"Pa pokoknya Lia gak mau gak mau!". protes Lia tidak terima, sedari perjalanan pulang tadi Lia tak henti-henti nya Protes ke Hendra. maksud Lia protes karna Papa dan Mama nya tidak memberi tau kan diri nya akan perjodohan ini, bahkan tadi Lia merasa semua nya terlalu cepat untuknya, gimana nasib hubungan nya dengan Eldan?, Lia pun tidak ingin membayangankan dirinya dan Eldan putus, Lia sangat menyayangin kekasih nya itu.
"Lia berhenti protes, kamu sebagaimana anak harus menuruti kata orangtua". jawab Hendra yang sedari tadi terdiam mendengar ucapan anaknya.
"Tapi Pa, gak gini juga, masa Lia langsung di jodohin sih Pa, Papa tau kan aku dah punya Kekasih?, bahkan Papa ngedukung aku dan Eldan, tapi kok sekarang malah di Jodohin, aku gak mau Pa".
"Sudahlah, jangan di besar-besarkan lagi, kamu tau, Lelaki yang Papa jodohin ke kamu itu pilihan yang tepat Lia, berhenti protes dan terima semua nya". ucap Papa nya lagi sambil beranjak ingin ke kamarnya.
"Haa wah wah Gila sih ini, Pa Lia gak nyangkah loh Papa ngorbanin anak sendiri, aku kira Papa sayang ke Lia, ternyata gak yah Pa, Papa udah gak saya-".
"LIA. PAPA BEGINI KE KAMU, DEMI KAMU JUGA!". Bentak Hendra menatap Lia yang masih duduk di sofa ruang keluarga.
"Sayang gak usah bentak Lia juga". ucap Sarah menghampiri Sang Suami. "Sarah seharus nya Lia bisa menerima perjodohan ini, kalau Lia nerima perjodohan ini Perusahaan Papa bakalan nai-".
"TUHKAN PAPA EMANG UDAH GAK SAYANG SAMA LIA, PAPA JODOHIN LIA HANYA UNTUK PERUSAHAAN PAPA, GILA PA GILA, PAPA NGORBANIN ANAK SENDIRI DEMI PERUSAHAN PAPA SENDIRI". Teriak Lia memotong ucapan Papa, Lia gak percaya ini, Papa nya menjodohkan dirinya demi Perusahaan nya?.
"Lia jangan teriak-teriak Nak". tegur Sarah menatap Lia.
"Tapi Maa, Lia gak mau, bener-bener gak mau di jodohin". ujarnya menatap Mama nya, matanya pun mulai berkaca-kaca, ingin menangis.
Sarah yang melihat anak nya hendak menangis menatap Sang Suami. "Sayang". Hendra yang menatap anaknya itu juga, menghela nafas nya kasar.
"Lia, sekarang apa yang kamu mau?". Lia yang mendengar Papa nya berbicara pun mengusap pipinya yang basah, ternyata air mata nya tetap jatuh. "Lia gak mau di jodohin Pa, itu aja".
"Baiklah, kalau itu mau kamu, Papa turutin". Jawab Hendra, Lia yang mendengar itu spontan Bahagia, Lia pikir Menangis di hadapan Papa dan Mama nya seperti ini berhasil mengagalkan perjodohan itu.
"Tapi Lia". ujar Hendra lagi. membuat Lia bingung, Sarah pun ikutan bingung dan menatap suaminya.
"Semua yang Papa kasih ke kamu, akan Papa sita!, seperti kartu kredit, mobil, dan uang bulanan kamu Papa sita, kamu juga bisa angkat kaki dari rumah ini!". ucap Hendra tegas.
Lia yang mendengar itu pun kaget bukan main, bagaimana bisa Papa nya menyita semua yang ia butuhkan?, bahkan dengan tega nya ia di suruh angkat kaki dari rumah ini? berarti sama saja di buang bukan? atau di keluarin dari KK gitu?.
"Pa-Papa, maksud apa Papa ngomong gitu ke Lia? L-lia gak mau Pa, Lia gak mau, nanti kalau Papa sita dan usir Lia, Lia mau tinggal di mana? Lia gak punya siapa-siapa lagi". ujarnya.
Pasalnya Lia sedari kecil sudah hidup mewah dan di manja oleh kedua orangtua nya, lalu dia di usir seperti ini, Lia tidak akan bisa hidup di luar sana, Lia masih membutuhkan kedua orangtua nya.
"Papa gak mau tau, kamu harus tinggal pilih saja, terima perjodohan ini atau kamu angkat kaki dari rumah ini sekarang dan jangan bawah apapun!".
"Pa, kalau itu pilihan nya, Lia gak bisa milih kedua nya. Papa setega ini ke Lia, kalau gitu Lia lebih milih bunuh diri aja kalau gitu". ucapnya berlari melewati Hendra dan Sarah menuju kekamarnya.
Hendra dan Sarah benar-benar di buat terkejut dengan omongan anaknya itu, ia tidak menyangkah anaknya lebih memilih bunuh diri, Hendra berpikir apa susahnya sih terima perjodohan ini.
"Haa benar-benar merepotkan". Gumam Hendra memijit pelipisnya. "Sayang bagaimana ini, L-lia dia ingin bunuh diri, Sayang aku gak mau anak kita meninggal". ucap Sarah sambil mengoyang-goyangkan lengan Suaminya itu.
"Tenaglah Sarah, aku yakin Lia gak akan berani melakukan itu, dia takut mati, aku yakin itu". ucap Hendra menenangkan Istrinya.
"Tapi Say-".
BRAKK...
Hendra dan Sarah terkejut mendengar suara benda yang jatuh di kamar sang anak. "LIA". Teriak Sarah berlari menuju kamar anaknya. Hendra yang melihat Istrinya berlari, ikut mengejar nya, jantung Hendra rasa nya ingin copot sekarang, ia berharap Lia baik-baik saja.
Sesampainya di kamar sang Anak, Sarah dan Hendra langsung melihat seisi kamar, dan mendapati meja belajar Lia yang terjatuh, pasti ini yang membuat bunyi ribut tadi.
"Lia nak kamu di mana?". panggil Sarah.
"hiks....hiks...." Sarah yang mendengar suara menangis di arah balkom kamar, berjalan ke arah sana, alangkah terkejutnya Sarah mendapati Anaknya berdiri di luar pembatas balkom tersebut dengan tangan yang memegang pembatas balkom. "LIA TURUN NAK NGAPAIN DI SITU". Teriak Sarah. Hendra yang mendengar teriakan istrinya di balkom kamar, ikut melihat apa yang terjadi. Hendra pun ikutan di buat terkejut oleh aksi Lia yang ingin loncak dari Balkom kamarnya.
"Lia kamu beneran mau bunuh diri?". tanya Hendra santai, Lia menoleh menatap Papa nya yang berbicara dengan santai nya sedangkan Sarah yang terlihat panik menatapnya. ia berpikir apa Papa nya tidak panik seperti Mama nya?.
"Lia". panggil Hendra lagi. "Pa-Papa, Lia bakalan loncak dari sini, kalau Papa gak batalin perjodohan itu!".
"Emang kamu berani loncak? kamu kan takut ketinggian, coba liat ke bawah, tinggi banget loh Lia". jawab Papa nya. Hendra yakin Anaknya itu tidak akan melihat ke bawah, ia sempat melihat Lia memejam kan matanya waktu menunduk, seakan akan sedang melihat kebawa.
"PA! AKU AKAN BENER-BENER LONCAK YAH SEKARANG KALAU PAPA GAK BATALIN". Teriak Lia, tetap menatap Papa nya dan menghiraukan perkataan Papa nya yang menyuruhnya melihat kebawah.
"Kamu Yakin mau loncak?, sana Loncak aja". Balas Hendra sambil melipat kedua tangan nya di depan dadanya. "Sayang jangan ngomong gitu, nanti L-". Gumam Sarah terpotong.
"Tenang saja Lia gak bakalan loncak, lebih baik kamu diam saja". dan Sarah terdiam lalu menatap anaknya yang meneteskan air matanya.
"Pa, Papa bener-bener setega itu ke Lia". ujarnya dengan suara gemetar. "Hm kenapa? kirain mau loncak nak?". Lia yang mendengarnya terdiam. "Aish bagaimama nih Papa seperti nya gak takut gue loncak, arrgh sial banget, masa gue harus nerima sih? sumpah gue gak mau di jodohin cuy, mana nih balkom nya tinggi banget lagi, udah susah payah manjat ke sini, tapi Papa arrghh sialan". Batin Lia.
"Kenapa? gak berani loncak?". Lia yang mendengar Papa nya ngomong pun menatapnya kembali. "Apa sih Pa, L-lia berani kok loncak nih". Jawab nya langsung melepas satu tangan nya dan melambai sejenak lalu berpengangan kembali, Lia sebenar nya sangat takut sekarang, takut tiba-tiba ia jatuh beneran, ia masih mau hidup.
Hendra menghela nafas nya kasar. "Sudahlah, lebih baik kamu terima saja perjodohan ini, dan kalau kamu masih gak mau, Papa yang bakalan seret kamu keluar dari rumah ini".
"Tapi kalau kamu masih nekat buat Loncak, dan kamu meninggal, gak apa-apa sih buat Papa, toh Papa juga bisa kok ambil anak di panti asuhan, dan ngasih tau Pak Johnny kalau Papa masih punya satu anak, ini kakaknya Lia, berhubung Lia sudah gak ada, saya jodohin sama Kakaknya saja, yang kuliah di luar negeri, gampang kan". Lia yang mendengar ucapan Papa nya, menatap Papa nya dengan tatapan gak percaya, bahkan Sarah pun ikutan terkejut mendengar nya.
"Pa papa yakin mau lakuin itu?". tanya nya lagi.
"Hm Papa yakin, jadi sekarang lebih baik kamu turun, tidak ada pilihan lain selain terima perjodohan ini, Pokoknya Papa gak mau tau, besok kamu harus minta maaf ke Pak Johnny dan keluarga nya, karna besok Papa akan undang mereka makan malam di rumah dan kamu bilang ke mereka mau nerima perjodohan ini! mana pake aksi akting mau bunuh diri segala, padahal sendiri nya takut ketinggian". Ujar Hendra lalu pergi ke kamarnya.
Sarah menatap Suami nya sejenak, lalu menatap Anaknya yang terdiam di sana. "Nak ayo turun, sini Mama bantu". tanpa protes Lia pun turun, Lia merasa kaki nya sangat lemas selepas ia turun, bahkan ia rasa gak sanggup berdiri lagi. "Maa Lia gak mau di jodohin". Gumam nya menatap Sarah, air mata nya pun ikutan turun membasahi pipi nya.
"Sebenar nya Mama juga gak setuju kamu di jodohin dengan pilihan Papa mu". Lia yang mendengar itu terkejut, terus kenapa Mama nya tidak ikut protes dengan nya tadi, ikut yakin kan Papa nya buat batalin perjodohan ini.
"Terus kanapa Mama gak yakinin Papa buat batalin kalau Mama juga gak setuju?".
"Tapi tunggu dulu, kalau Mama gak setuju dengan perjodohan ini, berarti Mama masih ngedukung aku dengan Eldan dong Ma".
"Bukan begitu maksud Mama". jawabnya membuat Lia bingung. "Hah? bukan begitu maksudnya apa?". batin Lia.
"Maksud nya gimana Ma?." Sarah menatap Lia lalu mengusap air mata anaknya. "Maksud Mama gini, Mama emang gak nerima pilihan Papa mu, karna Mama mau nya kamu di jodohin sama pilihan Mama sendiri, tapi Papa mu juga nolak, Papa mu baru nerima kalau Mama juga nerima pilihan Papa mu Lia". Jelasnya.
Lia yang paham pun terkejut, berarti gak ada yang memihak dirinya, dan sekarang Mama nya ingin juga menjodohkan nya. "Maa Mama apa-apaan sih ma-".
"Sudahlah Lia, lebih baik kamu nurut aja, nolak pun gak ada guna nya sayang, sana lebih baik kamu tidur, untuk meja belajar kamu, sekalian besok aja di beresin barang-barang kamu berserakkan oleh Bi ina dan ganti yang baru, kalau gitu Mama turun dulu yah Sayang, good night". ucap Mama lalu pergi meninggalkan Lia sendirian.
"Gila Gila, maksud Mama mau jodohin gue juga gitu? Anjirlah ngenes banget idup gue". ujarnya lalu mengusap wajah nya kasar.
"Arrgh sial, gue harus gimana sekarang, masa iya gue nerima sih, tapi gue juga gak mau barang-barang gue di sita, apalagi di keluarin dari KK, sumpah gak mau gue tuh".
"Gimana cara nya gue ngomong ke Eldan soal ini? Sial emang gue". ujarnya lalu berusaha berdiri memasuki kamarnya, saat ini yang Lia butuhkan hanya tidur di kasur kesayangan nya itu. "Tadi itu tinggi banget anjr gak bakalan gue lakuin lagi, sumpah senam jantung jadi nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments