Bab 10 Aku Bukan Malaikat

Xavir pergi ke kamar untuk melihat keadaan Kiara, dia sudah tahu hal itu akan terjadi. Xavir berusaha terlihat dingin saat memasuki kamarnya. Sedangkan Xavier mengikuti Xavir dari belakang.

Krek!

Dilihatnya gadis cantik itu sedang menahan emosi, beberapa barang kesayangannya rusak karena ulah Kiara. Kiara memperhatikan pemuda yang ada di depannya ini, dia bingung karena mengira mata Xavier berubah-ubah warna.

"Xavier!" walau merasa salah orang, Kiara tetap meyakinkan bahwa pemuda di depannya ini Xavir.

"Aku Xavir, kenapa dengan kakak?" Xavir berpura-pura seakan tak tahu apa-apa.

"Kalian kembar?"

Xavier muncul dari arah pintu,"Kenapa mencari ku?" Xavier tidak tahu penyebab Kiara mencarinya.

Kedatangan Xavier membuat Kiara tak bisa membendung emosinya lagi, dia langsung meninju wajah Xavier dengan tangan kanannya. Sedangkan Xavir terperangah dengan serangan tiba-tiba yang dilayangkan kepada Xavier.

Xavir menahan tubuh Kiara,"Cepat lari kak!" Xavir sudah tidak kuat menahan tubuh Kiara yang sedang memberontak. Kiara seperti orang yang kesurupan.

Xavier langsung berlari ke lantai bawah menggunakan tangga, dia berlari dengan cepat agar tidak bisa dikejar oleh Kiara. Xavir sengaja melakukan hal itu untuk meringankan masalah yang dihadapi kakaknya karena ulah dirinya.

"Lepas!" Kiara selalu memberontak,"Lepas!" teriaknya lagi.

Xavir segera melepaskan Kiara, Lalu Kiara segera berlari ke arah tangga, dia benar-benar sangat malu dan merasa harga dirinya sudah tidak ada karena ulah Xavier. Xavir tak bisa mengakui bahwa dirinyalah pelakunya. Dia juga senang bisa mengkambinghitamkan sang kakak.

"Maafin aku kak," Ucapnya dengan tersenyum tipis.

Kiara menuruni tangga dengan sangat cepat, tapi tak bisa mengejar Xavier yang sudah menjauh. Dada Kiara menggebu-gebu Karena emosi. Ah betapa malunya dia jika membayangkan Xavier yang melihat tubuhnya.

"Jangan lari BANGSAT! BAJINGAN!" Kiara terus mengumpat, Kini Kiara berada di ruang keluarga.

Xavier kini bersembunyi di balik meja yang ada di kitchen room, dia cukup takut mengingat wajah Kiara yang memerah karena emosi. Riri melihat anaknya berada di bawah meja tempat dia berdiri sendiri.

"Kenapa bersembunyi? Kau seperti maling boy." Riri tersenyum melihat putranya yang sangat bandel itu terlihat ketakutan.

"Huss!" Xavier menempelkan jari telunjuk di bibirnya untuk mengisyaratkan agar bundanya tidak bersuara keras. "Aku dikejar gadis gila bund." Ucapnya dengan suara kecil yang cenderung berbisik.

Riri menatap Xavier dengan mata menyipit, dibalik bibirnya terlihat senyum tipis. Riri mempunyai ide buat mengerjai anaknya ini.

"XAVIER KENAPA SEMBUNYI DISINI!" Suara Riri sukses membuat Xavier berkeringat dingin.

"Bunda jangan rese deh!" Xavier melemparkan tatapan tajam kepada Riri yang tengah menahan tawanya.

"Disini rupanya." Suara dingin itu membuat jantung Xavier seakan berhenti beroperasi, keringat dingin membanjiri pelipisnya.

Kiara mengambil centong sayur yang tergantung, dia memukul Kepala Xavier dengan sangat keras menggunakan centong itu. Riri membiarkan Kiara yang sedari tadi memukul Xavier.

Karena merasakan sakit, Xavier segera menahan serangan yang akan di layangkan oleh gadis di depannya ini. Kiara yang tak bisa menandingi kekuatan itu pun langsung kehilangan keseimbangan.

Bruk!

Kiara terjatuh dengan posisi tubuhnya berada di atas tubuh Xavier, dia terkejut karena posisinya yang sangat dekat dengan Xavier. Kiara masih terperangah dengan kornea mata itu, dia berpikir bahwa Xavier mengalami Syndrome waardenburg.

Riri mengabadikan momen itu di handphonenya. Riri berteriak histeris melihat adegan romantis di depannya.

"Romantisnya! seakan dunia milik berdua."

"Suka ya deket-deket kek gitu, gak malu sama syaiton!" Xavir menghampiri mereka dengan wajah yang ditekuk.

"Cemburu ya?" Riri malah meledek Xavir yang sedang menahan cemburu itu.

"Mana ada! aku juga nggak kenal sama nih orang." Elaknya yang semakin membuat Riri tertawa renyah.

Kiara segera bangkit, dia memperbaiki rambutnya yang tidak terlalu berantakan agar bisa menghilangkan rasa malu. Kiara menggigit bibirnya, dia malu kepada Riri atas kejadian tadi.

"Ga usah malu gitu, nanti bunda anterin ke KUA buat nikahin kalian. Jangan lupa bikin cucu yang cantik buat bunda." Godanya kepada mereka sambil mengedip-ngedipkan mata.

"Menikah dengan dia! Bunda nggak salah? bisa-bisa nyawaku dah ke akhirat pas malam pertama." Jawab Xavier. Dia mendudukkan bokong ke meja makan.

"Aku lebih baik menikah sama Anaconda dari pada sama nih orang. amit-amit jambang bayi!" Kiara mengetuk-ngetuk kepalanya.

"Udah dulu berantemnya, ayo sarapan!" Riri mengajak mereka sarapan pagi.

Mereka mengikuti perintah Riri. Kiara dan Xavir menarik kursi yang akan mereka duduki. Mereka segera sarapan pagi.

"Kenalin saya Riri, kamu boleh panggil bunda atau Tante cantik. Kalo kamu?" Riri mengangkat tangan sebagai tanda pengenalan.

"Kiara Bu-bunda," Kiara sedikit terbata-bata.

"Nggak usah gugup gitu, bunda nggak makan orang kok."

*****

Kiara Kini memasuki gerbang kediaman Arkana, dia mendapat kabar bahwa sang kakek baru pulang dari Islandia. Kiara sangat rindu kepada kakek yang menyayanginya dengan tulus itu.

"Bi kakeknya mana?" Kiara bertanya pada maid yang sedang membersihkan vas bunga.

"Bapak sudah pulang nona, kalo tidak salah sejam yang lalu." Jawab maid.

Kiara kecewa, padahal dia menunggu hal ini. Namun dia harus menelan kekecewaan karena tak bisa bertemu dengan Arwan Arkana.

"Oh," Kiara segera pergi ke kamarnya.

"Padahal aku ingin menumpahkan keluh kesah ku kepadamu kek, sayang kita tidak bisa bertemu." Kiara menahan kekecewaan.

Kiara memakai rok putih dengan atasan sweater berwarna abu-abu. Tidak seperti biasanya, Kiara sekarang terlihat feminim dengan balutan Sweater. Kiara menuruni tangga, dia menghampiri meja makan untuk mengisi perut. Kiara hanya memakan sedikit ketika sarapan bersama Keluarga Ravendra.

"Kamu sengaja menyuruh kakek pulang?" Dimas bertanya kepada Kiara.

Kiara mendudukkan bokongnya," Aku tak tahu soal itu."

"Bikinin aku susu kak!" Anita menyuruh Kiara untuk membuatkan susu untuknya.

""Lakukan! anggap itu sebagai permintaan maaf karena telah merusak acaranya." Dimas menatap Kiara dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Baik Princess Anira," Kiara segera bangkit dari duduknya. Kiara menuju Kitchen room.

Kiara merogoh sesuatu dibalik sakunya, dia menambahkan sesuatu di susu Anira. Kiara tidak bisa membendung rasa kesalnya lagi. Kiara menambahkan Blue Wizard pada susu buatannya.

"Aku bukan malaikat Princess!" Kiara tersenyum miring.

Dia mengantarkan susu itu pada Anira. Anira meminumnya tanpa ada rasa curiga, dia yakin Kiara tak akan macam-macam kepadanya. Kalau Kiara jahat mungkin dari dulu dia sudah meninggal. Dia berpikir Kiara adalah anak yang tak akan menyimpan dendam atau benci kepada seseorang.

Ardian terus terngiang-ngiang dengan wajah manis dan cantik yang dimiliki oleh Anira. Hal itu membuat Ardian nekat datang untuk menjemput Anira di kediaman Arkana. Motor Sport hitam itu sudah berada di depan gerbang kediaman Arkana.

"Hey!" Ardian melambaikan tangan ke arah Anira yang baru saja keluar dari gerbang.

Anira mengarahkan pandangannya kepada pria yang memanggilnya,"Kenapa? ada perlu apa kesini?"

"Aku mau anterin kamu ke sekolah. Boleh nggak?" Ardian berharap Anira menerima tawarannya.

"Boleh," Anira tidak menolak tawaran dari pria tampan di depannya ini.

Anira sekarang berada di atas motor milik Ardian, tangannya mulai meraba-raba bagian intimnya Ardian. Ardian merasa tegang dengan perlakuan Anira.

"Aku sudah nggak tahan." Anira berbisik dengan suara yang lembut, tak lupa juga menggigit telinga. Ardian.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!