Bab 15 Kekalahan Black Kobra

"Stop!" Suara Lorend berhasil menghentikan para anak Black Kobra yang akan menyerang anak buah dari Arwan Arkana.

"Tuan Lorend yang terhormat, senang bertemu denganmu." Arwan membungkukkan tubuhnya.

"Ada masalah apa anda kemari Tuan? Tidak bisakah kau bertamu secara sopan?" Lorend tertawa menanggapi sikap Arwan.

"Aku tidak akan membiarkan orang yang mencelakai cucuku hidup! Kau sungguh berani Lorend!" Arwan Arkana menatap dingin.

"Apa maksudmu? Aku tak pernah mengusik dirimu, apalagi cucumu. Sungguh aku tidak berani mencari gara-gara denganmu yang sangat jauh di atas ku." Lorend mendekat ke arah Arwan.

"Kenyataannya begitu, bahkan cucuku sekarang menghilang entah kemana." Arwan melipat kedua tangannya.

Lorend menatap para anak Black Kobra, kemudian menatap Daizi. Dia menemukan jawaban dari tatapan itu.

"Kenapa kau melakukan itu?" Lorend menatap Daizi, matanya memperlihatkan tatapan Kecewa.

"Kita harus profesional Rend! Kenapa kau takut sekali pada Pria tua itu?" Daizi menunjuk Arwan dengan telunjuknya.

"Aku sudah pernah melarang mu soal ini. Kehancuran Black Kobra sudah di depan mata, bersiaplah!" Lorend segera mengambil Pistol Glock 17. Dirinya menyerang Arwan Arkana tanpa aba-aba.

Arwan segera memiringkan kepalanya sedikit, matanya menatap remeh ke arah Lorend, tangannya membidik Lorend yang Kini telah menjauh darinya. Peluru tersebut mengenai Vas Bunga yang berada di dekat Lorend.

Duar!

Vas bunga tersebut pecah berkeping-keping. Peluru dari Desert Eagle tersebut sangat Kuat, dia mampu menghancurkan vas dengan sekali bidikan.

Dor!

Dor!

Mereka saling menyerang, Para anak Black Kobra sudah banyak yang berjatuhan. Kini tinggal Lorend, Karel dan Daizi yang masih bertahan. Walau tubuh mereka sudah terkikis dengan peluru, mereka masih tetap bertahan.

"Maaf telah melakukan ini padamu, aku hanya tidak suka ada yang berani mencelakai Cucuku." Arwan menghampiri Lorend, dia bersalaman dengan Lorend sebagai permintaan maaf.

****!

Lorend melukai tangan Arwan dengan pisau lipat yang ada di balik bajunya," Pergilah! Kita sekarang sudah impas."

Anak buah Arwan sudah mengangkat senjata kembali ketika melihat bagaimana Lorend melukai tuan mereka. Arwan memberikan isyarat agar mereka menurunkan pistol, Dia juga menyuruh mereka untuk segera pergi.

Sebelum meninggalkan Basecamp Arwan memeluk Lorend, bibirnya membisikan sesuatu kepada Lorend. Lorend hanya menganggukkan kepalanya.

Brum!

Brum!

Mobil dan motor milik anak buah Arwan Arkana kini sudah meninggalkan Basecamp Milik Black Kobra. Karel dan Daizi masih mematung, mereka bingung dengan ketuanya yang terlihat sedikit akrab dengan musuh.

"Kenapa kau tidak membunuhnya tadi?" Daizi merasa kecewa dengan Lorend yang terlihat pasrah kepada Arwan.

"Aku tak sebodoh itu! Baru setengah kekuatannya saja mampu menghancurkan Balck Kobra dalam waktu 1 jam. Apalagi kalau mengerahkan seluruh kekuatannya.

"Kenapa kau menjadi ketua yang lemah? Hah! Kau tidak pantas menjadi ketua dari Black Kobra." Daizi meninggalkan Lorend dan Karel.

Karel menepuk pundak Lorend, "Aku tahu sulit untukmu melakukannya, aku akan selalu mendukungmu. Ikutilah kata hatimu!"

Karel meninggalkan Lorend sendirian di halaman Basecamp, dia ingin memberikan waktu sendiri kepada Lorend.

"Kenapa aku harus berada di posisi ini?" Lorend menatap langit malam. "Kenapa kau menghancurkan ku?"

Arwan Arkana menelpon seseorang, "Awasi pergerakannya! jangan berikan dia celah." Ucapnya, tangannya mematikan telpon.

Black Kobra adalah organisasi yang dibangun oleh Ayah angkat Lorend, Black Kobra cukup terkenal di berbagai penjuru. Namun Black Kobra tidak ada apanya dengan para penguasa bawah.

Arwan Arkana Kini berada dalam sebuah kamar yang di dominasi warna Coksu bercampur hitam, cukup klasik, dan sedikit mewah.

"Ku tunggu permainanmu selanjutnya," Arwan Arkana memainkan catur dengan ditemani oleh Hard.

"Jangan bermain-main Tuan! nyawa Kiara akan menjadi taruhannya. Kenapa tidak kau Serang saja orangnya?" Hard sangat malas dengan tuannya yang terlihat santai ketika masuk dalam permainan orang lain.

"Jangan terburu-buru Hard! bukankah seru bermain permainan orang lain? aku akan melihat bagaimana caranya dia menyeretku dalam permainan kuno tersebut." Ucap Arwan.

Kiara, Ardian dan Xavier kini telah pulang ke rumah masing-masing. Mereka diantar Oleh Zayn menggunakan mobil miliknya.

"Besok aku traktir kamu makan, jangan lupa datang. Kita akan pergi ke restoran Seafood." Ucap Zayn.

****

Paginya, Xavir datang ke rumah Kiara menggunakan motor sportnya. Dia mengetahui kabar Kiara dari Kakaknya semalam. Xavir sangat ingin melihat keadaan Kiara.

Saat memasuki kediaman Arkana, Xavir disambut dengan baik oleh Arwan. Arwan pun sedikit bercerita dengan Xavir.

"Kamu menyukai Kiara?" Arwan Menyeruput kopi hitam yang berada di atas meja.

"Tidak! a-aku hanya berteman dengannya." Xavir memandang ke arah lain agar Arwan tak menatap matanya.

"Tidak perlu malu mengakui, aku juga pernah berada di posisimu. Satu hal yang aku minta, jangan melukai Kiara, baik fisik maupun batin. Dia sudah cukup menderita selama ini." Arwan meneteskan air matanya.

"Aku janji kek." Xavir berusaha meyakinkan Arwan.

Ketika keluar dari kamarnya, Anira tak sengaja melihat Xavir yang asik mengobrol dengan Kakek Arwan. Dia sangat senang, dia mengira Xavir mencari Anira.

"Lama nunggunya?" Anira mendudukkan bokong di dekat Xavir.

"Iya," Ucapnya dingin.

"Ayo! udah mo telat ini." Anira memperhatikan arloji yang berada di tangannya.

"Maksudnya?" Xavir tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Anira.

"Kau mencari ku kan? Ayo kita berangkat!" Anira menarik tangan Xavir.

"Aku menunggu Kiara, bukan kamu!" Xavir melepaskan tangan Anira yang menggandengnya.

Kiara menuruni tangga, dirinya merasa tidak asing dengan pria yang berada di ruang keluarga tersebut. Ketika mengetahui siapa pria itu, Kiara langsung menghampirinya.

"Ayo! Kamu udah nungguin lama ya sayang? Maaf ya," Kiara segera menggandeng tangan milik Xavir, dia meninggalkan Anira yang saat itu terbakar api cemburu.

Arwan menggelengkan kepala, dirinya sangat senang melihat wajah Anira yang saat itu menahan emosi. Arwan mendekat ke arah Anira.

"Sadar diri itu penting." Arwan meninggalkan Anira yang sedang mengehentikan kakinya di lantai.

Xavir mengeratkan pelukan di pinggang Kiara, dirinya saat ini dibonceng oleh Kiara. Saat akan pergi, Kiara bersikukuh untuk membawa motor.

"Kenapa kau berkata seperti itu?" Xavir semakin mengeratkan pelukannya, otaknya menyuruh untuk menaikan tangannya yang saat ini memeluk Kiara.

"Hanya ingin! jangan geer dulu." Kiara sebenarnya melakukan hal itu agar Anira tidak mengganggu Xavir lagi.

"Mana ada! aku tidak akan geer sama gadis modelan begini." Xavir melepaskan pelukannya, bukan itu jawaban yang ingin di dengarnya.

"Kenapa dilepas?" Kiara mengambil tangan Xavir, dia meletakan tangan Xavir di pinggangnya.

Deg!

Jantung Kiara dan Xavir berdegup kencang, darah mereka sama-sama berdesir. Kiara berusaha untuk mengontrolnya, namun hal tersebut sangat sulit untuknya.

"Awas!" Teriak Xavir

Bruk!

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!