Bab 2 Aku Menyesal Punya Anak Sepertimu!!

Dimas dan Anita menoleh ke sumber suara itu, mereka terkejut karena melihat anak semata wayangnya terbaring dengan wajah yang penuh darah.

Melihat Kiara yang sudah terbaring lemah tidak membuat gadis kecil itu kasian, dia malah memukul kaki dan tangan Kiara menggunakan batu yang ada ditangannya.

Para warga segera memisahkan Kiara dan Anira, mereka tak tega melihat anak sekecil itu yang terbaring lemah di jalanan.

"Apa yang kamu lakukan! jangan coba-coba mencelakainya!" Dimas memperingati Anira yang di tahan oleh warga itu.

"Dia pembunuh! kalau bukan karena dia Bunda dan nenek itu tak akan meninggal! Aku harus membunuhnya!" Anira mencoba memberontak, namun gadis kecil itu tak bisa melawan orang-orang dewasa itu.

Dimas mencoba untuk tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Anira, namun logikanya seakan menentang. Gadis kecil berumur 5 tahun itu tak akan mungkin berbohong.

"Apakah yang dikatakan anak itu benar?" Dimas melemparkan pertanyaan pada kerumunan orang itu, siapa tahu ada dari mereka yang menyaksikan kecelakaan itu.

"Tadi anak itu mendekati Truk, kemudian dua orang mencoba menyelamatkan dirinya, namun mereka malah tertabrak Truk." jawab Salah satu dari kerumunan orang itu.

Dimas mendudukkan Kiara yang sedang lemah itu, kini emosi sudah menguasai dirinya. Bahkan ditengah anaknya sekarat dia malah mengutamakan emosinya itu.

"Apakah nenek meninggal karena menolong mu?" Tanya Dimas.

Kiara mengangguk lemah, matanya sembab karena dari tadi terus menangis. Bahkan dia juga tak perduli dengan kondisinya sekarang.

Bugh!

Dimas meninju wajah Kiara dengan sekuat tenaga, hal itu membuat Kiara tak sadarkan diri. Anak yang berusia 5 tahun itu tak bisa menahan serangan secara bertubi-tubi itu.

Para warga segera menjauhkan Dimas dari Kiara, sedangkan yang lainnya membawa Kiara Ke rumah sakit, mereka takut anak kecil itu tak bisa bertahan lebih lama lagi.

"Kenapa kalian menghentikan ku?" Dimas menatap tajam ke arah orang-orang yang menahannya tadi.

"Kau bisa saja kami laporkan atas tindakan kekerasan terhadap anak-anak! Kau akan dipenjara karena melanggar undang-undang pasal 54, Tuan." ucap salah satu dari mereka.

Dimas mempersiapkan Pemakaman Sang Mami tercinta itu dengan sangat mewah. Dia juga mengundang anak yatim untuk turut mendoakan sang mami tercinta.

Sedangkan di rumah sakit, Kiara tengah terbaring dengan berbagai macam alat menempel di tubuhnya. Gangguan mental dan beberapa luka ditubuhnya membuat dirinya harus berada cukup lama di ruang ICU ini.

Arwan, Pria paruh baya itu menatap sendu ke arah sang cucu yang saat ini tengah terbaring lemah di dalam ruang ICU. Dia sudah tahu kejadian yang menimpa sang istri.

"Maafkan Kakek, Kakek akan pergi meninggalkanmu dengan waktu yang cukup lama. Kiara tak perlu takut, tak ada yang akan macam-macam sama kamu." Arwan tak sanggup meninggalkan sang cucu yang tengah menghadapi goncangan hidup itu.

Arwan tak tega meninggalkan Kiara, Namun dia juga tak bisa membawa Kiara bersamanya, karena akan sangat susah melupakan sang istri jika Kiara berada di dekatnya. Dia tak mampu mengingat kebersamaan dirinya bersama sang istri dan cucu tunggalnya itu.

"Kamu harus kuat nak, kamu cucuku yang paling terbaik." Arwan menghapus air mata yang mengalir di sudut matanya.

***

Sementara di pemakaman, Dimas menatap pusara sang mami yang baru saja pergi itu, dia tak menyangka kebahagiaannya harus punah dalam waktu satu hari.

Ditatapnya pusara itu dengan mata berkaca-kaca, tangannya mengusap pusara dengan lembut. Dimas sangat-sangat terpukul karena kehilangan ibunya, lebih baik dia kehilangan Kiara dari pada kehilangan ibu yang melahirkannya.

Dimas seorang ayah yang tidak punya hati, dia tidak merasa kasian kepada darah dagingnya yang saat ini di rawat di rumah sakit. Dia tidak memikirkan perasaan Kiara yang juga ikut sedih, bahkan nyaris trauma dengan kecelakaan tersebut.

Anita mengusap punggung suaminya, dia memeluk Dimas agar bisa lebih tenang sedikit. Anita juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan oleh suaminya. Dia juga sangat kehilangan sosok ibu mertua yang sudah dianggap ibu kandung sendiri.

"Aku menyesal punya anak sepertimu!" batin Dimas.

Dari kejauhan, Arwan melihat pusara istri tercintanya. Dia merasa kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya. Namun, dia tidak membenci Kiara. Arwan Arkana tidak pernah menyalahkan cucunya yang masih berumur 5 tahun tersebut.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!