Bab 16 Kencan Pertama.

"Kamu sih! udah dibilangin malah ngeleg." Xavir mengobati tangan dan kakinya yang terluka karena kecelakaan kecil tadi.

"Yaudah, maaf. Tadi aku benar-benar nggak denger suara kamu, tahu sendiri kan gimana Keadaannya? kalau saja suara kamu tidak bersamaan dengan suara klakson, mungkin kita nggak akan celaka dan terluka." Kiara menempelkan kapas yang sudah ada Betadine ke luka yang ada di kaki dan tangan Xavir.

"Kencan yuk! anggap sebagai permintaan maaf, dengan begini kita impas kan?" Xavir memperhatikan wajah Kiara.

"Nggak sakit nih kaki?" Kiara memukul luka yang barusan diobatinya.

"Sakit bangsat! pelan-pelan mukulnya." Xavir meniup luka yang terlihat masih basah tersebut.

"Lebay amat sih!" Kiara melangkah keluar ruangan.

"Stop!" Suara itu membuat Kiara menoleh ke belakang. Kiara menatap Pria di depannya seolah-olah bertanya kenapa memanggilnya.

"Jangan lupa kencan malam ini." Peringat Xavir

"Iya!" Kiara membalikan kembali tubuhnya, bibirnya tersenyum, hatinya meronta-ronta ingin keluar dari habitatnya. Kiara sangat senang karena dia akan berkencan dengan Xavir, entah kenapa dia senang jika berada di dekat pria itu.

Sepeninggalnya, Xavir melompat-lompat dengan sangat girang, dirinya lupa akan rasa sakit dari luka yang baru saja di obati tersebut. Tubuhnya mendingin ketika dirinya di obati oleh Kiara.

******

Kiara dari tadi memilih-milih pakaian yang akan dipakainya untuk berkencan dengan pria yang di sukainya. Dia mondar-mandir karena merasa semua kain yang ada di lemarinya tidak cocok dengannya.

Visa membuka pintu,"Kok berantakan begini? nona ini sebenarnya lagi ngapain?"

"Aku mau kencan dengan seseorang yang ku sukai Bi," Kiara masih saja memilih-milih baju yang bagus untuk dipakai.

Visa memegang gaun yang berwarna tosca, dipandangnya gaun dan Kiara secara bergantian. Dia memberikan gaun tersebut kepada Kiara.

"Wah! Pilihan Bibi sangat bagus." Kiara memakai gaun tersebut. Kiara melihat pantulan dirinya yang ada di cermin dengan tersenyum senang.

"Nona pake make up yang natural, dan jangan lupa rambutnya digerai." Visa meninggalkan Kiara, dirinya masih banyak pekerjaan.

Kiara menuruni tangga dengan bibir yang tersenyum, dirinya tidak sabar kencan bersama Xavir. Kiara menghampiri sang kakek yang berada di ruang keluarga, dia berpamitan kepada sang kakek.

"Kiara pergi dulu ya," Kiara menciumi tangan Arwan.

"Hati-hati, Ingat! jangan pulang larut malam." Arwan memperingati Kiara.

"Iya kek, aku juga tahu batasan." Ucapnya sambil berlari-lari kecil menuju parkiran.

Sampai di parkiran, Kiara bingung memakai mobil yang mana. Mobil yang ada di garasi mobil ada sekitar 20 dan semuanya adalah mobil mewah.

"Kenapa nggak ada yang biasa-biasa aja sih! aku kan malu makenya." Kiara menghampiri Mobil BMW," Yang ini aja deh." Lanjutnya.

Xavir malam ini terlihat sangat tampan, dia memakai kaos putih, celana hitam, dan jaket hitam. Terlihat simpel, tapi sangat keren. Xavir menyalami sang mami, kemudian dia berlari cepat ke arah garasi mobil.

Kiara sampe duluan di restoran, dia menduduki meja nomer 5. Kiara bermain ponsel sambil menunggu kedatangan Xavir.

"Lama nunggunya?" Xavir menarik kursi yang ada di depan Kiara.

"Nggak, aku juga baru nyampe." Ucapnya tersenyum.

Seketika hening, tak ada yang mau bicara, hanya suara dentuman sendok yang terdengar. Mereka memesan udang saos. Kiara tak memakan kepiting, dia tidak mau imagenya turun di depan Xavir

Dari kejauhan sepasang mata tengah memperhatikan Xavir dan Kiara, dia menggertak giginya, meremas kuku-kukunya.

"Aku tak akan membiarkan kau menjadi miliknya!" Pemuda tersebut meninggalkan Kiara dan Xavir.

Dia menuju klub malam untuk menyalurkan emosi melalui hubungan ****. Dia tak ingin berlama-lama berada di restoran Seafood tersebut.

Kini Xavier barada di Club malam, dia memesan minuman alkohol sebanyak 2 botol. Diminumnya minuman itu sampai benar-benar habis. Baru kali ini dia merasa cemburu saat melihat Kiara bersama Xavir, sebelumnya dia belum pernah merasakannya.

"Carikan aku wanita perawan! dan bawa aku ke kamar sekarang." Xavier dibawah oleh salah satu karyawan Club ke kamar nomor 23.

Saat menuju kamar, Xavier tak sengaja berpapasan dengan seorang wanita saat dirinya akan memasuki kamar. Xavier menarik tangan wanita tersebut dengan kuat, dia membanting wanita itu ke ranjang.

"Jangan macam-macam!" Grenta bangkit dari kasur, dia berjalan mundur ke belakang.

"Tadinya aku akan bermain dengan perawan, tapi kau sudah menyerahkan dirimu padaku." Xavier mendekati Grenta, dia menarik tubuh Grenta ke kasur.

Xavier menempelkan bibirnya, dia mencium bibir Grenta dengan sangat rakus. Xavier menggigit bibir Grenta, dimasukannya lidahnya ke dalam mulut Grenta. Xavier melumatkan bibir Grenta dengan sangat brutal.

Tubuh Grenta menegang, darahnya berdesir, dan tubuhnya merespon baik setiap sentuhan yang diberikan oleh Xavier. Grenta hanya bisa menangis, dia ingin melawan tapi tidak bisa.

Kini Xavier membuka pakaian yang dikenakan oleh Grenta. Kini hanya tubuh polos Grenta yang terlihat, Xavier mencium setiap inci tubuh itu. Ketika melihat tubuh Grenta yang merespon baik, Xavier melanjutkan permainannya.

Pagi harinya, Grenta terbangun dari tidur, dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Dia melihat Xavier tersenyum jahil ke arahnya.

Grenta membuka selimut," Ternyata bukan mimpi? Kenapa kau melakukan hal ini kepadaku? Hah!"

"Tubuhmu itu sangat menggoda, aku bahkan masih bisa merasakan permainan semalam. Kau masih perawan? aku sungguh sangat ingin mengulang yang semalam." Tanpa rasa bersalah, Xavier menggoda Grenta.

"Kenapa aku harus mengalami ini? " Grenta menangis tersedu-sedu. Dia sudah tak mau hidup dalam keadaan kotor seperti ini.

Xavier tak memperdulikan tangisan Grenta, dia menarik selimut yang menutupi tubuh polos Grenta. Dia memasukan miliknya kembali ke dalam surga dunia itu. Grenta sudah pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Xavier, dia hanya bisa menangis.

Kalau Xavier tidak melakukannya, dia tetap akan menjadi manusia kotor. Kakak kandungnya yang membawa Grenta ke tempat laknat itu.

****

Xavier tiba di rumahnya, dia terlihat sangat bahagia karena telah mencicipi hidangan mewah di pagi hari. Xavier menuju kamarnya, dia akan terlambat jika berlama-lama lagi.

Di Meja makan, Riri menatap Xavier dengan tatapan tajam," Pergi kemana kamu semalam? kenapa nggak pulang?"

Xavir tersenyum,"Paling ke Bar, atau Ke Club.Bunda ini kayak nggak tau kakak aj."

"Diam! aku begini karena kau!" Emosinya yang semalam masih ada sampai sekarang.

Xavir menunjuk dirinya,"Karena aku?"

"Kamu sengaja rebut dia dari aku? dia itu adalah milikku." Xavier mengunyah roti dengan kasar.

"Rebut! maksudnya?" Xavir menyeritkan kening.

Riri yang sudah mengetahui masalah yang terjadi pada anaknya hanya bisa menggelengkan kepala. Bisa-bisanya kedua anaknya menyukai orang yang sama.

"Bunda tahu kalian sama-sama menyukainya. Bunda hanya minta satu dari kalian. Yaitu, jangan saling memusuhi, bersaing lah secara sehat. Oke?" Riri merangkul kedua anaknya.

"Oke Bund!" Jawab mereka serempak.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!