Bab 13 Tersesat

Kiara berada di tenda dengan sahabatnya yang terus-menerus mengomel, dari tadi dia tidak berhenti membicarakan Gebri yang merupakan penyebab Kiara terjatuh di Danau.

"Ada masalah apa sih tuh orang? Sahabatku yang paling terbaik sejagat raya ini di ceburin!" Bianca mengeringkan rambut Kiara menggunakan handuk miliknya.

"Udah ah, kamu kek ibuku deh." Kiara seketika teringat kelakuan Ibunya kepadanya.

Bianca menghapus air mata Kiara," Udah! Jangan nangis gitu. Doain aku biar cepat-cepat nikah sama Om Emillio."

"Nggak akan! Om Milli itu nggak boleh punya istri yang nggak waras kek Lo." Tunjung Kiara ke wajah Bianca.

"Kok gitu sih!" Bianca meninggalkan Kiara yang masih mematung.

"Apa ada yang salah sama omongan gue?" Tanya Kiara kepada dirinya sendiri.

Di Mansion yang cukup luas, terlihat seorang pria memakai topeng, tubuhnya tinggi, kekar, dan postur wajahnya sangat mempesona. Pria itu duduk sambil menelpon seseorang, senyum miring terukir di wajah tampan itu.

"Kau akan mendapat kejutan Princess!" Matanya menatap jauh ke depan. " Kau akan bahagia ratuku."Lanjutnya.

Pria itu mengangkat kakinya, tangannya sibuk memainkan keyboard laptop. Sedari tadi dia mengutak-atik laptop merah tersebut.

"Selesai!"

Clek!

Pintu ruangan itu terbuka, pria berjas hitam itu masuk ke dalam ruangan yang menjadi tempat tuannya bekerja.

"Ada apa?" Pria bertopeng itu bertanya kepada Ruby yang merupakan asisten pribadinya.

"Maaf tuan, saya belum menemukan identitasnya. Menurut saya, dia bukan orang sembarangan, terlihat dari bagaimana caranya menyembunyikan identitas asli di tengah para hacker handal yang kita punya." Ruby menatap Tuannya.

"Sudah kuduga! Carilah hacker terkenal di Indonesia! ajak dia bekerja sama dengan kita." Pria itu menanggalkan topengnya di atas meja.

"Sampai kapan kau bersembunyi tuan? kenapa kau tidak menunjukan dirimu saja?" Tanya Ruby,"Master Fir, apakah anda akan seperti ini terus?"

"Aku tak mau merusak rencana yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini. Aku juga tak mau menjadi orang ceroboh." Pria yang dipanggil master Fir itu membaringkan tubuhnya di sofa.

"Pergilah! aku akan istirahat." Usirnya.

Ruby meninggalkan tuannya, matanya menoleh kebelakang, bibirnya komat-kamit. "Semoga engkau cepat sadar tuan."

Malam itu para murid dari tiga sekolah berkumpul di satu tempat, mereka akan mengadakan lomba mencari jejak. Mereka memang sengaja disatukan agar bisa terjalin tali silaturahmi.

"Anira, Kiara, Xavier dan Ardian akan menempati kelompok satu. Untuk kelompok dua ada Gebri, Xavir, Rizel, dan Faro. Dan untuk kelompok tiga yaitu, Vania, Varia,Trea, dan Fidas. Oke, itulah pembagian-pembagian kelompok, Bekerja sama lah!" Pak guru mengakhiri pembicaraan.

"Hore! Aku dikelilingi kembang desa. Lumayan, buat nambah koleksi di dalam relung hati." Fidas mendapat tatapan tajam dari ke tiga gadis yang berdiri di sampingnya. " Hehehe... Bercanda doang, gak usah baperan deh!"

"Kenapa nggak satu kelompok sama Xavir sih! kenapa juga harus sama anak sialan itu!" Anira menendang setiap batu yang ditemuinya.

Prit...

Prit...

Para murid berkumpul kembali di tempat tadi, mereka sudah menyiapkan barang yang akan mereka perlukan di dalam melakukan perlombaan tersebut.

"Ambil! Peta ini yang akan menjadi penunjuk jalan kalian, Ingat! kerja sama dalam tim itu diperlukan. Semua kelompok kita lepas!" Guru meniup Pluit sebagai pertanda bahwa lomba sudah di mulai.

Mereka semua berpencar sesuai dengan petunjuk peta yang mereka dapatkan. Ada yang pergi ke arah Barat, Selatan, dan Utara. Mereka sangat fokus melihat penunjuk jalan tersebut, sebab, mereka akan tersesat di hutan yang dekat dengan perkemahan tersebut.

Anira menghentikan kakinya," Aaa! Kenapa nggak satu kelompok sama my baby Xavir sih! Kan nggak seru."

"Udah jangan bawel! mau ditinggal sendiri di hutan ini? Hutan ini banyak serigala yang akan memakan gadis kecil, kamu mau jadi makanannya?" Kalimat doktrin itu mampu membuat Anira bungkam.

Srek!

Srek!

Srek!

Dari arah depan, samping, dan belakang, muncul orang berpakaian serba hitam. Orang-orang itu sekitar berjumlah 20 orang. Mereka menghadang Kelompok 1.

"Serang!" Pimpin salah satu dari mereka,

Xavier, Ardian, dan Kiara membentuk segitiga. Mereka melakukan hal tersebut agar mereka masih bisa saling menjaga ketika bertarung dengan orang-orang ini.

Tiga orang berbaju hitam menghampiri Kiara, mereka melakukan sebuah teknik yang cukup aneh. satu orang terlihat melakukan gerakan yang cukup santai tapi tepat. Sedangkan dua orang yang berada di samping kanan dan kiri melakukan gerakan yang cukup lihai, namun tidak tepat sasaran. Kiara berusaha membaca teknik, disamping itu dia berusaha menangkis serangan yang mereka lakukan.

"Itu dia!" Kiara melayangkan tinju kepada dua orang yang berada disamping kanan dan kiri, kakinya menangkis segala serangan dari orang yang berada tepat didepannya. Ketika dua orang itu sudah melemah, Kiara menyerang orang yang didepannya dengan sangat brutal. Di detik terakhir, Kiara mampu melemahkan tiga orang yang terlihat jago bela diri tersebut.

Akhirnya pertarungan itu selesai. Akan tetapi, mereka tidak memenangkan pertarungan itu, melainkan musuh yang menyerah dan langsung melarikan diri. Mereka bertiga mengucapkan syukur karena telah terbebas dari orang berpakaian serba hitam tersebut.

"Anira! Dimana dia? Atau dia diculik oleh orang tadi?" Kiara menengok kesana kemari guna mencari keberadaan Anira.

"Pantas saja mereka langsung menyerah tanpa kekalahan." Ucap Ardian.

"Gimana ini? Kita harus cari Anira!" Kiara melangkahkan kaki ke arah depan. Dirinya berjalan beberapa langkah.

"Tunggu!" Xavier menghentikan Kiara,

Kiara menoleh ke belakang," Ada apa? Kita harus mencari Anira! aku takut dia kenapa-kenapa."

"Aku rasa Anira hanya dijadikan pengecoh, maksud mereka yang sebenarnya bukan untuk menculik Anira." Xavier tampak berpikir keras.

"Kenapa kau begitu yakin? kau punya bukti?" Kiara tak tahu apa yang ada dalam pikiran Xavier, dia sekarang sungguh cemas kepada Anira.

"Kalian tidak merasa janggal? Petunjuk yang ada di dalam peta dan simbol penunjuk jalan yang dibuat oleh para guru berbeda. Kemudian para ninja yang memakai baju hitam itu muncul secara tiba-tiba, mereka pasti telah mengikuti kita sejak tadi. Anira tidak terdapat pada daftar mereka, hal itu membuat mereka menculiknya. Entah itu memang tugas mereka atau mereka yang tidak mempunyai urusan dengan Anira. Apa kalian punya musuh?" Penjelasan dari Xavier membuat mereka tertegun, sejenak mereka merenungi apa yang dikatakan oleh Xavier.

"Aku tak pernah punya musuh," Ucap Kiara.

"Pantas saja aku selalu kalah jika melakukan penyerangan terhadap geng Allstars, ternyata ketuanya sejenius ini." Gumam Ardian.

"Kalian musuhan? kok kalian biasa aja dari tadi? malah saling melindungi." Kiara tampak berpikir.

"Untuk saat ini lupakan permusuhan kita. Hal yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya kita bisa kembali ke perkemahan. Kita sejak awal sudah salah arah." Ucap Xavier dengan bijak.

"Ada yang bawa kompas?" Kiara memandangi wajah mereka berdua sambil menaikan sebelah alisnya.

Mereka berdua hanya mengangkat bahu, mereka hanya memikirkan pakaian tebal, hingga mereka lupa membawa alat yang sangat mereka butuhkan.

"Cap Cip Cup aja deh! Mau salah atau benar kita tanggung bersama." Saran Konyol Ardian di setujui oleh mereka berdua.

Mereka melangkahkan kaki menuju ke arah barat. Namun semakin mereka melangkah, semakin gelap yang mereka lewati. Mereka bertiga terus berjalan hingga mereka menemukan sebuah Goa.

"Untuk malam ini kita tidur disini dulu," Xavier mengarahkan senter ke arah Goa yang berada 4 langkah dari tempat mereka berdiri.

Yang masuk pertama di Goa itu adalah Xavier, "Besok kita lanjutkan perjalanan."

Mereka bertiga tidur dengan beralaskan daun-daun Kering, tak lupa sedikit penerangan dari lampu senter yang tidak terlalu terang tersebut. Ditengah malam Kiara mengigau, dia berteriak-teriak sambil menangis.

"Aku tidak salah! Itu takdir! Jangan pukul aku yah, aku mohon... Hiks...Hiks... aku juga korban!" Tangis pilu pecah dari mulut Kiara, matanya mengeluarkan air mata.

Xavier mendekat, tangannya mengelus puncak kepala Kiara. Kemudian dia mendekap tubuh ramping itu dengan sangat dekat.

"Beban apa yang selama ini kau junjung? Ternyata gadis tenang dan dingin sepertimu mengalami trauma yang mendalam. Maafkan aku Kiara..." Ucapnya lirih.

Xavier merasakan getaran pada tubuhnya, jantungnya berdisco-disco. Namun, tubuhnya merasa nyaman dengan posisi itu. Xavier merapatkan tubuhnya ke arah Kiara, wangi tubuh Kiara mampu membangkitkan nafsu dari seorang Casanova seperti Xavier. Xavier berusaha keras untuk menahan nafsunya yang sudah menggebu-gebu.

Ardian terbangun lebih awal dari Kiara dan Xavier, dilihatnya kedua sejoli itu itu sangat dekat. Bahkan salah satu tangan Xavier berada tepat di dada milik Kiara. Hal tersebut wajar untuk Ardian, karena dia juga seorang penjelajah ***.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN!" Suara Keras Ardian membangunkan Kiara.

Kiara menatap tangan yang kini mengelus-elus dadanya, diliriknya pemilik tangan tersebut. Matanya melotot, dadanya menggebu-gebu karena emosi.

"XAVIER!"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!