Bab 8 Ulang Tahun Anira

Pagi hari, Kiara terbangun dari tidur. Dia berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Kiara memakai seragam putih abu-abu dengan tambahan jaket riders yang membuatnya terlihat keren. Kiara menuruni tangga dan bergabung bersama Anita, Anita dan Dimas yang sedang sarapan.

"Tumben sarapan bareng," Dimas merasa ada yang salah dengan Kiara.

"hmm," Kiara menatap datar ke arah Dimas.

"Hari ini Anira nebeng sama kamu, Bunda nggak bisa antar dia ke sekolah." Anita menyantap makanan dengan santai.

"Tidak takut aku apa-apain anak ini? yasudah," Kiara tak lagi membantah, dia seakan malas berbicara.

Sedangkan Anira tersenyum miring," Kiara nggak sejahat itu bund."

Kiara menyalahkan motor sport merah itu, dia memakai helm berwarna merah. Anira segera menaiki motor sport dan melambaikan tangan ke arah Dimas yang berada di depan pintu.

Kiara melajukan motor sportnya, dia menyalip setiap motor yang dilewatinya. Anira dari tadi terus menutup mata dan memeluk erat pinggang Kiara agar dia tidak terjatuh dari motor.

Kiara hanya bisa tersenyum, dia senang bisa membalaskan sakit hatinya. Kiara memang sakit hati, tapi dia tidak bisa membenci Anira karena apa yang dilakukan Anira belum bisa membalaskan kematian Frita.

Kiara berhenti di depan gerbang SMA Magister. Sebelum turun dari motor, Anita menggoreskan pisau lipat di punggung Kiara. Setelah melakukan hal itu Anira turun dari motor dan segera berlari menjauhi Kiara.

Kiara meraba punggungnya yang basah akibat dari pisau milik Anira," Cukup perih,"

Dari arah depan ada seseorang yang memperhatikan Kiara dari tadi," Kau cukup menyedihkan."

Kiara tak perduli dengan luka di punggungnya. Dia segera pergi ke SMA Cendana. Luka tadi cukup perih dan banyak mengeluarkan darah. Untung Kiara melapisi baju putihnya dengan jaket, kalau tidak pasti dia akan jadi pusat perhatian karena bajunya yang terkena darah.

Kiara menuruni motor sport, dia berjalan dengan wajah datar tanpa ekspresi. Semua perhatian kembali menuju pada dirinya. Kiara memang tidak secantik Anira, tapi dia mempunyai aura yang menyeramkan dan terlihat keren.

Xavir yang dari tadi menunggu kedatangan Kiara hanya bisa tersenyum tipis, entah kenapa dia merasa tertarik ketika sang kakak yang menceritakan sedikit tentang Kiara. Xavir menghampiri Kiara yang sedang menuju Kelas 10 IPS 2 itu.

"Hai apa kabar?" Tanya Xavir ketika dirinya sudah berada di dekat Kiara.

Kiara menoleh," Hmm," kemudian melanjutkan perjalanan.

Xavir hanya bisa memandangi punggung Kiara hingga dia menjauh. Namun dirinya merasa aneh dengan punggung Kiara.

punggungnya kenapa basah? kan tidak ada hujan. Sangat aneh, seperti ada sesuatu yang terjadi. Batin Xavir.

Xavir mengejar Kiara yang sudah cukup jauh itu, dia menempelkan tangannya di punggung Kiara yang terlihat basah itu.

"Aww!" Kiara meringis ketika punggungnya disentuh.

Xavir melihat tangannya," Ternyata benar dugaanku,"

Kiara menoleh kebelakang, dia mendapati Xavir yang tengah memperhatikan tangannya yang terlihat berwarna merah karena darah.

"Hanya luka kecil," Ucapnya yang kemudian membalikan badannya.

Xavir segera menggendong Kiara di Punggungnya. Dia akan membawa Kiara ke ruang UKS agar dapat ditangani. Dia tak meminta izin terbit dahulu kepada Kiara karena dia tahu Kiara akan menolak.

"Hei turunkan aku!" Kiara memukul-mukul punggungnya Xavir agar dirinya segera diturunkan.

"Kau keras kepala sekali sih! Jangan sok kuat deh!" Xavir malah berbalik memarahi Kiara.

Kiara menghentikan aksinya," Oke."

Anak-anak yang melihat hal itu pun hanya bisa menggelengkan kepala, mereka bingung dengan kedua sejoli di depan. Kemarin mereka berdua terlihat seperti bermusuhan dan sekarang terlihat romantis.

Xavir mendudukkan Kiara di atas kasur UKS, dia membuka jaket yang menempel di tubuh Kiara. Dengan hati-hati dia mengobati luka yang ada di punggung Kiara.

Kiara menatap wajah Xavir yang sangat dekat dengan wajahnya itu. Kiara menatap kornea mata milik Xavir yang mampu menghipnotis orang. Kiara merasa aneh dengan mata itu.

kenapa warna matanya berubah? Sepertinya dia memakai softlens deh, padahal kemarin matanya terlihat asli. Kenapa sikapnya juga berubah? Batin Kiara.

Kiara mengurungkan niatnya untuk bertanya mengenai kornea mata milik Xavir. Untuk apa juga dia menanyakan hal yang tidak penting itu? Dia juga masih kesal dengan perlakuan Xavier kemarin.

"Makasih, untuk kemarin lupakan." Kiara berterima kasih kepada Xavir yang dikiranya Xavier itu.

Xavir menatap punggung Kiara, senyum manis terlukis di bibir tipisnya. Dia benar-benar merasa bahagia bisa membantu Kiara. Walaupun bantuannya tidak bisa menghilangkan perih yang dirasa wanita itu.

"Mungkin saja aku salah liat," Kiara masih teringat soal kornea mata.

Kiara memasuki Kelas 10 IPS 2, dia mendudukkan bokongnya di bangku kelas. Kiara sedang membayangkan wajah tampan milik Xavir, hatinya deg-degan ketika mengingat wajah itu.

"Lama-lama aku bisa gila!" Teriaknya memukul-mukul kepalanya, wajah Xavir selalu menari di matanya.

Beberapa saat datanglah guru ekonomi yang terkenal pemarah. Ketika dia memasuki kelas, murid-murid tak bersuara. Mereka begitu takut mendapatkan amukan dari guru Killer itu.

Guru itu menjelaskan materi tentang pengangguran, tak ada suara ketika dirinya menjelaskan materi. Mereka memilih bungkam dari pada harus berurusan dengan Guru yang terkenal Killer.

"Aaa! Kau membuatku Gila, Pergi! jangan menggangguku." Kiara mencoba mengusir wajah Xavir dari pikirannya.

Murid-murid menatap Kiara dengan tatapan yang sulit di artikan, mereka menelan saliva dengan terpaksa. Sedangkan Guru itu menatap Kiara dengan mata yang memerah, wajahnya kini seperti udang rebus.

"Ada apa?" Kiara masih tak mengerti dengan situasinya.

Guru itu melempar kursinya yang membuat anak-anak panik. Kiara segera menghindari kursi yang melayang ke arahnya.

"Keluar kau!" Guru itu menunjuk Kiara dengan jari telunjuknya.

"A- aku? Kenapa?" Kiara masih belum mengerti kesalahannya.

"KELUAR!"

Kiara keluar dari kelas, dia merasa tidak melakukan kesalahan. Kiara menoleh kebelakang, Kursinya baru saja dilempar dari kelas. Kursi itu pasti dilempar oleh guru killer itu.

"Huf... sudah jatuh tertimpa tangga pula." Kiara ingat dengan pribahasa yang sama dengan nasibnya sekarang.

Kiara pergi ke kantin, dia memesan bakso mercon sebanyak 3 piring. Dirinya tiba-tiba merasakan kelaparan.

"Neng ko disini?" Penjual kantin itu merasa heran dengan kehadiran Kiara ditengah jam pelajaran.

"Iya, saya tadi diusir dari kelas." Kiara memperlihatkan wajah kesalnya. "Bakso mercon nya 3 mangkok."

Penjual itu pun langsung membawakan bakso mercon kepada Kiara. Kiara memakan bakso itu sampai habis tak tersisa.

Di SMA Magister, Anira tengah membagi- bagikan undangan ulang tahunnya. Anira juga membagikan undangan itu kepada Xavier yang saat ini sedang menyamar sebagai Xavir.

"Jangan lupa datang ya kak," Ucapnya keluar kelas.

Hari itu Anira membagi-bagikan undangan ke semua Murid-murid di SMA Magister. Dia tidak membeda- bedakan orang.

Tepat pada pukul 03:00, Xavir dan Xavier baru pulang dari sekolah, mereka duduk di kamar. Xavier memberikan undangan yang diberikan oleh Anira.

"Undangan? untuk?" Xavir bertanya kepada Xavier.

"Kau diundang oleh Anira, undangannya khusus. Kau ada hubungan apa dengan gadis itu?" Xavier merasa adiknya mulai membuka hati.

"Dia bukan siapa-siapa," Xavir menjawab jujur tentang Anira yang bukan siapa-siapanya.

"Jangan mempermainkan hati wanita, kulihat gadis itu menyukaimu." Xavier menasehati Xavir.

"Kau saja sering mempermainkan wanita! Jangan sok deh!" Xavir tahu kakaknya ini seorang Casanova.

"Aku dah tobat," Ucapnya meninggalkan yang kemudian meninggalkan Xavir di kamar.

********

Anira memasuki kamar Kiara, dia melemparkan baju pelayan kepada Kiara. Baju itu cukup cantik, tapi tak menghilangkan kesan rendahan.

"Pakai itu! Aku akan memberikan kalung mu jika kau bersedia memakainya. Ini surat perjanjiannya!" Ucap Anira melempar surat perjanjian yang sudah dilengkapi dengan materai.

Kiara menyetujui perjanjian itu," Baiklah! aku yang akan menyimpan surat ini."

Kiara menuruti perintah Anira, dia mau melakukan apa saja untuk mendapatkan kembali kalung yang sangat berharga itu. Kalung itu memiliki kenangan yang sangat berkesan buat Kiara.

Kediaman Arkana sudah dihias semewah mungkin, ditambah aksesoris yang menghiasi pilar-pilarnya. Sudah kesekian kali Anira merayakan pesta ulang tahunya di kediaman Arkana.

"Anak angkat berasa anak kandung," gumam salah satu Maid.

"Tak tahu diri!"

"Tak punya malu!"

Begitulah coloteh para maid yang sedang mempersiapkan acara ulang tahun Anira. Mereka begitu geram dengan apa yang dilakukan oleh Anira. Mereka bisa saja menolak perintah Anira, tapi Kiara tidak mengijinkannya.

Kiara memakai baju maid Apron yang hanya di atas lutut, dia juga menggunakan make up Gothic agar terlihat keren walau menggunakan baju maid. Sedangkan Anira menggunakan gaun pendek berwarna Lilac dan make up rawles.

Para tamu undangan kini sudah hadir di kediaman Arkana. Para tamu undangan kebanyakan dari SMA Magister, tak lupa juga kehadiran dari Xavir dan Xavier.

"Kenapa sih kita harus menghadiri pesta ini!" Xavir memang tak suka keramaian.

"Aku akan mencari mangsa di pesta ini." Ucap Xavier sambil tersenyum miring.

Kiara menuruni tangga dengan wajah datar, ditambah dengan make up Gothic yang menyatu dengan wajahnya membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Walau hanya menggunakan baju maid Apron tak membuat kesan Kerennya menurun.

"Itu siapa?" Tanya Gebri

Anira yang mendengar pertanyaan itu tersenyum," Kakak angkat ku."

Tak jarang Kiara mendapat cemoohan dari para tamu undangan, karena baju yang digunakan cukup pendek. Mereka menyangkan Pesta mewah ini malah dirusak oleh Kiara.

Kiara menyenggol salah satu dari mereka, "Bajuku! kau pikir kau bisa membayar bajuku ini!" Wanita itu memarahi Kiara.

Anira menghampiri mereka, "Kak! tolong jangan rusak acaraku! Jangan bersikap kampungan!" Ucapnya tak tahu malu.

Kiara hanya menatap sekilas, kemudian dia duduk di salah satu kursi untuk menghilangkan rasa lelahnya. Kiara memang dari tadi berdiri terus.

"Dasar Kampungan!"

"Gue heran kenapa keluarga Arkana mengangkat gadis kampungan ini!"

"Lihat! Pakaian yang digunakannya sangat tidak bermoral, dia pikir dia bisa menggoda para pria kaya."

Mereka mencemooh Kiara tanpa tahu yang sebenarnya, mereka tidak tahu jika Kiara adalah pewaris tunggal dari Keluarga Arkana.

"Kak! Padahal aku ingin memperkenalkan dirimu di acara spesial ini, tapi kau malah merusaknya." Ucapnya dramatis.

Plak!

Dimas yang melihat acara ulang tahun Anira hancur karena Kiara tak segan-segan menampar Kiara di depan Umum. Dia memang sudah dibutakan oleh kebencian.

Kiara menatap tajam ke arah Dimas," Makasih ayah."

Kiara meninggalkan acara itu, dia pergi ke taman belakang untuk menumpahkan kekesalan dan sakit hatinya. Padahal dia mencoba untuk melupakan apa yang mereka lakukan sebelumnya kepadanya, dia berharap mereka bisa berubah dan menerimanya. Namun hal itu tak akan mungkin terjadi.

"Hiks...hiks... Nek! apa masih ada kebahagiaan untukku? kenapa aku tidak merasakan kebahagiaan sedikitpun? apa ini karma karena telah membuatmu meninggal? Bukankah itu sudah takdir?" Kiara tak henti-hentinya menangis.

Sebuah tangan memeluknya dari belakang, Kiara menoleh dan mendapati pria tampan sedang memeluknya. Dia merasa tidak asing dengan pria itu.

"Menangislah! jangan melepaskan pelukan ini, tumpahkan semua bebanmu." Xavir mengelus rambut hitam itu.

Kiara menangis di pelukan Xavir hingga dia tertidur pulas, Xavir memandangi wajah yang terlihat menyedihkan itu. Dia mencium dahi Kiara dengan lembut.

"Sekarang aku akan menjadi pahlawanmu wanitaku," Xavir tak henti-hentinya memandangi wajah cantik itu.

dari arah jauh ada sepasang mata memperhatikan mereka berdua, "Ternyata kau cukup menyedihkan kucing kecil."

Sedangkan Anira membuat dramatis seolah-olah dia sangat tersakiti, Dimas dan Anita juga mengikuti drama itu. Mereka memang sengaja agar bisa membuat mental Kiara down.

"Siapa yang anak angkat?" Pertanyaan dingin itu keluar dari mulut seorang pria paruh baya yang memakai jas abu-abu.

"Pak Arwan!" Ucap salah satu dari tamu undangan.

Ya, dia adalah Arwan Arkana, pemegang kekuasaan tertinggi di keluarga Arkana. khalayak juga mengenal dengan jelas tentang sosok Arwan Arkana, tapi mereka tidak tahu tentang pewaris tunggal dari Arkana Grup.

"SIAPA YANG KALIAN BILANG ANAK TAK TAHU DIRI ITU!" Arwan Arkana terlihat sangat emosi. Dia mendengar samar-samar kalau mereka mengatakan sang cucu tercinta adalah orang yang tak tau diri.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!