LITTLE BROTHER (3)

Dengan bungkus makanan ringan di tangannya, Zoya melangkah menuju kantin karena memang waktu istirahat sudah tiba.

Tapi entah kenapa gadis itu tiba-tiba berhenti dan menghela napas gusar.

"Lo penguntit yang bener-bener buruk. Keluar."

Bahkan tanpa menoleh sedikit pun, Zoya tahu Lilo tengah mengikutinya sedari tadi. Mungkin bahkan saat Zoya keluar dari kelasnya Lilo sudah berada di belakangnya.

Dan Lilo, laki-laki itu keluar dari balik pot tanaman dan berjalan ke arah Zoya dengan kikuk.

"Ngapain lo ngintilin gue?" Zoya melemparkan tatapan dinginnya. "Tadi nyasar. Gue kan belum tau seluk-beluk sekolah ini. Hehe...." Lilo tertawa palsu.

Zoya membuang napasnya panjang, "Lilo...."

"Lo belum punya temen. Iya, kan?" lanjut gadis itu. Sementara sang adik terlihat memajukan bibirnya seolah malas untuk memulai topik ini.

"Ayolah, Kak... Gue baru di sini. Gue masih beradaptasi sama lingkungan dan orang-orang di sini," ucap Lilo.

"Semua kelas sepuluh juga baru di sini. Tapi mereka bisa aja tuh punya banyak temen. Dan lagi, emang waktu MPLS kemarin lo sama sekali gak interaksi sama orang?" tanya Zoya tak habis pikir.

Lilo menggeleng dengan polosnya, "Enggak."

Zoya geleng-geleng kepala dibuatnya. "Kehidupan sosial lo emang udah gak tertolong lagi, Lil."

"Kak... Gue janji bakal punya temen dan punya dunia gue sendiri. Tapi buat sekarang, gue ngikut lo dulu, ya? Ya?" Seperti biasa, Lilo mengeluarkan jurus andalannya yakni memohon dengan wajah imut.

Dan seperti biasa juga, hati Zoya dibuat jedag-jedug melihatnya. Ya walaupun wajahnya tetap menunjukkan ekspresi dingin, tapi wajah Lilo itu berhasil membuat perasaannya terapung, terjungkal dan tersmekdon.

"Apa pun asal lo gak berisik."

Lilo mengepalkan tangannya bahagia, "WIII!! MAKASIH, KAK! LO BAIK BANGET SUMPAH MAU NANGIS GUE!"

Zoya mendengus, "Biasa aja, babi! Belum lima detik lho gue larang lo buat berisik. Adek siapa sih lo?"

"Gue? Adiknya Zoya Anastasia yang cantik, baik dan kece-nya kelewatan ini! Yok ke kantin, kak! Laper gue."

"Hm...."

Batin Zoya berontak, Setan. Ni anak gak aman buat jantung gue.

...(•~•)...

"Wow, wow, wow... Siapa nich?"

Seorang laki-laki datang sambil menatap Zoya dan Lilo yang tengah duduk sembari menyantap makanan mereka.

Laki-laki yang ditemani seorang gadis itu terduduk persis di depan Zoya dan Lilo yang kini mulai mengalihkan fokusnya dari makanan.

"Cowok mana yang bakal jadi korban lu kali ini, Zoy?" Laki-laki dengan topi itu menatap Zoya.

Zoya mengernyit, "Ngawur. Dia–"

"Berhubung gue dan Zoya ini bestie, jadi cowoknya Zoya, cowoknya gue juga." Bergantian, kali ini giliran sang gadis yang berbicara.

Sementara Lilo, laki-laki itu hanya dapat terdiam dan menyimak perkataan barusan seperti orang dungu.

"Mereka siapa, kak?" bisik Lilo kemudian pada Zoya. Dan Zoya menoleh, "Sialnya... penghuni-penghuni Tartarus yang mirip manusia ini temen gue."

Lilo sempat terdiam sebelum mengangguk paham.

Sementara gadis berambut ombre bleach itu mendekat pada Lilo, "Haiiii! Lo baru, ya? Belum pernah liat soalnya. Ngomong-ngomong pasti keturunan bule, ya? Soalnya keliatan sih. Terus gimana caranya lo bisa jadi korban–pacarnya Zoya? Lo–"

"Dia adik gue, Nay."

"H–hah? Oke. Gak jadi kalo gitu."

Gadis itu—Nayla—langsung mengubah ekspresinya. Yang semula terlihat tertarik, kini Nayla seolah tidak mau dekat-dekat dengan Lilo. Ya... alasannya hanya satu.

Nayla tak mau memiliki kakak ipar macam Zoya.

"Kenalin, cowok paling keren, paling kaya, pokoknya si paling-paling di sekolah ini." Kini giliran laki-laki bertopi hitam itu yang hendak memperkenalkan dirinya.

"Termasuk cowok paling bego, paling narsis, dan paling norak seantero sekolah." Zoya santai memakan camilannya.

Laki-laki itu mencebik lalu kembali menatap Lilo, "Gue Jerry."

"Gak usah nanya di mana si Tom, karena ini nih. Tom-nya ada di pinggir gue," lanjut Jerry sembari melirik Nayla.

Dan Nayla meresponsnya dengan senyuman geram, "Makasih lho udah nyebut gue Tom. Karena gue bisa nyakar dan gigit lo kapan aja."

"Utututuuu takut... Cakar aja. Lagian kuku lo bantet semua. Gak akan kerasa–AAWWW!!"

Jerry memegangi tangan kanannya yang kemerahan setelah dicakar oleh kuku-kuku lentik dan berwarna-warni milik Nayla.

"Makanya punya mulut tuh difilter. Ngocor terus heran." Nayla geleng-geleng kepala sambil mencomot makanan milik Zoya.

Beralih dari Nayla, Jerry mulai fokus pada Lilo yang kini tengah bermain ponsel. Lelaki itu mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya dan menyodorkannya pada Lilo.

"Sebagai welcome gift dari gue."

Zoya langsung merebutnya, "Thanks."

"Gue ngasih buat adek lo Zoy astaga...." Jerry tak habis pikir dengan keserakahan Zoya. Dan Zoya hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai respons, "Gak ada gunanya ngasih yang beginian ke anak cupu kayak dia."

Lilo melirik Zoya sinis, "Rese."

"Lo gak ngerokok?" tanya Jerry yang sedikit terkejut. Dan Lilo menoleh lalu menggeleng kecil, "Enggak, bang."

Jerry mengerjap, "Ebuset... Gue dipanggil abang. Berasa punya adek aja."

Sedangkan Nayla menghela napasnya panjang sembari menatap Lilo. Gadis itu menopang dagunya, "Udah baik, ganteng, gak ngerokok, sopan lagi. Paket komplit pokonya. Kekurangan lo cuma satu sih...."

"...lo adiknya Zoya."

"Lo naksir sama adek gue yang bahkan takut kalo ketemu cewek ini?" Zoya geleng-geleng, "Ke rumah sakit sana," lanjut Zoya—alias kakak yang suka pada adiknya sendiri—dengan santai.

Dan Lilo mendengus sebal mendengarnya. Mengapa kumpul-kumpul di jam istirahat ini jadi seperti pembukaan aib baginya?

"Btw kita belum tau nama lo, boy," ujar Jerry pada Lilo kemudian.

Lilo, laki-laki itu sedikit tersentak lalu tersenyum kecil, "Lilo, bang."

Zoya terdiam melihatnya. Senyuman ini... Zoya kerap melihat Lilo tersenyum. Tapi kenapa imannya selalu saja oleng kala bibir merah muda itu menerbitkan senyumnya?

"Lilo? Kok kayak minuman? Minuman yang cokelat itu loh! Yang dua rebuan! AHAHAHAHAH... HAHA.. Haha... Ha...." Nayla melirik pada Zoya yang kini tengah menatapnya tajam.

"Bercanda, Zoy... Suer."

Zoya lalu menyingkirkan jaket oranye yang dipakai Lilo dan menarik badge nama dari lelaki itu.

Tentu saja Lilo dibuat kaget oleh tindakan kakak perempuannya itu. Apalagi saat Zoya menarik badge-nya, laki-laki itu bisa merasakan tangan Zoya menyentuh dadanya dengan jelas.

Zoya masih memegang badge di seragam Lilo, "Namanya Liam, sat. Yang kayak merk minuman itu panggilannya."

"Widiihhh gagah juga nama lo, cil. Ada bule-bulenya gitu. Kayak gue." Jerry mengacungkan jempolnya.

"Bedanya, dia beneran bule. Kalo lo, bule rambutnya doang. Udah gitu kuning lagi warnanya. Iihhh," cibir Nayla.

"Iya, deh. Rambut gue emang gak sebagus rambut yang cuma bule di bawah doang dan mirip rambut jagung kayak lo." Jerry cekikikan di akhir kalimatnya.

"Sumpah nyebelin banget. Ini style namanya, norak!" teriak Nayla sebal dan Jerry berlagak mengangguk, "Jadi style bagus rambut cewek sekarang yang kayak sapu lidi gini?"

Jerry elus dada, "Untung bukan cewek."

"Wah beneran ngajak ribut. SINI LO!!!!" Nayla menjambak dan memukul-mukul Jerry geram, dan Jerry hanya meresponsnya dengan tertawaan jenaka.

Apa kabar Zoya dan Lilo? Ya... untungnya mereka masih waras setelah melihat pertunjukan The Real Tom and Jerry barusan.

Zoya melirik Lilo, "Lo tau seberapa beruntungnya lo gak kenal sama tuyul-tuyul ini?"

Zoya kembali memakan camilannya. Namun mata gadis itu salah fokus pada dada Lilo yang tak sengaja ia pegang tadi.

Pentilnya keras juga, batin Zoya.

...(•~•)...

Pukul tujuh malam lewat enam menit ini, Revan, Alice dan Zoya serta Lilo tengah santai memakan menu makan malam mereka dengan ditemani puding buah sebagai makanan penutup.

Ralat. Hanya Revan, Alice dan Lilo yang sedang menyantap makanan mereka. Karena Zoya, gadis itu malah asyik sendiri bermain ponsel dan membiarkan piringnya yang masih penuh begitu saja.

"Dimakan dong, Zoy. Nanti keburu dingin," ucap Revan yang akhirnya gerah dengan kelakukan sang putri.

Zoya yang rupanya sedang menonton sebuah film horor pun cekikikan kecil, "Bentar lagi, Pi."

"Zoy... Mau makan, gak?"

Zoya terbelalak saat kali ini adalah suara Alice yang didengarnya. Gadis itu cepat-cepat menyimpan ponselnya dan mengambil piringnya.

"Aku abisin sampe ludes, Mi." Zoya mengacungkan jempolnya.

Keempatnya pun kembali fokus pada makanan masing-masing. Setidaknya sampai Alice menatap Lilo.

"I hope your first day in the school today was great, Lilo. Isn't it?" tanya Alice.

Lilo berhenti makan seketika dan menatap Alice dengan agak terkejut.

"What **** that you expect from this kid, mum?" Malah Zoya yang menjawab pertanyaan Alice barusan.

Ekspresi menyebalkan yang gadis itu tunjukan saat ia melirik Lilo sukses membuat sang adik cemberut kesal.

"Seru kok, Mi. Orangnya baik-baik. Mungkin aku bisa bergaul lebih baik di sini." Lilo menjawab.

Revan menggeleng, "No, no... Singkirkan kata 'mungkin' itu. Kamu harus yakin bahwa kamu pasti bisa bergaul. Usaha kamu bakal sia-sia kalo kamu sendiri aja gak yakin."

"Iya, Pi. Lilo janji bakal berusaha buat punya temen sendiri dan punya pergaulan sendiri."

Alice tersenyum, "Mami harap kali ini kamu bener-bener bisa memenuhi janji kamu sendiri."

Lilo tertunduk. Laki-laki dengan sweater berwarna toska terang keunguan itu memainkan jemarinya dengan bibir yang maju.

"Emang pernah ya Lilo main-main?" Lilo masih memainkan jari-jarinya.

Duh... Perut gue pusing. Lucu banget. Kayang dah gue lama-lama, batin Zoya meronta-ronta.

"Bukan gitu maksudnya, kami harap kamu bisa punya orang-orang yang memahami keadaan kamu di luar sana. Jagoan papi kan ganteng, baik, ramah. Harus punya banyak pasukan, dong!" seru Revan yang membuat Lilo semula terlihat murung kini mulai tersenyum.

"Lilo pasti punya temen dan pertemanan yang baik," kata Lilo kemudian. Revan malah menggebrak meja tiba-tiba, "Gitu dong optimal!"

"Optimis, Pi," koreksi Alice.

"Nah iya itu."

Lilo tertawa kecil, "Tapi ya... sebelum itu Lilo kan punya kak Zoya."

Zoya berhenti makan. Gadis itu tersentak mendengarnya.

"...Iya gak, kak?"

"Boleh. Uang jajan lo jadi gaji gue, ya," ujar Zoya sambil melanjutkan makannya.

Lilo cemberut, "Ngelunjak."

...-TO BE CONTINUED-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!