Bab 17 Walk Pilston Berbuat Onar

Di kediaman Arkana, Kiara dan Anira tengah berbincang dengan kakek Arwan sebelum berangkat ke sekolah. Kakek Arwan tampak berusaha mendekatkan diri dengan cucu angkatnya tersebut.

"Anira!" Panggil Arwan, dia mengisyaratkan agar Anira duduk di dekatnya."Kakek hanya mau nanya sesuatu sama kamu."

Anira menatap Kiara dan Arwan secara bergantian, kemudian mendudukkan bokongnya."Ka-Kakek, ada apa?"

Arwan menarik nafas dalam-dalam,"Kamu benci sama kak Kiara? apakah masih membekas benci itu?"

Matanya berkaca-kaca, tubuhnya bergetar, kepalanya sakit. Seketika memori tentang kecelakaan bundanya muncul di ingatannya. "Maaf kek, aku benar-benar belum bisa mengiklaskan kepergian bunda. Benci? aku juga tidak tahu kalo benci itu masih ada."

Kiara menatap Anira, dia melihat kesedihan yang mendalam di mata itu. Kiara menyentuh tangan Anira,"Tidak bisakah kita menghilangkan rasa benci itu? Aku hanya ingin hidup bahagia dengan kau, bunda, ayah, dan kakek. Aku ingin kita bisa menjadi keluarga yang bahagia."

Arwan tersenyum mendengar keinginan sederhana dari cucu tunggalnya tersebut."Kakek juga! Kakek ingin kalian semua akur."

Anira berdiri," Maaf kek, aku harus berangkat sekarang."

"Aku antar!" Kiara ikut berdiri, dia langsung menyusun tangan Arwan.

Mereka berdua menuju garasi, Kiara hari ini akan membawa mobil ketika akan pergi ke sekolah. Dia belum berminat membawa motor. Salam mobil Hanya ada keheningan, tidak ada yang mau memulai pembicaraan.

Kiara melihat Anira melalui kaca spion mobil, " Nira! bisakah kita menjadi kakak beradik pada umumnya? bisakah kau menerimaku menjadi kakakmu?"

Anira menatap ke arah depan, "Aku belum bisa kak,Maaf."

Kiara tak lagi mengajak mengobrol, dia juga memaklumi sikap Anira yang sangat membencinya. Mungkin jika dia berada di posisi Anira, dia juga akan melakukan hal yang sama.

Kiara menurunkan Anira tepat di depan gerbang SMA Magister. Setelah itu, dia melanjutkan perjalanan menuju SMA Cendana. Kiara merutuki kenakalannya waktu itu.

Dia menarik nafas dalam-dalam, "Aku nggak boleh menyerah! Dia pasti akan menerimaku."

Dari arah belakang, terlihat rombongan anak memakai jaket berwarna hitam dengan simbol WP di bagian jaket. Mereka Kini tepat berada di belakang mobil milik Kiara.

Mobil Kiara memasuki gerbang SMA Cendana. Dari arah belakang terdengar suara keras yang berasal dari batu yang dilempar oleh anak Walk Pilston. Kiara segera menuruni mobil dengan sangat hati-hati.

Pemandangan di SMA Cendana terlihat sangat kacau, Terlihat batu yang melayang-layang di udara. Batu tersebut mengenai beberapa bangunan sekolah dan beberapa Siswa dari SMA Cendana. Kiara berusaha melindungi diri agar tidak terkena batu yang mereka lemparkan.

Tanpa disadari, ada batu sebesar kepalan tangan orang dewasa mengenai kepala Kiara. Kiara memegang kepalanya yang terasa sakit, tangannya kini sudah berlumur dengan darah. Kiara menyeka darah yang ada di tangannya ke pakaian yang dia pakai.

Kiara pergi ke salah satu sudut taman yang tidak akan terlihat oleh siapapun. Dia duduk sambil mengikat pakaian putihnya ke kepala. Kiara melakukan hal itu untuk memperlambat darah yang keluar.

"Kok sakit ya? kan cuma batu," Kiara mengambil ponsel di tasnya, dia memencet apk hijau.

Kiara melakukan Vidio Call dengan Kakeknya, dia sudah tidak tahan dengan kepalanya yang terasa sakit.

"Kek! aku tidak kuat." Kiara berusaha berbicara dengan baik ditengah melawan rasa sakit.

Matanya melotot, "Kenapa bisa begitu Ra? Kakek akan kesana! Bertahanlah!"

Arwan berlari ke arah lift, hatinya gelisah, tubuhnya tak bisa diam dari tadi. Arwan sangat takut kehilangan Kiara. Setelah keluar dari lift, Arwan berlari sekencang-kencangnya ke arah bagasi mobil.

Arwan melajukan mobilnya dengan kecepatan mencapai 80 km/Jam. Dia tidak takut dengan apa yang dilakukannya sekarang, pikirannya hanya menuju kepada Kiara.

****

Kiara saat ini terbaring di atas tanah dengan badan yang bersandar pada dinding taman. Matanya dari tadi hanya mengarah pada ponsel yang memperlihatkan foto sang kakek. Kiara berusaha untuk bertahan sampai kakeknya datang.

"Bertahanlah! Kau pasti bisa Kiara!" Kiara menahan kepalanya yang dari tadi mengeluarkan darah.

Tak lama Kemudian, matanya berkunang-kunang, seketika keadaan sekitar menjadi gelap. Kiara pingsan di taman dengan keadaan yang sudah berlumur darah.

Dari arah depan terlihat seorang pemuda yang berlari ke arah Kiara, Pemuda itu menggendong Kiara menuju mobil BMW. Dia membawa Kiara rumah sakit terdekat. Pemuda itu tak henti-hentinya memandangi wajah Kiara yang saat ini sudah terkena darah.

"Bertahanlah Kiara!" Xavier meneteskan air mata ketika melihat keadaan Kiara.

Ketika sampai di rumah sakit, Xavier menggendong Kiara dengan sedikit berlari agar bisa cepat sampai di ruang rawat.

"Dokter! Dokter!" Xavier membaringkan Kiara di ruang yang UGD. Xavier memanggil-manggil Dokter agar segera menangani Kiara.

Dokter memasuki ruangan,"Maaf tuan, anda tunggu diluar. Kami tidak akan konsentrasi jika anda ikut masuk."

Xavier hanya pasrah, dia duduk di salah satu tempat duduk yang berada di rumah sakit. Xavier mengecek ponsel milik Kiara, dia terkejut karena melihat 30 panggilan tak terjawab dari Arwan.

Xavier membuka apk hijau, dia memberitahukan keadaan Kiara melalui Apk tersebut. Tak butuh waktu lama Kakek Arwan datang ke rumah sakit.

"Gimana Keadaannya? dia baik-baik saja? apa yang terjadi padanya?" Berbagai pertanyaan dilontarkan Arwan.

"Dia lagi ditangani oleh dokter Kek." Xavier merogoh saku, dia menyerahkan ponsel Kiara kepada Arwan.

Arwan menatap Xavier, "Terima kasih telah membawa dia ke rumah sakit."

"Sama-sama kek."

30 menit kemudian, dokter keluar dari ruangan. Dia menghampiri Arwan dan Xavier yang dari tadi menunduk sambil menangis.

"Maaf," Suara dokter membuat mereka menoleh."Saudara Kiara memerlukan donor darah, dia kehilangan banyak darah akibat dari luka yang ada di kepalanya."

"Saya akan mendonorkan darah dok." Jawab mereka kompak.

Dokter menatap mereka," Dia butuh golongan darah O. Apakah dari kalian ada yang mempunyai golongan darah O?"

Arwan kecewa," Apakah tidak bisa dengan golongan darah yang lain?"

Dokter menggeleng," Maaf tuan, kita tidak bisa memaksanya."

Xavier angkat bicara, "Saya bisa dok! golongan darah saya O."

"Makasih." Arwan menatap Xavier dengan mata yang berkaca-kaca.

Xavier segera memasuki ruang tempat untuk mengambil darahnya. Darah Xavier diambil sebanyak 3 kantong. Hal tersebut membuatnya sedikit pusing.

"Anda harus istirahat tuan, jangan melakukan hal-hal berat dulu!" Peringat dokter.

"Baik dok." Xavier hanya bisa mengiyakan apa yang diperintahkan oleh dokter.

Setelah mengambil darah milik Xavier, dokter tersebut segera pergi ke ruang tempat Kiara di rawat. Dokter tersebut meninggalkan Xavier di ruangan itu sendiri.

"Aku akan membalas kalian!" Xavier memukul meja yang berada di dekatnya.

Dia berjalan menuju halaman rumah sakit, dia menaiki mobilnya dan menuju Basecamp Milik Walk Pilston. Dia sangat emosi karena orang yang di sukainya terluka parah karena ulah dari anak Walk Pilston. Dia menuju kesana tanpa persiapan.

Sampai di Basecamp Walk Pilston, Xavier menendang pintu dari Basecamp. Dia beberapa kali menendang pintu tersebut.

Brak!

Akhirnya pintu itu terbuka, terlihat anak Walk Pilston yang sedang asik memainkan kartu. Mereka terkejut karena melihat kedatangan ketua gang Allstar tersebut.

"BIADAB! ENYALAH KALIAN SEMUA!"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!