Pacaran??

Ryan mendekatkan wajahnya padaku, "Kita pacaran" Tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari mulutnya. Aku tertegun ditengah syoknya mendengar hal itu.

"Apa?" Masih tak percaya dengan apa yang ku dengar.

"Budek lo?"

Aku diam sebentar, mencoba mencerna tentang semua yang baru saja terjadi. "Gue gak mau" Tolakku kemudian. Ini bukanlah hal yang benar menurutku.

"Gue gak terima penolakan" Tuturnya kemudian.

"Tapi gue gak mau sama lo" Aku mendorong dada bidangnya hingga jarak terbentuk. Perempuan macam apa diriku hingga seenak jidat Ryan mengatakan hal tersebut?

"Tapi lo sudah jadi pacar gue" Jawabnya enteng.

"Apa? Sejak kapan?"

"Sejak beberapa detik yang lalu" Ryan menyahuti sembari menyilangkan tangannya di depan dadanya. Wajahnya terlihat begitu sombong.

"Tapi gue--"

Belum sempat ku selesaikan ucapanku, Ryan sudah membekap mulut ku dengan tangannya yang kekar. "Hsssh, diem. Sekarang jangan banyak omong, lo udah jadi pacar gue, so..."

Aku mendorong dada sekali lagi, tak habis pikir dengan semua tingkah laku lelaki itu. "Heh, sampai segitunya ya lo jahatin gua"

"Maksud lo?" Ryan mengernyitkan keningnya seakan tak mengerti maksudku.

"Pertama, lo bikin gue kenal sama yang namanya Ryan Michael, kedua tiap hari lo selalu gangguin gue dan fans fanatik lo ketika lo tiba-tiba aja muncul. Terus bilang kalau gua harus jadian sama lo dan lo nggak ngasih kesempatan gua untuk mikir lagi atau nolak lo" Aku merasakan panas di wajahku.

Ryan terdiam namun tatapan matanya yang setajam mata elang terus menatapku.

"Sebenarnya mau lo apa sih?" Aku tak kuat menahan air mataku lagi, tetes demi tetes terasa mengalir di pipiku.

"Gue buat lo takut ya?"

Perlu lo nanya itu sekarang? Batinku meronta-ronta dengan apa yang dipertanyakan oleh Ryan.

Kepalaku di sentuh oleh Ryan, ia membungkukkan tubuhnya mensejajarkan pandangan kami. "Lo bakal gue perlakuin baik kok Fi, tenang aja"

"Persetan!"

Ryan terus menatapku, membuatku sontak tak berani untuk membalasnya lebih lanjut. Seakan hanyut dengan tatapannya yang tajam namun menyejukkan itu.

Senyumnya terbit, manis memang, "Besok pagi berangkat bareng gue ya" Tuturnya lalu pergi dari hadapanku.

Apa-apaan modusnya itu? Dan apa yang telah terjadi barusan? Diriku benar-benar dibuat pusing oleh semua yang dilakukan oleh kakak kelas itu.

Keesokan harinya...

"Nih helm buat lo" Ryan menyadarkan sebuah helm biru hari ini aku harus pergi dengannya ke sekolahan. Jadi aku dalam saat ini dipaksa dan terpaksa untuk menurutinya.

"Gue nggak mau, rambut gue udah bagus bagus dikepang lo suruh pakai helm ancur dong kepangan gue" Omelku, hari ini aku menata rambutku menjadi kepang satu.

"Banyak omong Lo" Ryan memasukkan kepalaku ke dalam helm yang kutolak mentah-mentah.

"Aduh, bisa lembut nggak sih lo" Ucapku, sakit sangat terasa di kepalaku. Rasanya beban sedang ada di atas kepalaku.

"Ayo naik" ucapnya sehabis menaiki motor sportnya dan menyalakan mesin.

Aku menurutinya duduk di bagian belakang, "Pegangan" Motor tersebut mulai menyusuri Jalan Raya.

Aku diam tak mau menurutinya sejak kejadian di atas sepeda motor kemarin "Woi Lo dengar nggak gue bilang pegangan" teriak Ryan padaku.

"Enggak gue enggak dengar!" seru ku tak kalah keras. Lalu angin mulai menghembus kencang. Sepertinya Ryan menancap gas dengan cepatnya, mau tidak mau aku melingkari tanganku di pinggang Ryan karena aku takut kalau kalau aku jatuh dari atas kendaraan tersebut.

Setelah sampai di parkiran sekolah aku segera menuruni motornya dan melepaskan helm dari kepalaku. "Tuh kan rambut gue berantakan" ucapku kesal melihat pantulan dari kaca spion motor lain.

"Nih helm lo loh Ryan?!" Aku menyadari jika Ryan sudah tak ada lagi di dekatku.

"Bawa ke kelas lo. Jangan sampai hilang" ucapnya sambil terus melangkah meninggalkanku.

"Ih gue nggak mau Ryan" Aku mencak-mencek di parkiran itu namun tak ada respon dari laki-laki itu. Aku mengela nafas pasrah dengan berat hati aku menjinjing helm biru itu ke kelas dan melewati belasan kakak kelas yang menatapku tajam.

"Fi, lo pakai motor? Tumben amat" Pertanyaan Niki langsung menyambutku saat diriku mendudukkan diri di bangku.

"Enggak gua ik--" aku tak jadi melanjutkan perkataanku. Aku tak mau membocorkan pada dua sahabatku yang super duper bawel kalau dengar kalau aku pacaran dengan Ryan.

"Lo ikut Kak Ryan?" Tanya Anisa langsung.

Tepat sasaran Anisa memang berbakat menjadi seorang dukun.

"Benaran gak sih? Lo beneran ikut sih the Most Wanted?!" Timpal Niki antusias menimpali ucapan Anisa.

"Gila gila dia nih. Fiona beneran ikut Ryan. Buktinya dia nggak bisa jawab" ucap Anisa sambil tersenyum jahil padaku.

"Nisa kok lo gitu sih sama gua?" Ucapku cemberut.

"Lo ngaku aja susah banget" ucapnya enteng.

"Emang ya benci bisa jadi cinta" timpal Niki.

"Siapa yang jatuh cinta?" Tanya aku sambil melotot tajam.

"Terrus sama kak Ryan?" ucap mereka serentak.

"Ih ogah gua" Diriku jijik. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi aku menyudahi obrolan sengklekku dengan dua sahabatku kemudian guru masuk untuk mengajar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!