Pelajaran kimia sangat membosankan untuk saat kakak ini biasanya aku fokus dan semangat dalam waktu kelas pembelajaran. Namun beda untuk kali ini,aku sangat merasa bosan mendengar penjelasan ibu Stefy guru kimia.
"Bu, saya permisi ke toilet" Aku berkata sambil bangkit dari tempat dudukku.
"Silahkan" ucap ibu Stefy setelah menatap ku sekilas.
Aku keluar kelas dan menuju toilet untuk sekedar mencuci tangan. Ya itu hanyalah alasan yang tak masuk akal karena aku hanya duduk dan mendengar, tak ada urusan dengan hal kotor yang membuatku harus cuci tangan. Aku hanya ingin menghela nafas lega. Tanpa harus mendengar ocehan membosankan.
"Kebetulan nih" Baru saja aku masuk, suara perempuan yang tentu ku kenal menyambutku.
Aku mengangkat kepalaku menatap orang itu tentu saja itu suara Lyla seorang fans fanatik Ryan perempuan yang benar-benar mengganggu kehidupanku.
Ketika aku hendak meninggalkan tempat itu, sebuah tangan menahanku tangan Lyla tentunya "Kenapa sih lo selalu dekat-dekat sama Ryan?" Ia bertanya dengan nada sengit.
"Siapa yang dekat sama Ryan? Gue? Heh ingat ya gue nggak pernah dekat sama yang namanya Ryan" Ucapku tak kalah sengit.
"Nyolot banget sih jadi adik kelas" Ucapnya kesal.
Lyla memang kakak kelasku tapi aku tak pernah memanggilnya dengan sebutan Kak saat awal ia menggangguku. "Makanya jangan debat sama gue" Aku mau lepas tangannya dari lenganku lalu pergi meninggalkannya.
"Astaga Tuhan" Aku terkejut akan dengan Ryan yang tiba-tiba muncul di depan pintu toilet perempuan.
Aku tertegun melihatnya yang menatapku tajam "Berani banget lo ngelawan kakak kelas" Tuturnya tanpa melepas tatapan tajamnya.
"G-gue"
"Ternyata lo berani juga ya? Bukan cuma gue yang berani lo bentak ternyata yang lain juga" Ryan mengingatkanku akan perkataannya di perpustakaan yang berkata jika hanya aku perempuan yang berani membentaknya sesudah ibunya.
"Permisi gue mau ke kelas" Aku berusaha mengabaikannya dan hendak berlalu pergi.
"Ikut gue" Ia menahanku dengan memegang telapak tanganku keras lalu menarikku entah ke mana.
"Ryan, lepas Ryan" Aku berusaha memberontak namun genggaman tangannya begitu erat hingga tak bisa dilepas dengan mudah.
Ia membawaku ke belakang kelas. Lalu memojokkanku di dinding kokoh "Gue heran banget sama lo sebenarnya apa sih lo sampai bisanya ngelawan kakak kelas" Ia berkata ketus padaku.
"Loh kok jadi masalah itu sih? Gue nggak bakal ngelawan kalian kalau bersikap baik sama gue" Aku berkata dengan kesal dan dengar ucapan Ryan padaku.
"Lo kaget dari gue bisa ngelawan kakak kelas ?Kaget gue nggak pernah muja lo kayak yang lain?" Kataku tak kalah sengit.
"Dengar ya hari ini juga gue pastiin lo bakal suka sama gue" Ryan berkata tegas padaku dia menunjuk-nunjuk wajahku dengan telunjuknya.
"Gue suka sama lo? mimpi" Aku berkata dengan penuh penekanan kataku menatap bola matanya yang coklat. Entah kenapa aku merasa ada pancaran aneh dari mata Rian.
"Jangan sampai lo kemakan omongan" Ucapnya sebelum pergi meninggalkanku.
Di kelas...
"Fiona! Kemana saja kamu? Kenapa baru balik sekarang?" Tanya ibu Stefy padaku yang baru masuk kelas.
Yaelah nih guru gaj busa liat murid telat, batinku.
"Dari toilet bu" Ucapku singkat lalu kembali ke bangku.
"Kenapa lama sekali?"
"Ada sedikit masalah sama kakak jelas Ibu" Aku menjawab dengan santai sembari membuka lembaran buku.
Nampak Ibu Stefy hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban dariku. Lalu ia kembali menerangkan pelajaran di depan papan tulis putih. Aku menopang daguku dengan tangan, mataku menatap papan tulis yang berisi penjelasan dari Ibu Stefy, namun pikiranku melayang kian kemari.
Aku memikirkan mengenai perkataan Ryan terhadapku, apa yang ia lihat dariku sampai-sampai ua bertekad untuk membuatku menyukainya? Apa karena aku berbeda dengan perempuan-perempuan yang mengidolakannya? Atau karena aku berani melawannya dan kakak kelas lain? Aku tak tahu alasan Ryan yang pasti.
"Fiona, coba kamu jawab soal ini" Lamunanku terbuyarkan karena suara ibu Stefy. Akuu menatap soal di papan tulis.
Syukurnya ini adalah soal yang pernah aku kerjakan dulu di les, aku maju ke depan kelas mengambil spidol hitam dan mulai mengerjakan soal tersebut di papan tulis sesuai dengan yang pernah diterangkan guru les ku.
Saat aku berbalik badan setelah menjawab, sepasang mata mendapat ku dari luar kelas, Ryan. Senyum meremehkannya terukir untukku, aku menatapnya bingung.
Gila tuh anak kok nggak masuk kelas? Batinku dalam hati.
Aku berjalan menuju bangku dengan perasaan bingung. Apa yang dia lakukan disini?
"Bagus Fiona kamu bisa menjawab soal dengan mudah sama seperti biasa" pujian dari Ibu Stefy memaksa aku untuk tersenyum.
Aku menatap ke arah pintu kelas, punggung Ryan mulai menjauh dari kelas 10 ipa 3. Aku memutar bola mataku malas, heran akan sikap yang ditunjukkan kakak kelas itu.
Istirahat, Kantin...
Aku bersama Niki dan Anisa di kantin kami menunggu pesanan sambil bercandaria kami menantinya Tak lama kemudian 3 mangkuk bakso dan 3 teh es sudah diantar pada kami aku langsung menambahkan saus tomat dan juga kecap ke dalam mangkokku, "Lo mau sambal Fi?" Niki menawarkan padaku. Ia menyodorkan semangkuk kecil yang berisi sambal penuh.
"Nggak makasih gue nggak suka pedas" Tolakku halus. Aku memang orang yang tak suka makan pedas. Yang jika dimakan akan membuat perut menjadi sakit.
Aku menyendok baksoku dan memakannya, tiba-tiba...
Sialan lo aku menyingkirkan sebuah tangan yang memasukkan 4 sendok teh sambal pedas ke dalam baksoku aku menatap makanan yang baru sesuai ku santap sudah menjadi merah menyala. Aku mengalihkan pandanganku pada seseorang yang berdiri tepat di sampingku, dengan tubuh atletis berkulit putih cerah bibir merah mata tajam dan rambut yang lebat. Wajahnya sangat ku kenali, laki-laki yang benar-benar menggangguku. Ryan.
"Rasain lo" Ucapnya dengan senyum meremehkan.
Emosiku sudah sampai di puncaknya dan siap meledak seperti gunung meletus. Aku bangkit dari bangkuku dan mengeluarkan semua emosiku pada orang yang katanya Most Wanted itu.
"Hobi banget ya lo gangguin gue? Dari awal lo selalu aja cari gara-gara sama gue, mau lo apa sih?"
"Gue mau lo..." Ryan menggantungkan perkataannya.
"Lo mau gue apa?" Tanyaku dengan nada sedikit dinaikkan, ada terbersih terasa penasaran akan perkataan yang digantungkan oleh Ryan.
Tanganku dicekal oleh tangan kokoh Ryan, ia menarikku untuk meninggalkan kantin.
Sial buang-buang uang aja, batinku kesal bakso yang sudah aku bayar malah tak jadi dimakan karena 4 sendok sambal yang Ryan tambahkan di kuah baksoku dan juga Ryan menarikku untuk meninggalkan kantin.
"Lo nggak bisa lembut dikit apa sama cewek?" Ucapku kesal karena Ryan menarikku dengan langkah cepat dan tanganku menjadi sakit karena cekalannya.
Kami menuju gedung sekolah lalu menaiki tangga yang begitu banyak.
Nafasku terengah-engah, "Udah Ry gue capek kalo lo mau ngomong di sini aja gue nggak kuat lagi" Aku mengatur nafasku, lelah itulah yang kurasakan.
Ini sudah lantai kedua dan Ryan sepertinya belum lelah juga setelah menaiki ratusan anak tangga tadi. Aku berjongkok, dapat kurasakan rambutku mulai acak-acakan.
Aku menatap Ryan yang pandangannya lurus ke depan ia tak sedikitpun melirik ke arahku.
Tiba-tiba tubuhku terangkat udara, aku terkejut aku tatap Ryan yang tanpa senyum menatapku. "Turunin nggak?"
"Nggak, tadi lo bilang gue harus ngomong di sini tapi gue nggak mau ngomong di sini, kita ke atap" Ucapnya penuh tekanan.
"Lo gila ya? Kenapa sih harus ribet? Tinggal ngomong aja susah banget" Aku memukul dada bidangnya. "Mana harus ke atas lagi itu tangga banyak tahu emang lu kuat apa?"
"Bisa diam nggak sih? Lo berat tahu" Ryan meninggikan suaranya padaku. Ditambah dengan tatapan tajamnya, aku menatap matanya yang memang memancarkan suatu hal aneh.
Hingga kami sampai di atap sekolah aku masih menatap mata coklatnya.
"Iya gue tahu kalau gue ganteng gak usah dilihatin mulu napa sih" Ryan menyadarkanku.
Aku mengalihkan pandanganku sebentar lalu kembali menatapnya, "Kenapa lo bawa gue ke sini?" Tanyaku saat Ryan tela menurunkanku.
Bukannya menjawab Ryan malah maju dan mulai mendekatiku. Aku mundur selangkah demi selangkah namun sebuah pagar dengan tinggi semeter membuatku tak bisa apa-apa lagi. Ryan semakin mendekat dan mendekati ke jarak kami hanya berkisar 15 cm.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments