Bab 4 Penyiksaan

Hari ini adalah hari dimana kakek Arwan pergi ke luar negri untuk waktu yang sangat lama, kakek Arwan akan pergi ke Islandia untuk menenangkan pikiran.

Kakek Arwan, Kiara, Dimas, dan Anita Kini berada di bandara, sebentar lagi pesawat yang akan dinaiki Oleh Kakek Arwan akan segera lepas landas. Mereka mengantar kepergian Kakek Arwan.

"Kakek pasti kembali lagi kan? aku pasti akan merindukan kakek," Kiara menatap Pria paruh baya itu dengan tatapan sendu.

"Kakek juga akan selalu merindukan Kiara, jaga diri baik-baik ya, tunggu kakek di depan rumah." Arwan memeluk tubuh mungil Kiara.

"Papi nggak rindu sama aku juga?" Dimas yang dari tadi melihat drama perpisahan itu pun langsung buka suara.

"Untuk apa rindu sama anak bangsat kek kamu!" Arwan menatap sengit sang putra.

"Maaf, aku bakal coba buat Nerima kenyataan." Dimas yang tahu arti tatapan itu langsung meminta maaf.

Kini Dimas, Anita, dan Kiara sudah berada di mobil, mereka mendarat menuju restoran Seafood, karena baru saja Anira meminta dibelikan lobster saus di restoran tersebut.

"Yah aku juga pengen kepiting saus!" Kiara juga meminta dibelikan kepiting saus kesukaannya.

"Jangan manja deh! hanya Anira yang boleh manja-manja ke saya, dia adalah anak kesayangan saya." Dimas berbicara formal kepada putrinya.

"Semenjak kau membunuh nenek, kau bukan lagi anakku!" Anita juga turut bersuara.

Deg!

Segitu bencinya mereka kepadaku? apakah tak ada kata maaf untukku? Nenek tolong aku! Kembalilah! aku sekarang sangat menderita nek! Batin Kiara.

Kiara hanya menunduk, dia bahkan tak mampu melihat wajah orang tuanya walau hanya dari spion Mobil. Air mata jatuh di pipinya, dadanya sesak, dia bahkan tak mampu untuk berbicara banyak.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai ke restoran Seafood. Mereka memasuki restoran yang baru-baru ini sangat populer di berbagai sosial media.

Mereka duduk di meja nomer 6, Dimas segera merogoh sakunya guna mengambil handphone. Dimas melakukan Panggilan Vidio dengan Anira, begitupun dengan Anita. Sedangkan Kiara melirik orang yang duduk di meja nomor 5.

Kiara melihat ada sepasang keluarga yang tengah makan bersama, dia melihat seorang anak perempuan yang dijadikan ratu oleh kakek,nenek, dan orangtuanya. Kiara seperti dejavu dengan pemandangan itu.

Dia dulu sering dijadikan Princess oleh keluarganya, karena dia adalah anak satu-satunya dan merupakan cucu tinggal keluarga Arkana. Namun semua kebahagiaan itu kini telah lenyap, terganti dengan penderitaan.

"Makanannya tuan," Seru dari karyawan restoran.

"Makasih pak!" Dimas memberikan bayaran beserta tip untuk karyawan itu.

"Makasih banyak pak," Karyawan itu terlihat senang sekali dengan tip yang diberikan Dimas.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan ke kediaman Arkana, tak ada suara dalam mobil itu, hanya ada keheningan.

Ting!

Ting!

Dimas memencet bel yang ada di pagar kediaman Arkana, malam itu tampak sepi, tak ada sekuriti yang biasanya berjaga di depan pagar.

Tak lama kemudian, sekuriti membuka pagar," Maaf Pak, tadi saya kebelet."

"Nggak apa-apa kok, saya juga baru sampe." Dimas tak mempermasalahkan hal sepele itu.

Krek!

Terbukalah pintu utama kediaman Arkana itu, terlihat gadis manis sedang duduk menonton film Upin dan Ipin. Dia tak menyadari kepulangan Dimas.

"Serius amat sih! Ayah datang nggak disambut," Dimas mendekati Anira, dia mencium pucuk kepala anak itu.

"Bunda sama ayah udah bawa makanan kesukaan kamu," Ucap Anita yang kemudian menyodorkan paper bag yang berisi Lobster.

Mereka bertiga menuju ruang makan, tak ada yang menghiraukan Kiara, mereka seperti tak menganggap kehadirannya.

Kiara juga mengikuti mereka,"Kepitingku mana?" Kiara tetap menanyakan kepiting.

Melihat Dimas menyiapkan kepiting ke dalam piring membuat Anita dan Anira menyeritkan kening, mereka tahu betapa bencinya Dimas kepada Kiara. Namun yang saat ini dia lakukan tidak seperti fakta itu.

Kiara pun sama, dia tersenyum melihat perubahan sang ayah yang sangat tiba-tiba itu, dia berpikir kalau ayahnya sudah memaafkannya.

Tiba-tiba...

Kepiting yang tadinya berada di piring, kemudian ditumpahkan ke lantai. Dimas menginjak-injak kepiting itu dengan sepatunya yang kotor.

"Makan kepiting ini atau tidak usah makan sekalian!" Bentakan dari Dimas menggema di kitchen room itu.

"Masih untung kami tak memungutnya dari sampah! Makan! itu jatahmu hari ini." Anita juga tak sampai hati mengeluarkan kata-kata yang pedas.

"Aku sayang Ayah sama Bunda!" Ucapnya kemudian memeluk pinggang kedua orang tua itu.

Kiara masih tertunduk di lantai, kini dia sangat bersedih karena diperlakukan dengan sangat hina oleh orang tuanya sendiri. Untuk apa dia lahir kalau hanya untuk disiksa.

Mereka bertiga memakan lobster yang dibeli tadi, mereka tak menghiraukan Kiara yang masih tertunduk di lantai dengan bahu bergetar.

Kiara mengambil Sapu lantai, dia menyingkirkan lobster itu menggunakan sapu yang ada di tangannya, akibatnya lobster itu jatuh ke lantai dan segera di injak oleh Kiara.

"Jika aku tak makan makanan bersih, maka kalian nggak boleh makan makanan bersih!" Entah angin apa yang merasuki Kiara. Dia tidak takut kepada Orang tuanya.

Dimas membulatkan matanya," Beraninya kau!"

Dimas langsung menyeret Kiara ke gudang belakang, dia juga mengambil cambuk yang baru beberapa hari dibeli. Cambuk itu memang sengaja dibeli untuk menyiksa Kiara. Anita dan Anira mengikuti Dimas dari belakang, mereka tak sabar melihat Kiara yang tersiksa.

"Apa kau mau melakukannya?" Tanya Dimas kepada Anira, dia menyodorkan cambuk kecil yang pas di tangan Anira.

Syut!

Syut!

Syut

"Ini sangat menyenangkan Yah!" Anira sangat senang melihat karyanya di tubuh putih milik Kiara.

"Kau juga tak mau mencoba?" Dimas menyodorkan cambuk besar ke tangan Anita.

"Dengan senang hati," Upanya dengan seringai.

Syut!

Syut!

Syut!

Anita mencambuk tepat di bekas cambukan yang diberi oleh Anira, tubuh yang semula merah-merah itu kini mengeluarkan darah segar. Mereka yang melihat darah itu langsung tersenyum senang.

"Stop! jangan melukainya lagi!" Dimas menahan pergerakan Anira dan Anita.

"Kenapa mas? Seru ini!" Anita merasa senang melihat wajah kesakitan yang ditunjukan oleh Kiara.

"Dia nggak boleh mati, Kamu mau jadi gelandangan?" Dimas menghentikan pergerakan mereka karena takut jika Kiara meninggal.

Arwan sudah memberitahukan kepada mereka bahwa harta keluarga Arkana hanya akan jatuh kepada Kiara, jika Kiara meninggal harta itu akan di wasiatkan untuk anak yatim.

Tiba-tiba lampu gudang berkedip-kedip, di dinding mereka melihat ancaman yang di tulis menggunakan darah.

Tulisan Di dinding

JANGAN SAKITI DIA!!!

ATAU KALIAN AKAN KU BUNUH

KALIAN AKAN MERASAKAN PENYIKSAAN YANG SESUNGGUHNYA.

SALAM

DELTA

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!