Rutinitas Ira sehari-hari membantu Ayah bikin mi dari tepung di rumah, selesai Ayah nya bikin adonan mi tersebut akan di rebus atau di masak sehingga matang, tugas Ira membersihkan kan meja yang kotor dengan tepung yang berselerakan di mana-mana.
" Kalau sudah siap kamu kupas bawang ya Ira? bentar lagi Ayah mau bikin bawang acar." perintah Ayah tidak pernah di bantah Ira.
Ira mengerti Ayah nya tidak mampu menyekolahkan Ira dan Adik nya di tahun yang sama.
" Iya Ayah!" sahut Ira singkat.
Ira mempunyai mimpi menjadi seorang penulis, tapi sekarang mimpi Ira sia-sia, Ira tahu cita-cita takkan menjadi kenyataan tanpa bersekolah, status Ira sebagai anak putus sekolah membuatnya minder pada teman-teman yang lain, tapi tidak pernah sekalipun Ira menyebut perihal pada Ayah atau Ibu nya, Ira tidak mau kedua orang tua nya sedih dengan nasib Ira.
Waktu berlalu dengan cepat, tahun ini adik Ira akan menduduki bangku sekolah SMP, tapi nasib Rishi adik Ira tidak jauh berbeda nasib nya dengan Ira, Rishi juga di harus kan berhenti sekolah, Ayah nya tidak mampu melanjutkan lagi sekolah Rishi ke jenjang yang lebih tinggi lagi, untuk keluarga Ira sekadar tahu baca tulis saja sudah mencukupi.
" Hai Kartini! kamu tahu ngak ada orang yang ingin melamar anak mu, si Ira!" ucap seseorang teman Kartini yang bertamu ke rumah nya.
" Emang siapa ya? kamu kenal ngak sih sama orang itu?" Kartini antusias ketika mendengar ada orang yang ingin melamar anak nya Ira.
Kartini jadi ngak sadar Ira baru berusia enam belas tahun, belum tahu perihal rumah tangga, apa lagi Ira sekarang sudah berkerja di sebuah toko roti yang ada tidak berapa jauh dari kampung nya.
" Ya kenal lah Kartini!" sambung teman Kartini lagi yang bernam Fauziah.
" Kamu tahu kar? kemarin laki-laki ini beriya-riya meyuruh ku ke sini, dia kalau bisa mau cepat-cepat menikah dengan Ira." lanjut Fauziah lagi.
Kartini yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan calon menantu nya, dari yang Fauziah bilang calon menantu kartini bernama Amar, dia berusia tiga puluh lima tahun, Amar seorang yang cukup mapan, pekerjaan nya sehari-hari sopir truk besar, tentu gaji nya audah pasti banyak, mata Kartini terbayang-bayang uang yang akan masuk dari menantu nya.
" Iya-iya aku setuju, kamu bawa aja dia ke sini, kenalin pada kami semua." lanjut Kartini dengan hati yang berbunga-bunga.
" Kamu ngak tanya dulu sama Ira atau Ayah nya Kartini." sahut Fauziah yang heran dengan tingkah teman nya yang mau ambil keputusan sendiri.
Ira jam segini belum pulang lagi dari berkerja, Ira masuk kerja pada jam lapan pagi akan pulang ketika matahari terbenam yaitu pada jam lima sore, Ira bersyukur di beri pekerjaan, bisa membantu kebutuhan keluarga Ira, Ayah nya yang tidak berpenghasilan tetap membuatnya selalu kekurangan uang dan keperluan dapur di rumah.
Menu makan malam sudah terhidang di atas meja yang Burhan bikin sendiri dari kayu-kayu bekas. sekeluarga diam menikmati makanan dalan piring nya masing-masing, sesudah selasai acara makan malam semua orang berpindah ke ruang depan, kecuali Ira, Ira masuk ke kamar nya, Ira ingin istirahat setelah seharian bekerja di toko roti, rumah Ira tidak mempunyai ruang khusus, yang ada dalam rumah Ira, hanya ruang depan, kamar dan ruang dapur yang bersambung dengan ruang depan.
" Ayah! tahu ngak?" ucap Kartini pada suami nya Burhan.
" Ngak kasih tahu mana Ayah tahu." jawab Burhan sepele menanggapi pertanyaan istri nya Kartini.
Kartini cemberut dengan sikap suami nya yang super cuek dengan ucapan nya tadi, Kartini masih duduk santai di ruang rumah mereka, Kartini harus memberi tahu kan pada suami nya Burhan, walau apapun Burhan harus setuju dengan rencana nya yang akan menikah kan Ira dan Amar yang Fauziah kasih tahu tadi siang.
" Eh Ayah ni! Ibu serius ini." lanjut Kartini.
" Kalau serius cepat kasih tahu." timpal Burhan sambil menyetik ****** rokok di antara kedua jari nya.
Kartini pun menceritakan kedatangan Fauziah tadi siang, di sela pembicaraan mereka yang serius Burhan menunjukkan raut wajah nya yang kurang suka dengan rencana istri nya Kartini, bagi Burhan semua keputusan harus di tanya kan pada Ira terlebih dahulu.
" Apa baik nya Ibu tanya kan dulu pada Ira, tidak baik jika Ibu yang mengambil keputusan, itu kan hidup nya Ira untuk masa depan nya." Burhan menasihati istri nya.
Kartini tidak terima dengan keputusan suami nya Burhan, Kartini berpikir Ira adalah anak nya, dia bisa mengambil keputusan atas hidup Ira, sebagai anak Ira harus menuruti kemauan orang tua, kalau ngak sudah di anggap anak durhaka.
" Terserah Ibu! Ayah sudah menasihati Ibu, di dengar atau ngak terserah Ibu aja, kita sebagai orang tua nya jangan seenak jidat mengambil keputusan atas hidup anak, anak juga punya mimpi dan cita-cita nya sendiri." Burhan menasihati istri nya yang keras kepala.
Kartini tetap meneruskan rencana nya menjodoh kan Ira dengan Amar tanpa pengetahuan Ira sendiri, Ira yang tidak tahu apa-apa menjalani hari-hari seperti biasa nya, sedang Ibu nya menyiap kan persiapan menunggu kedatangan rombongan Amar yang sudah di rencana kan malam besok.
" Ibu! kenapa banyak sekali masak sore ni, ada acara apa ni? atau Ayah banyak rezeki ya?" tanya Ira melihat meja di rumah nya banyak makanan tidak seperti hari-hari biasa.
" Ibu ada tamu nanti malam, sebab itu Ibu banyak masak!" jawab Kartini tanpa rasa bersalah pada anak nya.
Ira yang ngak tahu apa-apa, lanjutkan aktivitas nya seperti biasa sepulang dari bekerja, Ira keluar menuju ke sumur, guyuran air sumur yang mengenakan kulit Ira sungguh menyegarkan nya, selasai mandi Ira memakai baju seperti malam-malam sebelumnya, daster lusuh yang enak di pakai jika waktu malam.
" Eh ira! ganti baju, kenapa pakai baju buruk tu!" tegur Ibu Ira ketika Ira sudah berada di meja makan.
Maksud Ira mau makan, malah di tegur Ibu nya sebab Ira memakai baju lusuh, Ira jadi aneh, Ibu ira pasti tahu Ira setiap malam memang inilah pakaian nya setiap malam.
" Tapi ini memang baju aku setiap malam Ibu, Ibu kan tahu sendiri." sahut Ira yang ngak tahu apa-apa.
Kartini yang ngak tahu harus berbuat apa lagi, kartini pun menceritakan tentang hal yang sebenarnya pada Ira. Ira terkejut mendengar ucapan Ibu nya yang menjodoh kan Ira tanpa pengetahuan dan persetujuan nya.
" Tapi Ibu tidak bisa mengambil keputusan besar ini tanpa sepengetahuan ku Ibu." suara Ira setengah menangis bicara sama Ibu nya.
Kartini yang memang terkenal dengan sikap keras kepala nya tetap ngak mau mengalah dengan anaknya Ira, Kartini tetap kekeuh akan menjodoh kan Ira dengan Amar malam ini juga, tidak ada yang bisa membantah keputusan Kartini, Burhan yang mendengar perdebatan antara Ibu dan anak tidak bisa berbuat apa-apa.
" Siapa bilang tidak boleh! aku sebagai Ibu mu berhak atas hidup mu, kamu harus menerima keputusan Ibu." tegas Kartini lagi.
" Tapi Ibu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
💞Erra Tarmizi💞
terima kasih banyak thor🥰
2023-04-07
0
Senajudifa
kunasukan dlm favorit ya thor
2023-04-07
0