Bab 12 Bumi Perkemahan

"Kakek!" Teriak Kiara, kakinya melangkah cepat ke arah pria paruh baya. Kiara memeluk tubuh Pria itu dengan sangat kuat.

Kiara sangat rindu dengan Kakeknya itu, terakhir bertemu dengan kakek sekitar 8 tahun yang lalu. Dan sekarang dia melihat orang yang selalu dirindukannya berdiri dihadapannya.

"Apa kabar Princess Rara?" Arwan mengecup kepala Kiara, sesekali dia mencubit pipi Chubby itu.

"Kek, bolehkah kita menghabiskan waktu bermain wahana permainan di Mall? aku sangat merindukan hal itu. Bisakah kau menurutiku?" Kiara Ingin bermain dengan Arwan.

"Apa sih ya nggak buat Princess," Ditariknya tangan Kiara menuju mobil Ferrari.

"Jangan panggil aku dengan sebutan Princess lagi! Aku bukan lagi Princess, melainkan anak yang tak diinginkan." Kiara meninggalkan Arwan yang masih mematung setelah mendengar penuturan dari cucunya.

Arwan memandangi tubuh sang cucu yang berjarak 5 meter darinya, tangannya menghapus bulir-bulir air yang mengalir dari pelupuk matanya. Arwan memegangi dadanya yang sesak.

"Maafkan Kakek yang tidak menemanimu di titik penderitaanmu." Ucapnya lirih.

"Cepat Kek! Udah sore." Kiara meneriaki Kakeknya yang masih termenung di tempat tadi.

Brum!

Kiara menancapkan gas ke arah Mall yang akan menjadi tujuannya, motornya menyalip setiap kendaraan yang ditemuinya. Arwan mengikuti apa yang dilakukan oleh Kiara, dirinya juga menyalip beberapa kendaraan.

"Kita lihat saja! siapa yang akan sampai duluan." Ucapnya tersenyum tipis.

Posisi Arwan kini berada di samping Kiara, Arwan memiringkan mobilnya agar bisa memblok jalan yang akan dilewati oleh Kiara. Mengetahui hal itu Kiara segera menancapkan gas hingga speedometer menunjukan angka 140. Akibatnya, mobil milik Arwan tertinggal jauh.

"Dasar anak nakal" Omelnya memukul Stir mobil. Arwan tak tahu jika cucunya akan melakukan hal itu.

Kiara tersenyum dibalik helm, dia senang bisa menang melawan sang kakek. waktu berumur 5 tahun Kiara sering bermain sepeda bersama Arwan, tak jarang dirinya kalah bila berlomba sepeda dengan Kakeknya.

Akhirnya aku menang darimu kek, batin Kiara.

***

Anira dan Ardian kini berada di ruang keluarga. Mereka berdua di interogasi oleh Dimas dan Anita. Anira sangat takut bila Dimas akan memarahinya.

"Kamu nggak sekolah tadi? Jawab! Ayah lagi ngomong sama kamu." Dimas baru kali ini mendapat kabar bahwa Anira bolos sekolah.

"Kamu kenapa nggak ke sekolah Anira? Kamu anak bunda yang paling rajin dan pintar, nggak mungkin kamu bolos tanpa sebab. Apa kau penyebabnya!" Anita menunjuk wajah Ardian dengan jari telunjuknya.

Ardian segera bersuara,"Maafkan saya Tante, saya yang mengajak Anira melakukan hal itu. Sekali lagi maafkan saya."

Dimas segera bangkit dari duduknya, "Jangan dekati putriku lagi, Pergi kau! belum lama berteman saja kau sudah mempengaruhinya, apalagi sampai menjalin hubungan."

Anita mengelus punggung suaminya," Pergi, sebelum suami saya kehilangan kesabaran."

Ardian segera pergi bangkit dari duduknya, dia melangkahkan kaki menuju pintu utama. Jika semakin lama berada di rumah ini Ardian malah akan memperkeruh suasana.

Krek!

Pintu utama terbuka, Terlihat dua sejoli yang berbeda usia baru saja memasuki kediaman Arkana. Ardian yang akan pulang itu tak sengaja berpapasan dengan Kiara. Ardian menatap Kiara seakan bertanya ada hubungan apa dia dengan keluarga Arkana.

"Aku cucu dari Arwan Arkana." Kiara yang mengetahui maksud dari tatapan itu langsung saja menjawabnya.

Kiara meninggalkan Ardian yang masih memberikan pernyataan dengan isyarat mata. Kiara tak mau meladeni orang yang tidak dikenalnya.

Keluarga Arkana kini berkumpul di meja makan. Anita, Dimas, Kakek Arwan, dan Kiara menikmati makanannya tanpa kehadiran Anira. Tak beberapa lama Anira bergabung bersama mereka.

"Siapa yang mengizinkanmu bergabung bersama kami?" Arwan menatap Anira dengan tatapan dingin.

Anira masih berdiri, Matanya menatap Dimas agar bisa membelanya dari Kakek Arwan. "Maaf kek, aku juga kan cucumu, jadi aku wajar bila bergabung disini."

"Iya Pih, dia kan anak aku, berarti cucu papi juga. Dia sekarang telah menjadi cucu dari Keluarga Arkana." Dimas berbicara, dia memasukan potongan apel ke dalam mulut dengan santai.

Arwan mengerutkan kening,"Cucuku hanya Kiara, jangan bermimpi akan menjadi bagian dari keluarga Arkana! Hanya anakku saja yang menganggap mu. Jangan merasa sok berkuasa di rumah ini! Kau pikir kau siapa? Hah! Kau hanya anak yatim Yang dikasih emas oleh putraku, jangan meminta berlian atau pun mutiara. CAMKAN ITU!"

Anira menelan saliva nya dengan terpaksa, hatinya remuk dalam hitungan menit. Kata-kata yang baru saja keluar itu mampu membuat percaya dirinya luntur. Anira merasa terhina dengan perkataan dari Pria paruh baya di depannya ini.

Anira meninggalkan ruang makan dengan mata yang berkaca-kaca. Ucapan tadi seperti ribuan tanah yang menancap di hatinya. Sangat sakit bukan? Yah, itulah yang dirasakan oleh Anira.

"Kek, jangan kasar gitu dong. Anira sekarang sudah jadi saudaraku." Kiara mencoba membela Anira

"Kamu kan yang udah hasut kakek? puas kamu liat Anira sedih!" Dimas memarahi Kiara yang tak tahu apa-apa.

"Jangan menyalahkan cucuku! apa yang ada di otak mu? hewan saja tak akan sanggup menyakiti anaknya, sedangkan kamu sudah menyakiti tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Jangan kalian kira aku tidak tahu apa yang kalian lakukan terhadap Kiara! masih untung kalian tak ku tendang dari rumah ini." Arwan menatap Dimas dan Anita secara bergantian.

Sedangkan yang ditatap hanya termenung, mereka memikirkan dari mana Arwan tahu tentang perlakuan buruk mereka kepada Kiara.

Flashback On

Arwan Arkana turun dari pesawat, matanya menelisik lingkungan bandara itu. Arwan sedang mencari keberadaan seseorang yang akan menjemputnya. Matanya kini terhenti pada wanita paruh baya yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Hei apa kabar? gimana kabarnya Princess?" Arwan memberi pertanyaan kepada wanita yang baru saja menghampirinya.

"Begitu kangennya kamu sama dia mas, nggak kangen sama aku?" Visa mengedipkan matanya.

"Udah! jangan menggodaku, aku ini juga manusia normal." Arwan merasa risih dengan perlakuan Visa yang menggodanya.

"Baik tuanku!" Visa membungkukkan tubuhnya.

"Hei! jangan berlebihan oke, aku bukan bos atau rajamu." Arwan meninggalkan Visa.

Mereka kini berada di sebuah mobil Ferarri, mereka berbincang-bincang mengenai Kiara dan perkembangannya.

"Apa Kiara tak mendapat perlakuan buruk dari Anira dan Dimas? Jika ada tolong jangan sembunyikan dariku." Arwan memang tidak terlalu percaya kepada anaknya setelah kejadian 12 tahun yang lalu.

Visa tersenyum, dia menyodorkan ponsel hp kepada Arwan."Lihatlah! kau akan menemukan jawaban dari pertanyaan tadi."

Ponsel itu berisi banyak Vidio Kiara yang sedang mereka siksa, mulai dari umur 5 tahun, hingga umurnya 16 tahun. Diumur yang 17 tahun mereka tidak lagi menyiksa Kiara seperti dulu, karena Kiara sudah mulai kuat untuk melawan mereka.

"Sial! mereka melakukan ini tanpa sepengetahuanku. Anak itu, beraninya dia menyiksa cucuku. Dia pikir dia siapa?" Arwan tak henti-hentinya mengomel setelah melihat Vidio dari Visa.

"Tolong jangan emosi tuan, kita harus membalas mereka secara halus. Tuan, maafkan aku yang tak bisa melindungi Princess." Visa menatap Arwan dengan tatapan sedih.

"Ini bukan salahmu, dan makasih karena telah mengumpulkan bukti ini." Arwan menyimpan ponsel itu di dalam kopernya.

Flashback Off

"Kenapa? Kaget? mengapa Kiara tidak melaporkan hal ini kepadaku? Kalian cukup beruntung karena memiliki anak yang tidak memendam dendam!" Arwan memakan kembali makanannya.

Setelah itu tak ada suara yang keluar, ruangan itu terlihat hening. Mereka fokus menghabiskan makanan yang tersaji di atas meja.

Pagi harinya Kiara terbangun dari tidur, Kakinya melangkah ke arah kamar mandi. Kiara melakukan ritual mandi yang selalu dilakukannya itu.

Ting!

Suara itu berasal dari ponsel milik Kiara, diambilnya ponsel itu dan langsung mengecek apk berwarna hijau muda. Kiara tampak bahagia setelah membaca notifikasi dari grup kelasnya.

"Yes! Akhirnya kita melakukan perkemahan, aku tak sabar melakukan hal-hal menyenangkan di sana." Kiara menyimpan ponsel di sakunya.

Dia segera mengatur keperluan yang akan dibawa di perkemahan nanti. Kiara menyiapkan beberapa pakaian tebal agar tak kedinginan.

"Pakaian sudah. tinggal apa ya? HM...," Kiara memikirkan barang-barang yang akan dibawanya.

"Ini dia!" Kiara mengeluarkan kalung berbentuk hati, dia memang selalu memakai kalung itu. Namun, ketika kalung itu di tangan Anita, dia tidak lagi memakainya. Sekarang kalung itu telah dipasangkan ke lehernya.

Kiara turun dari tangga, dia mencari-cari keberadaan sang kakek tercinta. Dilihatnya Kakek Arwan duduk di sofa sambil membaca Koran dan meminum kopi. Sungguh pemandangan yang luar binasa.

"Kek! aku mau Camping. Mohon doa restunya." Kiara duduk disamping Arwan.

"Kamu hanya mau Camping, bukan nikahan. Untuk apa doa restu dari kakek?" Ucapnya yang masih fokus pada koran.

"Maka dari itu kek, sebagai anak yang baik hati, tidak sombong, pengertian, dan solehot ini. Aku meminta doa restu kepada kakekku tercinta. Boleh kan?" Kiara mengangkat sebelah alisnya.

"Kalo kakek bilang gak boleh kamu nggak akan pergi?" Kini Arwan menatap Cucunya.

"Yah... Aku bakal pergi lah! kan ini adalah kegemaran ku. Kakek nggak boleh larang-larang aku." Kiara menatap wajah sang kakek.

Kiara hendak berdiri, "Kakek jangan tahan aku!" Kiara berdiri ditempatnya, dia berakting seolah-olah di tahan oleh sang kakek.

"Nggak usah becanda, nanti kamu ditinggalin bus." Arwan kembali membaca Koran.

Dikediaman Aditama terlihat gadis cantik sedang mondar-mandir di kamarnya. Dia seperti seseorang yang tengah kebingungan.

"Ada apa sih RI? Kok mondar-mandir kek gitu?" Pria itu kebingungan dengan tingkah anaknya.

"Ini loh pa, aku bingung mau bawa baju yang mana. Hari ini sekolah Magister akan mengadakan camping di Mandalawangi." Gebri membongkar semua isi lemarinya.

"Ini bagus, ini juga, kenapa bingung?" Pria itu bingung dengan anaknya.

"Aku tuh harus tampil cuantik di depan Crush aku. Jadi aku harus bawa baju yang menarik, modis, dan bisa memikat hatinya." Gebri membayangkan wajah tampan milik Xavir.

"Udah ah! Papi nggak mau tahu soal Crush mu itu." Pria itu meninggalkan Anaknya di kamar.

***

Kiara kini berada di bus bersama dengan para siswa yang satu sekolah dengannya. Mereka dilarang membawa kendaraan sendiri, itu juga adalah syarat untuk mengikuti camping.

Ting!

Kiara mendapat notifikasi dari grup bahwa akan ada 3 sekolah yang mengadakan camping di Mandalawangi Cibodas. Ketiga sekolah itu memang mengadakan camping bersama untuk mempererat tali silaturahmi.

"Wah! Para cogan pasti akan berkumpul."

"Akhirnya Gua punya kesempatan mencari belahan jiwa."

"Kenapa harus camping bersama 2 sekolah itu sih! kan nggak seru."

"Mana kita juga punya musuh."

Begitulah kata-kata yang keluar dari mulut mereka ketika tahu akan melakukan camping bersama Sekolah Magister dan Makastar. Ada yang setuju, dan ada juga yang tidak setuju.

10 menit kemudian, mereka sampai di Perkemahan Mandalawangi. Mereka disuguhkan dengan pemandangan alam yang sangat hijau. Di perkemahan ini banyak tumbuh pohon Pinus, ditambah dengan Danau dan air terjun yang sangat memanjakan mata.

Mereka bergabung dengan murid-murid dari SMA Magister dan Makastar. Para guru dari masing-masing sekolah melakukan rapat di tempat yang jauh dari para murid-murid.

Byur!

Di danau terlihat dua orang gadis yang tercebur di danau tersebut. Para murid yang melihat hal itu segera menghampiri mereka. Para murid begitu terkejut ketika mengetahui siapa yang tercebur di danau itu.

Kira-Kira siapa yang tercebur?

Para pembaca ada yang bisa menebaknya?

Silahkan saksikan kelanjutannya di bab 13.

Sebelumya terima kasih kepada para membaca yang menyempatkan waktu untuk membaca novel ini. Maaf jika novelnya kurang menarik dan jauh dari ekspektasi.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!