Bab 5 Emosi Kiara

Dimas, Anita, dan Anira segera pergi dari gudang, mereka juga takut terhadap hal-hal gaib. Hantu Delta itu terus menerus meneror mereka Agar tidak akan menyakiti Kiara lagi.

"Kenapa Kau membantuku?" Kiara tak takut dengan mahluk tak kasat mata yang ada di depannya ini.

"Aku membantumu karena dua hal, pertama karena telah berjanji kepada kakekmu, dan hal kedua karena kita memiliki nasib yang sama." Delta meneteskan air mata, kemudian segera dihapus.

"Hantu juga bisa nangis?" Pertanyaan polos itu mampu membuat Delta Emosi.

"Kita juga punya perasaan BEGO!" Delta menyentil dahi Kiara."Kau jangan takut kepada mereka, kau pemegang kekuasaan tertinggi di keluarga Arkana."

"Pemegang kekuasaan tertinggi? aku kan masih kecil," Kiara tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Delta.

"Perintahmu adalah pekerjaan untuk mereka, jadi apapun yang kau perintahkan akan dituruti oleh mereka, bahkan sekalipun perintah itu bertentangan dengan orang tuamu." Delta memberikan penjelasan kepada Kiara.

"Aku nggak mau perintah-perintah orang yang lebih tua, dosa tau!" Kiara menatap Delta dengan tatapan polos.

Delta yang emosi itu menggigit bibir bawahnya, percuma saja dia menjelaskan hal itu kepada anak yang baru usia 5 tahun. Delta mencoba untuk meredamkan emosinya.

"Kenapa gigit bibir? Kamu kesurupan? Aku bawa ke Ustad ya?" Kiara memperlihatkan raut wajah khawatir.

Delta sudah tak bisa menahan Emosi,"GUE HANTU BODOH!"

Wajah Delta yang tadinya pucat kini telah berubah menjadi merah karena menahan Emosi, dia bahkan meremas kuku-kukunya untuk menghilangkan emosi tersebut.

Kiara segera meninggalkan Delta di gudang, dia sekarang sedang tertawa puas karena sudah membuat mahluk tak kasat mata itu emosi. Hal kecil itu mampu membuat Kiara lupa sesaat dengan masalah hidupnya.

Besok paginya Kiara melihat barang-barangnya dipindahkan oleh para Maid, dia bingung kenapa mereka melakukan hal itu.

"Kenapa memindahkan barang ku bi?" Tanya Kiara yang melihat pakaiannya dikemas oleh maid.

"Kami disuruh tuan nona," Maid itu tak bisa menatap langsung wajah nona nya.

"Aku Akan pindah ke kamar ini!" Dari arah pintu terdengar suara Anira.

Kiara melihat Anira yang baru saja masuk ke kamar,"Kenapa harus kamarku? kan masih banyak kamar yang lain."

Anira mendekati Kiara,"Karena Aku akan jadi nona utama di keluarga ini!"

"Berhenti! Kembalikan barang ku!" Kiara memerintahkan para maid untuk berhenti memindahkan barangnya.

Semua maid langsung berhenti, ada juga dari mereka yang membawa kembali barang-barang Kiara yang telah dipindahkan tadi.

"Kenapa berhenti?" Anira merasa kesal kepada para Maid yang menuruti perintah Kiara.

"Pemegang kekuasaan tertinggi disini adalah nona Kiara, bukan tuan dan nyonya." Ucap Maid itu dengan menunduk.

Anira mempunyai ide, dia mengeluarkan kalung berbentuk love dari sakunya,"Masih ingat kalung ini?"

Kiara langsung membulatkan matanya,"Kembalikan Kalung itu!"

"Akan ku kembalikan jika kau mau memberiku kamar ini!" Anira pun tak kalah emosi.

Aku nggak mau ngalah, tapi kalung itu juga sangat berarti bagiku. Apa yang harus kulakukan? Kenapa dia mau merampas semua yang berharga di hidupku? Aku tak akan kalah!! batin Kiara.

Wush!

Angin berhembus kencang, Kiara yang tadinya menunduk sekarang mengangkat dagunya, matanya merah, ditambah ruangan yang tiba-tiba menjadi dingin.

Tirai di kamar itu bergoyang-goyang, barang-barang berpindah kesana kemari seperti dipindahkan oleh seseorang. Mereka tak bisa melihat siapa yang memindahkan benda-benda itu.

"Hahaha... Kau mau semua yang berharga dalam hidupku?" Suara dingin Kiara itu membuat Anira dan para maid di kamar itu merinding.

"Aku tak akan mengambil punyamu kalau kau tidak tidak membuat bunda meninggal." Walaupun sedang ketakutan, Anira tak dapat menahan emosinya.

"Bundamu meninggal karena takdir! bukan karena aku!" Aura Kiara kini telah berubah, seakan bukan dirinya lagi.

Kiara memecahkan vas bunga, dia mengambil pecahan vas dan mendekati Anira."Kalau begitu aku akan mengambil nyawamu! Kau akan merasakan pedihnya siksaan!" Kiara semakin dekat dengan Anira.

Tinggal 6 langkah lagi dia akan berhadapan dengan Anira, dia tersenyum miring yang tampak menyeramkan. Anira semakin gelisah, dia menggigit bibir bawahnya untuk meredamkan kekhawatirannya.

Tap!

Tap!

Tap!

Tap!

Tap!

Tap...

Krek!

"KIARA!"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!