" Tidak ada bantahan, apa kamu mau jadi anak yang durhaka hah?" bentak Kartini lagi.
Rombongan Amar datang tepat jam sembilan malam, rombongan yang datang ngak ramai, hanya beberapa orang penting saja. Ira hanya duduk di kamar nya, Ira ngak mau gabung dengan rombongan Amar, Ira sendiri tahu siapa Amar, Amar yang selalu mengusik Ira jika lewat di depan rumah nya.
Flash back...
Ira harua melalui jalan yang sedikit padat untuk sampai ke toko roti tempat Ira berkerja, Ira berkerja di sebuah toko roti yang mempunyai ramai pelanggan, setiap hari Ira berkerja dari pagi sampai malam.
" Mau kemana Ira? mau abang hantar ngak?" tanya Amar ketika Ira melewati du depan warung kopi yang setiap hari Amar duduk.
Malu ada benci pun ada itulah yang selalu Ira rasakan, Amar merupakan seorang laki-laki yang berumur, umur nya sudah menginjak usia tiga puluh lima tahun, jauh berbeda dengan umur Ira.
" Ngak bang! terima kasih, sudah dekat kok!" balas Ira sopan.
Ira tetap menjaga kata bicara nya, jangan pernah bicara kurang sopan dengan orang lain, apa lagi Ira sebagai seorang gadis harus menjaga mulut nya.
Ira terus berjalan menyusuri jalan setapak yang berada di depan toko yang berjejer kiri dan kanan jalan.
Jarum jam di dinding toko Ira menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit, waktu nya Ira pulang kerja, ira melewati jalan yang sama saat pergi tadi, pas sampai di depan warung kopi yang selalu menjadi tempat nongkrong nya Amar, mata Ira sudah mencari-cari jika ada sosok Amar di antara yang duduk di dalam warung.
" Untung dia ngak ada!" ucap Ira sendiri sambil menggusuk dada nya pelan.
Ira berjalan dengan langkah yang cepat, tujuan nya adalah rumah nya, Ira ingin terus istirahat setelah seharian bekerja seharian.
" Hai! jalan nya kok cepat kali! ada yang ngejar ya?" canda Amar saat Ira lewat di depan nya.
Ternyata Amar menunggu Ira di ujung jalan menuju ke simpang rumah nya, Amar duduk di atas jok motor nya yang sengaja di parkir di bahu jalan, Ira yang salah tingkah tidak menghiraukan perkataan Amar yang menegur nya.
" Jadi perempuan jangan sombong Ira, nanti ngak ada yang nikahin loh!" usil Amar lagi.
Ira tetap ngak menghiraukan perkataan yang di ucapkan oleh Amar, Ira terus berjalan dengan wajah nya yang menunduk ke bawah. sejak itu Amar selalu menunggu nya setiap hari, Ira sampai ketakutan karena di tungguin Amar setiap hari.
flash back....
Di ruangan rumah Ira terdengar suara orang riuh rendah dari luar kamar Ira, tidak di pedulikan suara dan ocehan orang dari luar rumah nya.
klekkkk...
Pintu kamar Ira di buka lebar oleh Ibu nya, melihat wajah Ibu nya aja Ira sudah ketakutan, apa lagi dengan suara Ibu nya yang tegas.
" Ira! ayok keluar sini!" panggil Ibu nya.
Ira yang mulanya menolak permintaan Ibu nya mengikuti Ibu nya yang berlalu keluar dari kamar Ira. Ira berpakaian biasa, layak nya seperti kebiasaan di rumah, hanya daster yang saja sedikit lebih bagus dari yang di pakai sebelum nya.
Ira menyalami satu persatu orang yang berada di rumah Ira malam itu, sampai lah Ira di pakai kan cincin tanda sudah di lamar oleh orang tertua dari rombongan tersebut.
" Habis lah riwayat ku, mulai malam ini aku tidak ada lagi semangat untuk aku hidup, tinggal menuggu mati saja." batin Ira sambil menahan sebak nya.
Setiap gadis yang di lamar pasti akan merasa bahagia, tapi tidak untuk Ira, hidup ira seakan berubah setelah di lamar, Ira begitu membenci sosok Amar yang sudah jadi tunangan nya.
Pagi ini seperti biasa nya, Ira pagi-pagi sudah berangkat kerja, Ira masih beraktivitas seperti biasa, hari-hari Ira di habisi dengan berkerja sampai lah hari yabg sudah ditentukan Ibu nya untuk menikah.
" Ibu kenapa harus menikah kan aku dengan bang Amar sih? kan aku bisa berkerja cari uang untuk membantu keluarga kita Ibu!" Ira curhat pada Ibu nya ketika sedang santai di ruang rumah nya.
Kartini yang lagi santai menonton acara kegemaran nya masih diam tidak menjawab pertanyaan dari Ira, karena sudah di cuekin Ira bangkit dari duduk nya mendekat ke arah Ibu nya duduk.
" Ibu dengar ngak sih pertanyaan ku tadi, Ibu ngak tahu apa bang Amar itu kan sudah berumur Ibu, sudah tua, tidak pantas dengan ku!" ucap Ira sambil menahan tangis nya.
" Kamu ngak tahu Ira? Amar tu punya banyak uang, setelah kamu nikah sama dia, kamu ngak usah capek-capek lagi kerja, dia akan kasih kamu dan Ibu uang yang banyak!" tegas Kartini lagi pada Ibu nya.
Ira bangkit dari duduk nya, berjalan menuju ke kamar, langkah kaki Ira sengaja di hentak kan sekuat mungkin, belum sampai Ira ke kamar nya tiba-tiba...
tok...tok... tok....
Pintu rumah Ira di ketuk dari luar, Ira dan Ibu nya saling berpandang-pandangan, masing-masing menaikan bahu, seolah-olah tidak tahu siapa yang datang, Kartini yang duduk tidak jauh dari pintu bergerak menuju ke pintu depan.
" Assalamualaikum...?" ucap seseorang yang tidak kenal dari arah luar.
" Waalaikum salam...!" jawab Kartini di balik pintu depan.
Kartini yang sudah berada di pintu spontan menjawab salam dari arah belakang pintu rumah nya.
klekkkk....
Pintu di buka dengan lebar oleh Kartini ternampak lah di muka pintu depan rumah seorang yang baru di sebut kan tadi, iya....
" Selamat malam... boleh saya masuk!" ucap Amar pas pintu di buka.
Wajah Kartini langsung semuringah melihat sosok menantu idaman sudah ada di depan mata, Ira langsung masuk ke kamar setalah Ibu nya membuka pintu, Ayah Ira ngak ada di rumah, Ayah Ira ikut rombongan orang kampung tahilan ke kampung sebelah.
" Boleh...boleh...masuk nak Amar! maaf Ibu agak kaget tadi, nak Amar tiba-tiba datang ke rumah." ucap Kartini dengan wajah yang di buat semanis mungkin.
Amar membawa banyak sekali di tangan nya, Kartini tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran nya terhadap barang yang Amar tenteng.
" Ini Ibu! sedikit buah tangan untuk ibu." ucap Amar yang sudah duduk di ruang di rumah Ira.
Kartini mengambil barang yang Amar bawa sambil mengucap kan terima kasih pada Amar yang tersenyum bahagia ke arah calon mertua nya.
" Terima kasih banyak ya nak, bikin repot aja nak Amar aja ya?" ucap Kartini malu-malu.
" Ngak lah bu, biasa aja!...
....oh ya Ibu! Ira mana bu?" tanya Amar lagi pada Kartini yang sudah bangkit mau menuju ke arah dapur.
Kartini yang sudah berjalan beberapa langkah dari arah Amar menjawab..
" Ira baru masuk ke kamar tadi, baru saja pas nak Amar sampai, bentar ya Ibu panggil kan?" ujar Kartini sambil berjalan menuju ke pintu kamar Ira yang tertutup.
Ira yang berada di dalam kamar berharap Ibu nya tidak memanggil nya, Ira tahu Amar yang datang, maka nya pas Ibu nya buka pintu Ira langsung berlari menuju ke kamar dan mengunci kamar nya, Ira berpikir Ibu nya tidak akan memanggil nya jika melihat pintu kamar Ira sudah di kunci.
" Ira... Ira...buka pintu nya nak...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments