Delima

Marissa benar-benar pulang ke rumah orang tuanya, sang ibu pun terkejut melihat kedatangan sang anak, "Marissa! Ada apa, Nak? Kenapa kamu pulang? Apa ada masalah dengan suamimu?" tanya sang Mama.

"Marissa sebel, Ma! Mas Bram selalu saja membela ibunya, apalagi Marissa tahu jika Mas Bram memberikan uang lebih kepada Ibu, kesel tahu nggak sih, Ma! Marissa udah capek-capek kerja bantuin Mas Bram, tapi apa? Mas Bram justru memberi uang lebih untuk Ibu, seharusnya uang itu Marissa yang pegang semuanya," ungkap Marissa kesal, sang ibu pun berusaha untuk menenangkan putrinya.

"Marissa! Ibu mengerti perasaanmu, tapi menurut ibu tidak ada salahnya Bram memberikan uang kepada ibunya selama kamu tetap menjadi prioritas utama Bram, apa salahnya seorang anak membalas jasa ibunya yang sudah melahirkan dan juga membesarkan Bram, kamu tidak usah cemburu seperti itu, itu tandanya Bram adalah anak yang berbakti kepada ibunya, dan kamu sebagai seorang istri seharusnya mendukung suamimu untuk lebih berbakti kepada ibunya, bukan malah marah-marah seperti ini, Nak!" ungkap sang Mama.

Nyatanya apa yang disampaikan oleh sang Mama tetap membuat Marissa tidak puas.

"Kok Mama malah belain Mas Bram sih, harusnya Mama belain anak Mama dong! Apa Mama tidak suka dengan kepulangan Marissa, ya udah kalau begitu Marissa pergi saja," sahut Marissa yang masih keras kepala.

"Eh ... kamu mau kemana? Mama tidak bermaksud seperti itu, Mama cuma tidak ingin kamu berburuk sangka kepada suamimu, harusnya kamu bersyukur loh punya suami seperti Nak Bram dan Mama rasa Bu Farida juga sangat sayang kok sama kamu," ucap sang Mama.

Bagaimana pun sang Mama berusaha untuk meyakinkan putrinya, nyatanya Marissa tetap pada pendiriannya dan tak ingin pulang ke rumah suaminya.

Kini, Marissa harus pisah ranjang dengan sang suami, dan berharap suaminya bisa menuruti permintaannya untuk membawa kembali ibu mertuanya ke kampung halaman.

Hari-hari Marissa pun kini tanpa ada sang suami, meskipun ia sangat mencintai suaminya, Marissa tetap gengsi untuk pulang ke rumah sebelum Bram menjemputnya. Suatu ketika, saat Marissa sedang berjalan di trotoar sembari menunggu taksi datang, tiba-tiba saja ia menemukan sebuah buku yang memiliki cover yang sangat menarik, karena penasaran, Marissa mengambil buku itu dan Ia pun duduk di sebuah bangku orang yang ada di sekitar jalanan itu.

"Derita Menantu Cacat!!" sebuah judul yang tertera pada buku yang baru saja Marissa temukan, karena semakin penasaran, Marissa pun membuka buku itu dan mulai membacanya. Tiba-tiba saja setelah beberapa lama ia membaca cerita dalam novel itu, tiba-tiba saja Marissa merasa jika ada seseorang yang seolah-olah sedang menarik kedua tangannya untuk ikut pergi ke suatu tempat, Marissa menjerit saat tubuhnya sedang terbang melayang entah kemana, yang ia lihat hanyalah cahaya putih yang membuat matanya sangat silau.

Setelah beberapa saat, Marissa terbangun dan ia sangat terkejut dengan nafas yang tersengal-sengal, kepalanya basah oleh air yang disiramkan pada kepalanya. Dan Marissa mendengar suara seorang wanita yang sedang berbicara dengannya dengan nada yang sangat ketus.

"Bangun, Ima! Ayo bangun pemalas! Kamu tahu ini sudah jam berapa, ha!? Dasar menantu tidak berguna!!" umpat seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri dengan berkacak pinggang kepada seorang wanita yang masih berada di atas kasur.

Marissa menatap wajah wanita itu dengan sangat marah. Karena tak terima jika dirinya disiram dengan air, Marissa pun berusaha untuk bangun dan memaki wanita itu, tapi apalah daya Marissa tidak kuat bergerak, kakinya terasa berat sebelah, alhasil ia pun seperti kesakitan saat ingin datang melawan wanita itu.

Tentu saja wanita yang biasa dipanggil bu Semanggi itu tertawa sembari mengejek Marissa.

"Hei Delima! Tidak usah banyak tingkah kamu di rumah ini, di rumah ini aku yang berkuasa, kamu hanya mantu yang membawa kesialan, bagiku kamu tetap wanita cacat yang tidak berguna, meskipun anakku mencintaimu, jangan berharap aku mengakui mu sebagai menantuku, camkan itu! Dan sekarang lekas bangun, masak yang enak-enak untuk kami, aku tidak mau anakku terlambat datang ke sawah," mendengar ucapan dari wanita yang mengaku bernama Semanggi itu, Marissa pun baru sadar jika dirinya tidak berada di dunia nyata, ia memperhatikan dirinya yang terlihat lusuh dan Ia pun meraba wajahnya sembari berkaca di depan cermin.

"Astaga! Kenapa aku berubah menjadi seperti ini? Apakah aku berada di dalam tubuh Delima?" Marissa bermonolog sendiri sembari memperhatikan dirinya di depan cermin.

...BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!