sang Casanova yang tengah terbaring.

"Kau sungguh sangat cantik! kau begitu menggoda." Xavier menatap tubuh Grenta yang hanya menggunakan handuk tersebut.

"Kenapa kau menjadikanku boneka? tidak adakah sedikit rasamu padaku?" Grenta mengganti pakaian di depan Xavier.

Xavier yang masih tersulut nafsu tersebut berusaha mengontrol diri. Dia tidak mau melukai hati wanita di depannya ini. Xavier tertidur di kasur dengan posisi tengkurap.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!