Bab 6 Hari Pertama Sekolah

Dimas dan Anita menyiramkan air yang diberi oleh pak Kiyai, mereka sudah tahu jika Kiara sedang kesurupan. Telat sedikit saja nyawanya Anira sudah tidak dapat diselamatkan.

"PANAS!"

"PANAS!"

"PANAS!"

Suara jeritan itu berasal dari Kiara yang saat ini tengah dirasuki oleh Delta, tak dapat dipungkiri hal itu membuat Delta kesakitan. Delta segera keluar dari tubuh Kiara, dia juga menghilang entah kemana.

Mereka segera bernafas lega, Kiara dalam mode kesurupan nyatanya sangat menakutkan, walau pun dirinya baru berumur 5 Tahun. Anira yang dari tadi gelisah sudah membuang nafas lega, dia kini memeluk Anita untuk menghentikan rasa takutnya.

"Untung Bunda cepat datang," Anira memeluk tubuh Anita dengan bahu yang sedikit bergetar." Bunda aku salah apa? Kalau saja ibuku masih hidup, kini aku bersamanya dan hidup bahagia."

"Sini Kamu!" Dimas menyeret Kiara ke kamar mandi. Entah apa yang akan dilakukannya.

Para Maid itu sudah keluar kamar saat Dimas dan Anita memasuki kamar itu, mereka melanjutkan pekerjaan yang tadinya tertunda karena ulah Anira.

Dimas memukul jari-jari Kiara dengan sapu lantai, dia juga tak lupa memukul tangan dan kaki kecil itu. Tak ada rasa kasian pada dirinya. Kiara adalah anak yang mereka nantikan kehadirannya, kini dia dijadikan tempat untuk melampiaskan amarah.

"Ampun Ayah!"

"Ampun!"

"Ampun Kamu bilang! kamu tadi hampir membunuh Anira yang tak bersalah!" Hatinya Dimas kini sudah menjadi batu, dia tak punya rasa kasian kepada anak tunggalnya itu.

"Ayah maafkan aku, hiks...hiks...," Kiara kini tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Dimas mengunci Pintu kamar mandi, dia meninggalkan Kiara dalam kamar mandi itu. Tak ada sedikitpun rasa kasian kepada Kiara.

Sedangkan Delta pergi jauh dari rumah itu, dia kini berada di negara Islandia untuk bertemu Kakek Arwan. Delta merasakan tubuhnya seperti terbakar.

"Maaf Tuan, Dalam beberapa tahun ke depan aku belum bisa menjaga Kiara, Aku harus memulihkan tubuhku." Delta merasa bersalah kepada Arwan karena tidak bisa menjaga cucunya.

"Iya, Aku tak bisa memaksamu. Makasih karena telah menjaga cucunya." Arwan juga merasa tak enak kepada Delta

Hari-hari Kiara mendapatkan kekerasan dari orang tuanya. Tapi hal itu membuat Kiara menjadi anak yang tangguh, dia menjadi kuat karena selalu mendapatkan perlakuan kasar dari orang tuanya. Tak jarang juga Kiara menentang kedua orang tuannya, bahkan dia juga pernah membuat ayahnya masuk rumah sakit.

12 Tahun Kemudian, Kiara kini sudah berumur 17 tahun. Dia kini akan memasuki Sekolah Menengah Atas atau SMA. Hari ini adalah hari pertama dia memasuki SMA Cendana.

Kiara kini memakai rok dibawah lutut, tak lupa juga sepatu Sneaker dan jaket berwarna maron. Membuat dirinya terlihat cool. Kiara menuruni tangga dengan wajah yang datar.

Anira Memasuki SMA Magister, dia kini menggenakan rok pendek diatas lutut, tak lupa sepatu Sneaker dan jaket berwarna coksu. Anira cantik dan elegan.

"Nggak sarapan?" Suara itu berasal dari Dimas yang telah duduk bersama Anita dan Anira.

"Nggak!" Kiara memutar bola matanya dengan malas, dia sudah biasa dengan perlakuan kasar, dan sangat kesal perhatian kecil dari Dimas.

Kiara meninggalkan mereka yang sedang sarapan pagi, dia malas melihat manusia-manusia busuk yang membuat dirinya tersiksa itu.

"Anak itu tak tahu terima kasih!" Anita tidak menyukai sikap Kiara yang bersikap datar kepada mereka.

"Biarkan saja dia begitu, kan kita masih punya Anira." Dimas menatap Anira dengan tersenyum manis.

"Aku sayang bunda sama ayah," Anira tersenyum senang, dia bahagia karena tidak kekurangan kasih sayang orang tua.

"Kami juga sayang kamu," Dimas dan Anita menjawab secara bersamaan.

Mereka mengantarkan Anira ke Sekolah barunya, sedangkan Kiara menaiki motor Sportnya. Kiara seperti orang lain dalam keluarga itu, sebenarnya siapa anak kandung mereka? dia atau Anira?

Kiara melajukan motor Sportnya, bertemu dengan 3 orang tadi membuat moodnya seketika hancur. Kiara tak memperdulikan kalau dia melanggar lalu lintas. Kalau ada apa-apa dia akan menelpon sang kakek.

Kiara menyalip setiap motor yang dilewatinya, bahkan motor dari ketua gang Walk Pilston pun di salibnya. Ardian tak terima di salib oleh orang lain, dia mengejar Kiara.

Setelah mereka berada di jalan yang sedikit kendaraan, Ardian menyalib motor Kiara, dia berhenti tepat di depan Kiara. Kiara langsung mengerem motornya agar tidak menabrak motor milik Ardian.

"Gila! Lo ma mati?" Kiara melepas helmnya, dia mendekati Ardian yang sedang tersenyum tipis.

"Ternyata cewek, Gua kira cowok." Ardian memperhatikan tubuh Kiara dari atas sampai bawah. Dia tersenyum miring.

"Casanova!" Kiara langsung menaiki motornya, dia meninggalkan Ardian yang dari tadi hanya tersenyum itu.

Cowok Aneh! moga gue nggak ketemu dia lagi. Batin Kiara.

Kiara memasuki Parkiran, dia melepaskan helmnya kemudian mengatur rambutnya yang sedikit berantakan itu. Kiara terlihat keren dengan gaya tersebut.

Kiara melewati Koridor sekolah dengan wajah datar, dia tak membalas senyuman yang orang-orang lemparkan kepadanya. Dia tak perduli dengan keadaan sekitar.

"Itu murid baru?"

"Cakep dan Keren woy!"

"Pengen deh jadi pendampingnya,"

Begitulah celoteh dari anak- anak yang tak sengaja melihat Kiara, mereka seakan terhipnotis dengan Kiara.

Buk!

Kiara tak sengaja menabrak Xavier, Kiara menatap Xavier sekilas kemudian langsung melanjutkan perjalanannya menuju Kelas 10 IPS 2. Xavier merasa direndahkan oleh Kiara, dia langsung mengejar Kiara.

"Tidak minta maaf?" Xavier melemparkan pertanyaan ketika dia sudah berada di dekat Kiara.

"Untuk?" Pertanyaan singkat Kiara membuat Xavier Emosi.

"Kau menabrak ku!" Xavier meninggikan intonasinya.

"Ga Usah lebay, Nggak sakit kan?" Ucap Kiara kemudian langsung berlari meninggalkan Xavier.

"Sial!" Xavier mengumpat

Tring!

Tring!

Tring!

Kiara segera pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan itu, cacing dalam perutnya seakan sedang menari-nari. Kiara duduk di meja paling belakang.

"Semua keluar! Kecuali dia!" Xavier menunjuk Kiara yang sedang asik mendengarkan musik K Pop

Semua anak-anak langsung meninggalkan kantin kecuali Kiara, Kiara tak mendengar apa yang katakan oleh Xavier.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Meja digebrak kuat oleh Xavier yang membuat Kiara melepas earphone. "Kau!"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!