pesta ira

Kartini terus menggedor pintu kamar Ira dengan kuat, Ira membiar kan saja, Ira seolah-olah tidak mendengar gedoran pintu dari Ibu nya, selimut di tari sampai ke leher, Ira menutup telinga nya rapat-rapat, dia tidak mau bertemu dengan Amar calon suami nya.

" Dia sudah tidur mungkin bu, ngak apa-apa bu, jangan di ganggu lagi Ira!" ucap Amar dari arah ruangan yang Amar duduk.

Kartini pun menghentikan mengetuk pintu kamar Ira, dengan langkah lontai Kartini mendekati Amar yang masih duduk di tempat nya tadi.

" Maaf nak Amar! mungkin iya Ira sudah tidur, maklumi aja Ira bekerja dari pagi sampai ke sore, pasti dia capek!" ucap Kartini dengan nada lemah lembut nya.

" Iya bu ngak apa-apa! aku pulang dulu ya? besok-besok aku datang lagi ya buk?" Amar izin pamit pulang.

Kartini dengan wajah nya yang merasa kurang enak pada Amar menggangguk sambil tersenyum manis menatap ke arah calon menantu nya yang sudah bangkit berjalan menapaki lantai simen tanpa alas tersebut.

" Mulai besok kamu berhenti aja kerja di toko roti tu, minggu depan kamu akan menikah dengan Amar, jadi siap kan diri kamu dulu untuk pesta kalian nanti." beritahu Kartini suatu hari pada Ira anak nya.

Ira setiap hari mendo,a kan agar mereka tidak berjodoh, namun takdir barkata lain, Ira akan menikah besok dengan Amar, orang yang paling di benci selama ini karena sudah membuat hidup nya hancur, masa depan Ira hancur, Ira tidak mempunyai semangat untuk hidup lagi sejak di putuskan harus menikah dengan Amar.

Pesta pernikahan di adakan dengan meriah, wajah Ira tidak sedikit pun menunjukan wajah bahagia di hari pernikahan nya, Ira sesekali meneteskan kan air mata nya tanpa orang sadari.

" Akhirnya selasai juga ya pesta nya, meriah kali pesta nya!" ucap tetangga Kartini pada nya.

Kartini dan beberapa tetangga sedang menyiapkan kan beberapa bungkus kuah dan lauk untuk di bagi kan kepada orang yang sudah membantu acara pesta hari ini.

setiap tetangga akan mendapatkan satu kantung plastik yang berisi satu bungkus nasi, lauk dan kuah. itu sudah menjadi adat tradisi di kampung Ira tinggal.

" Ira! kamu siap kan makan untuk Amar dulu, mungkin malam ni dia pulang ke sini." teriak Kartini di sela-sela mereka sedang membungkus makanan untuk tetangga.

Ira membawa tubuh nya yang malas untuk bangkit menyiapkan seperti perintah Ibu nya tadi, sebenarnya Ira malas sekali jika memikirkan tentang masalah bang Amar.

malam menjelang sudah, seluruh isi rumah sudah sepi, rumah yang tadi siang riuh dengan suara anak-anak kini hening seketika, jangkrik mulai mengeluarkan suara nya, cicak sudah siap berjejer di atas loteng atau di dinding rumah, ada yang bercekarama sesama sendiri, Ira duduk mematung di kamar, mau keluar malu di bilang pengantin baru, alhasil Ira mengurung kan diri di kamar.

" Assalamualaikum....?" salam seseorang di pintu yang terbuka lebar.

Pintu rumah Ira masih terbuka luas, ada saudara yang yang masih setia membantu membereskan kab rumah, ada yang mencuci piring yang tergeletak di pinggir sumur.

" Waalaikum salam...!" jawab semua serentak sambil menghadap ke arah suara tadi.

" Masuk dulu, Ira ada di kamar!" ujar saudara yang masih berada di situ.

" kamu sudah makan Amar?" tanya mertua yang tiba-tiba datang dari arah dapur.

" Belum bu!" sahut Amar singkat.

" Ya sudah! duduk dulu ya? Ibu panggil kan Ira dulu." ucap Kartini dengan suara yang sangat lembut.

Kartini pun bergegas ke arah kamar Ira yang berada tidka jauh di antara mereka duduk.

tok...tok...tok...

" Ira...buka pintu nya!" panggil Kartini dari balik pintu kamar Ira.

" Iya bu!" jawab Ira " Ada apa bu?" sambung Ira lagi dengan suara yang agak keras.

" Itu suami mu sudah pulang, dia belum makan tu!" jawab Kartini yang masih berada di pintu.

Ira diam seketika, Ira jadi dilema, mau di peduli Ira ngak suka sama Amar, ngak di peduli, pasti dosa besar, Amar sekarang sudah jadi suami nya.

" Ira! kamu dengar ngak sih Ibu panggil?" suara Ibu nya begitu bergema di dalam kamar Ira.

" Iya...iya...aku keluar ni." sahut Ira dengan nada malas nya.

" Jangan iya-iya aja, cepatan keluar." bentak Kartini di luar kamar.

Di dalam kamar Ira sudah di hias begitu indah, bunga di hias indah di hujung ranjang, di atas ranjang di sirami kelopak mawar, bahkan buang mawar berselerakan di dalam kamar Ira, membuat kamar Ira harun wangi seperti di taman.

" Baru nonggol, capek di tunggu dari tadi, cepat siap kan makan malam untuk suami kamu." perintah Kartini sambil berlalu menuju ke arah emak-emak yang masih belum siap membungkus makanan untuk warga sekitar.

Ira segera menyiapkan kan makan malam untuk Amar, kuah yang sudah di panas kan beserta lauk ayam goreng yang sudah di hidang di atas meja makan, Ira mencedok kan nasi ke dalam piring yang ada di depan suami nya.

" Cukup dek!" ucap Amar.

Ira langsung naik darah, bukan karena marah di bilang cukup oleh Amar, tapi Ira marah di panggil adek oleh Amar, Ira ngak sudi di panggil adek oleh Amar.

" Bisa minta tolong ngak bang Amar?" tanya Ira pada suami nya yang sedang menatap ke wajah Ira

Amar yang duduk harus mendongak ke arah Ira yang berdiri di samping nya, Amar sedikit bahagia sebab Ira sudah mulai mau berbicara dengan Amar.

" Bisa dek! apa aja demi mu pasti bisa!" jawab Amar sambil tersenyum genit ke arah istri nya Ira.

Mau muntah Ira mendengar ucapan Amar tadi, bukan nya Ira tidak tahu Amar sengaja melamar Ira pada Ibu nya, sebab Amar tahu jika Ibu nya Ira pasti setuju, Kartini adalah seorang mata duitan, Amar terkenal banyak uang dengan berkerja sebagai supir truk.

" Tolong jangan pernah panggil aku adek, aku bukan adek mu, bikan juga saudara mu, aku punya nama, panggil Ira, jangan pernah panggil adek lagi, faham?" ucap Ira dengan nada marah nya.

Amar kaget dengan ucapan Ira, Amar tidak menyangka Ira masih marah pada nya, tapi Amar tidak peduli yang penting Ira sudah menjadi istri nya yang sah sekarang.

" Baiklah! bang Amar takkan. panggil adek lagi, bang Amar akan panggil IRA, puas hati tuan putri?" jawab Amar setengah bercanda.

Ira lanjut kan lagi pekejaan nya melayani suami nya makan, Amar makan dengan lahap, bukan tidak pernah Amar makan makanan seperti ini, tapi Amar semangat makan sebab ada Ira di samping nya, wanita yang selama ini di puja.

" Ira! bang Amar ngantuk, masuk kamar yok?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!